"Winda...masih pikir-pikir dulu deh Pa...yang pasti sekembalinya Papa dari Singapura, Winda sudah persiapkan permintaan kado Winda dari Papa"
Ucapku sedikit nervous karena saat itu Papa memegang tanganku...ya ampun senang sekali malam itu.
Hatiku menjerit karena rindu...batinku meronta ingin katakan "i love you Papa".
"Jadi besok... pagi-pagi sekali Papa harus sudah berangkat... Papa juga akan berangkat bareng rekan kerja Papa dari sini besok"
"Jadi...mungkin besok Papa tak bisa antarkan kamu ke sekolah..."
Ucap Papa sambil melepaskan pegangan tangannya dari tanganku.
"Gak apa-apa kok Pa... Winda kan juga sudah terbiasa berangkat sekolah naik Go-Jek"
jawabku merasa gembira sekali, karena seolah-olah rasanya diri ini benar-benar sudah menjadi kekasih papa, sewaktu tanganku dipegang Papa.
Tiba-tiba Papa berdiri menghadap ku dan menatapku lembut tapi serius...Lalu memegang kedua bahu ku.
"Sekarang, Papa merasa bangga sama Putri Papa...sudah banyak berubah dan semakin dewasa"
Ucapnya masih dengan tatapan serius.
Tak banyak yang dapat kulakukan selain tertunduk malu dan canggung...tapi di satu sisi batinku ingin diperlakukan lebih oleh Papa, layaknya seorang kekasihnya.
Namun getaran dan gelora di dada, sungguh menuntunku berlabuh dalam pelukan Papa. Aku menyandarkan wajahku di dada kekar Papa serta melingkarkan kedua tanganku memeluknya. Tanpa kuduga... Papa menyambut pelukanku, dengan merangkulku erat sekali serta mencium kepalaku.
"Oh Papa... peluklah Winda lebih erat lagi Papa...kecup lah Winda dengan kecupan hangat mu..."
Ucapku dalam hati dengan mata berkaca-kaca.
Tiada kenyamanan yang kurasakan dalam hidup ini selain berada dalam pelukan Papa. Aku bahkan dapat mendengar detak jantungnya didalam dadanya.
Lalu Papa melepaskan pelukannya tapi kedua tangannya masih memegang bahuku seraya merapatkan Wajahnya ke wajahku...segera kurasakan satu sentuhan bibir Papa mendarat di keningku... entahlah...entah apa yang sedang kurasakan. Ini adalah sentuhan pertama Papa yang paling indah dan berkesan dalam hidupku.satu momen yang indah yang telah lama ku nanti-nantikan.
"Kenapa bersedih sayang... kenapa matamu berkaca-kaca...ayo katakan pada Papa, ada apa? Apa yang membuatmu bersedih??"
Tanya Papa memburu tapi dengan tatapan lembut penuh perhatian. Aku bahkan hampir tak sanggup berdiri karena rasa haru dan bahagia.... seolah tak percaya akan apa yang sedang ku alami...aku berharap ini bukan hanya sebuah mimpi, aku berharap ini benar-benar nyata.
*
"Winda... Winda sayang Papa..."
Ucapku sambil menangis manja, merebahkan wajahku kembali kedalam dada Papa. Memeluknya erat dan merapatkan wajahku sedalam mungkin kepadanya.
Tiba-tiba kedua telapak tangannya mendarat di pipiku, mengangkat wajahku keatas mengarah ke wajahnya dan sedetik kemudian...ya Tuhan...bibir Papa yang hangat sudah menempel di bibirku, memagut serta melumat seluruh bibir dan mulutku.
Aku yang sama sekali tak punya pengalaman melakukan adegan ini, hanya pasrah diperlakukan Papa... merasakan dan menikmati setiap sentuhan bibirnya. Tangannya semakin erat memelukku...hingga aku tak berdaya serasa tak bertenaga...pasrah dan bahagia....
"Oh Papa... terimakasih Papa...."
Batinku, sambil mulai membalas sentuhan bibir Papa di bibirku.
Papa semakin liar dan buas mencumbui ku, kedua tangannya mencengkram kedua pipiku dan melumat lama di mulutku, hingga aku tak mampu membalasnya....
"Uuummm...umhhh"
erangku yang tiba-tiba membuat Papa melepaskan mulutku dari mulutnya...
"Ohh sayang...emh... maafkan Papa sayang, maafkan Papa"
Ucapnya sambil memalingkan wajahnya dan memutar tubuh membelakangi ku...
Aku tau kalo Papa sangat merasa malu dan bersalah karena telah memperlakukanku seindah yang kuharapkan.
"Maafkan Papa...tak seharusnya Papa..."
Ucapnya lagi sambil duduk di kasurnya, tanpa mampu meneruskan kata-katanya.
Lalu aku pun... karena ikut merasa canggung, segera berlalu meninggalkan Papa di kamarnya. Sesampainya di kamarku, aku langsung menghempaskan tubuh ini di atas kasur, ingin menangis tapi ingin tertawa...bahagiaku sulit ku ungkapkan dengan kata-kata.
Malam itu hatiku sangat berbunga-bunga...impian dan harapanku untuk berada dalam dekapan Papa, seolah mimpi yang menjadi kenyataan...aku merasa seperti seseorang yang rindunya telah terkabulkan setelah menunggu bertahun-tahun lamanya. Padahal baru kemarin rasanya mengagumi dan mencintai Papa. Dan baru kemarin rasanya aku hidup penuh kecewa dan kesedihan...
"Oh Papa...benarkah aku telah menjadi milikmu saat ini?"
"Apakah aku sedang bermimpi Papa?? Tidak, tidak!! Aku tidak ingin bermimpi lagi, aku tak ingin berkhayal lagi... Papa bahkan telah melakukannya tanpa ku minta..."
"Ya Tuhan ... bahagianya hati ini...benarkah semua ini...benarkah aku dan Papa sudah menjadi sepasang kekasih?? Aku mohon...jangan menjauh lagi hati Papa dari hatiku..."
"Aku milik Papa sekarang...dan Papa milikku..."
" I love you Papa...i love you so much, and promise me to be mine. I'm yours Papa"
Malam itu aku terus memuja-muja Papa dalam kamarku...bibir ini terus berkata-kata indah tentang aku dan Papa...hingga aku terus merangkai puisi yang indah
"Begini Kah rasanya jatuh cinta?
Seindah inikah rasanya jika cinta dibalas dengan cinta?? Apakah benar aku sudah menjadi kekasih Papa... apakah kejadian tadi sebuah pertanda, bahwa Papa benar menyambut cintaku?"
Hatiku tak henti-hentinya berbicara merangkai kata-kata...
"Windaa...Winda??"
Suara Papa memanggil namaku dari luar kamar. Aku segera bangkit dari kasur dan membuka pintu...
"Iya Papa"
Jawabku saat membuka pintu penuh semangat yang membara, Papa sudah berdiri di sana dengan gelagat seperti agak gugup..
" Emmhh...Winda. Papa cuma mau minta maaf, Papa tidak bermaksud memperlakukan Putri Papa..."
"Tidak ada yang perlu dimaafkan Papa... Papa tidak melakukan kesalahan apapun"
Hardik ku memotong perkataan Papa, sebelum dia selesai mengucapkan kata-kata maafnya.
"Tapi Papa benar-benar khilaf... maafkan Papa"
Ucapnya sambil meraih tanganku dalam genggamannya.
"Winda yang harusnya minta maaf pada Papa...Karna Winda ... karena Winda..."
Tiba-tiba saja mulutku keluh dan kaku, tak mampu berkata... sementara saat itu, kulihat tatapan Papa yang penuh kharisma... menyentuh sukmaku terlalu dalam...dan tiba-tiba bibirku bergerak dan dan berkata :
"I love you Papa..."
"Doorrr..."
Kalimat itu meluncur dari bibirku tanpa hambatan, seraya tubuh ini ku jatuhkan dalam pelukan Papa. Seperti kilatan petir... Papa tersambar tak mampu menjawab...dan hanya membalas pelukanku sehangat yang kuharap.
Beberapa detik kemudian Papa berbisik ke telingaku,
"Apa maksudnya sayang...?"
" I love you Papa"
Ucapku dengan nada seperti ingin menangis penuh haru.
Papa tak membalasnya dengan kata-kata, tapi kini mulai melumat bibirku secara tiba-tiba dan sangat hangat penuh gairah...betapa indah dan bergairahnya kurasa. Karna ini bukan mimpi, ini kenyataan yang lama kurindukan.
"Kriiiiiinggg kriiiiiinggg kriiiiiinggg"
Tiba-tiba ponsel Papa berdering dari dalam kamarnya...dan serempak Papa dan aku sontak menghentikan adegan ciuman dan pelukan hangat.
Antara malu dan canggung...kami saling tersenyum tersipu malu.
"Sebaiknya, sayang Papa tidur ya??"
"Papa mau angkat telepon dulu"
Pintanya padaku
"Iya Pa..." Ucapku malu-malu tanpa dapat menyembunyikan rasa bahagia di wajahku.
Lalu Papa pergi menuju kamarnya dan berbicara ditelepon. Dan sepertinya rekan kerja Papa sedang menelepon Papa tentang rencana keberangkatan mereka besok pagi.
Malam ini Papa telah mencumbui ku sebanyak dua kali, dan malam ini aku berhasil menyampaikan dengan lancar ungkapan hatiku pada Papa. Aku benar-benar telah mengatakan isi hatiku, rasa cintaku dan harapku diwaktu yang tepat pada Papa.
Papa bahkan berpura-pura minta maaf... karena aku yakin kalo Papa sedang menyambut cintaku...