Chereads / Aku Juga Penjahat / Chapter 3 - Rencana Bertahan Hidup Penjahat Kelas Bawah (1)

Chapter 3 - Rencana Bertahan Hidup Penjahat Kelas Bawah (1)

Sou menatap bengkel tua bertembok coklat di depannya dengan muram. Mata hitamnya sudah lama terpaku pada plang peringatan yang terpatri besar di tengah-tengah bangunan. Tulisan merah dengan huruf kapital yang digunakan, membuat matanya berkedut. Di plang itu tertulis, 'TEMPAT INI TELAH DITUTUP' ya.. walau sudah membaca dengan jelas, dia tanpa berpikir dua kali berjalan mendekat. Berdiri di depan pintu, lalu menghela napas kasar sambil mendorong pintu ke dalam. Suara gemericik lonceng terdengar saat memasuki bengkel.

Berapa kali pun Sou telah memasuki bengkel ini, tetap saja dia tidak akan terbiasa dengan suasana tidak menyenangkan yang hadir.

Rasanya seperti ada sengatan panas di wajahnya.

"Karl, aku tau kamu ada di dalam."

Menarik kursi, Sou duduk dengan kaki menyilang.

Hening.

Setelah beberapa saat pun, masih tidak pergerakan. Jika saja dia tidak merasakan aura menyeramkan yang berfokus kepadanya, mungkin dia akan salah mengira sedang berada di bengkel berhantu dengan seluruh peralatan berbahaya di mana-mana. Dilihat dari betapa padatnya tempat ini, dengan setiap sudutnya terdapat macam-macam barang yang tergeletak berantakan.

Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki, lalu detik berikutnya sosok tinggi sudah berdiri di depan Sou—menatapnya dengan aura yang tidak menyenangkan. Wajahnya terlihat pucat, dengan kantung mata hitam yang terlihat jelas.

"Hal yang mengejutkan menemukanmu di sini, Sou. Aku kira pertemuan terakhir kita tidak berjalan dengan baik, sehingga kamu tidak akan datang menemuiku lagi." Suara itu terdengar serak saat tatapan matanya penuh penyelidikan pada sosok di depannya, "Ah.. aku ingat, terakhir kali kamu memakiku dan bengkelku—dan itu sangat kasar."

Mata Sou berkedut.

"Itu tidak terdengar seperti aku."

Senyum kecil terpatri di wajah Sou setelah dia menjawab dengan ringan. Jari-jarinya tanpa sadar mengetuk-ketuk pelan pada meja. Jika orang di depannya lebih teliti, dia akan sadar, bahwa ada perasaan tertekan di balik senyum itu.

Karl memutar matanya, "Menyebalkan seperti biasanya."

Perkataan Karl membuat Sou terdiam dengan wajah kaku, dia ingin membalas tapi suaranya tertahan membuat dia tanpa sadar mengacak rambutnya frustrasi.

Ah, mengapa dia mengatakan hal seperti itu pada hunter pengrajin terbaik yang dia kenal.

Dia pasti sudah gila saat itu.

Oh, benar! Bukan dia yang gila. Tapi pria di depannya yang lebih gila.

Berdiri dari kursinya, dia menatap Karl dengan senyum canggung di wajahnya. "Ya, setelah mengingat lebih jauh, aku sepertinya memang pernah berkata seperti itu. Tapi ayolah... tidak seburuk itu bukan?"

Karl memutar matanya.

"Hei, Karl. Mari kita lupakan hal-hal di masa lalu, ada beberapa keadaaan darurat yang tidak bisa dihindari. Aku perlu bantuanmu."

"Seperti aku peduli dengan urusanmu."

Setelah mengatakan kalimatnya, Karl membalik badan, berjalan menuju ruangan lain di balik pintu. Total mengabaikan Sou yang mengikuti dalam diam di belakang.

"Sedang mengerjakan barang baru?"

Sou bertanya setelah masuk ke dalam ruangan. Setelah menemukan kursi kosong, dia dengan santai mengambil posisi duduk. Ruangan ini tidak terlalu besar seperti yang dimasukinya di awal, tapi terlihat lebih rapih dengan barang-barang yang tersusun sempurna.

"Bracer Thebes. Aku sudah lama mengerjakan ini." Walau mungkin dia tidak senang dengan kehadiran orang lain, tapi Karl tetap menjawab dengan suaranya yang masih terdengar serak, tatapannya terangkat penuh arti saat dia melihat Sou, "Yang satu ini dibuat khusus untuk para pemanah. Setidaknya akan menambah 35% buff pada serangan."

"Thebes?!" Mata Sou berkedut, menatap takjub pada bracer di tangan Karl, "Bracer ini memiliki nama... itu artinya tingkat Peradaban. Wow.. bagaimana caramu mendapatkan skrip untuk itu?"

Karl menjawab acuh, "Menemukan satu secara tidak sengaja."

Sou menatap tidak percaya pada Karl yang sedang sibuk mengotak-atik bracer merah yang dikelilingi dengan aura hitam kelam. Dia bisa melihat seringai kecil yang muncul di wajahnya. Hei jika ingin pamer, tolong katakan saja, karena dia sangat tau, bahwa dibutuhkan setidaknya bos monster peringkat 15 untuk mendapatkannya, dan itu pun tidak selalu muncul saat mereka mati. Orang yang memberikan skrip itu pada Karl pastilah seorang hunter yang kuat—dan juga beruntung. Sou berdecak iri. Mendapatkan peralatan peradaban, yang mana merupakan yang tertinggi dari lima tingkat lainnya, hanya membuat orang tanpa sadar menggerutu. Mengingat lagi, saat ini, yang sering ditemukan paling-paling Skrip Petarung dengan aura biru, dan Skrip Transendensi dengan aura ungu, lalu tingkat atas seperti Skrip Naga dengan aura merah dan skrip Achaemenidae dengan aura putih sudah mulai sulit ditemukan, apalagi Skrip Peradaban.

Keberadaan mereka hampir seperti cerita dongeng.

"Tapi ini belum sempurna. Masih perlu banyak material untuk membuatnya."

Sou memiringkan kepalanya, satu tangannya digunakan sebagai penumpu, "Berapa level materialnya—level empat?"

"Kau bercanda?" Karl terkekeh, "Setidaknya dibutuhkan material level tujuh untuk membuatnya."

Tidak siap dengan jawaban pihak lain, membuat satu tangan yang Sou jadikan sebagai menumpu kepala melemah hingga kepalanya membentur meja. Membuatnya hanya bisa mengutuk sial dalam benaknya.

"Itulah kenapa bahkan setelah dua tahun, bracer ini masih belum setengahnya selesai." Karl menjawab jujur, setelah meletakan bracer itu di meja, dia menatap pria tinggi di depannya serius, "Bantuannya apa yang kamu inginkan? Biarkan aku mendengarnya. Karena kamu sudah di sini, anggap ini sebagai penebusanku dari kejadian di pertemuan kita yang terakhir."

Oh, sial.

Sou tidak menyangka ini.

Karl yang lebih dulu mengakui kesalahannya.

Kejadian tiga bulan lalu masih membekas di ingatannya. Di mana Skrip Bot Naga yang dia dapatkan dari membunuh monster level dua belas, dijadikan sebagai bahan eksperimen oleh Karl. Tentu, melihat bagaimana skrip dan material yang dia kumpulan hanya menjadi tumpukan sampah daur ulang, membuatnya tanpa sadar berkata mengutuk kasar. Skrip Naga itu benar-benar sangat sulit ditemukan, dia bertaruh nyawa dan keberuntungan untuk mendapatkan satu. Lebih jauh lagi, Sou tidak tahan dengan reaksi Karl yang terlihat tidak peduli.

Tapi melihat bagaimana Skrip Peradaban hanya diberlakukan dengan bosan oleh Karl, Sou dapat mengerti apa arti Skrip yang diberikan kepadanya untuk dirakit padanya.

Jadi, membayangkan Karl yang sombong sampai berkata seperti begitu, ini hal baru untuknya.

Duduk dengan tegak, Sou menatap Karl dengan serius, "Aku butuh kamu untuk melakukan refining untuk busurku." Lalu setelah menyelesaikan perkataannya, dia mengeluarkan busur panjang berwarna merah dari kantong dimensional miliknya, meletakkan di depan Karl dia melanjutkan perkataanya, "Saat ini refining hanya membantu 15% pada buff serangan. Aku ingin memaksimalkan buff yang bisa diberikan dengan melakukan refining."

"Busur ini sudah pada tingkat Ares?"

"Ya, aku menghabiskan banyak Forstone untuk itu."

Memperhatikan busur di tangannya, Karl sedikit terkejut. Ternyata Sou berhasil melakukan peningkatan, yang mana sebelumnya hanya berada pada tingkat naga. Pantas saat dia melihat Sou mengeluarkannya dari kantong dimensional, dia bisa melihat aura keemasan yang bercampur dengan warna merah. Sebagai catatan Ares hanya bisa ditingkatkan jika itu skrip Naga. Bisa dikatakan Ares hampir sama seperti Achaemenidae, hanya saja jika Ares memiliki keistimewaan yang mana ada keahlian tambahan sesuai dengan kekuatan penggunanya.

"Kapan kamu ingin melakukan refining?"

"Aku berencana menggunakannya besok. Jadi, itu perlu dilakukan sesegera mungkin."

Sou menatap pihak lain dengan senyum kaku. Mencoba mempertahankan rasa percaya dirinya.

Kretak..

Karl membanting busur di tangannya ke meja, membuat Sou meringis mendengar suaranya. Untung dia tau, jika busurnya tidak akan mengalami kerusakan hanya dengan kekuatan seperti itu, tapi tetap saja, dia merasa tidak enak pada busurnya. Bertahanlah sedikit lagi.

"Sou," Karl memanggil, wajahnya terlihat sangat menakutkan ketika berbicara dengan suara rendah, "Menurutmu, berapa banyak mana yang dibutuhkan untuk melakukan sekali refining? Kamu benar-benar melihatku terlalu tinggi."

"Karl, aku yakin jika kamu yang melakukannya tidak akan memakan banyak mana—karena refining lebih bekerja dengan baik, jika dilakukan oleh pembuatnya."

Karl tidak membantah langsung, tapi dia bertanya setelah bersandar lelah di kursinya, "Mengapa terburu-buru? Aku bisa melakukannya dengan lebih baik jika kamu memberiku lebih banyak waktu."

Menyisir rambut hitamnya ke belakang, Sou berkata muram, "Aku perlu menyelesaikan dungeon milik Torilawa sendiri besok—dan itu berada level AA. Laporan terakhir mengatakan bahwa portal sudah mulai menunjukan ketidakseimbangan. Aku pikir tidak lebih dari tiga hari, sebelum terjadi dungeon break."

Dahi Karl mengerut, "Aku tau kamu Hunter level S, tapi menyelesaikan dungeon peringkat AA sendiri, apa kamu ingin mati? Di mana squadmu sebagai pemimpin guild terbesar di Torilawa."

Sudut mulut Sou berkedut mendengar perkataan Karl. Setelah mendengar keadaan guild beberapa hari lalu dari Merlin, membuat dirinya meringis. Dia benar-benar sudah berakhir.

"Hal-hal sulit untuk dikatakan. Jadi apa kamu bisa menyelesaikannya?"

Menghela napas lelah, Karl menjawab, "Aku akan mencoba, tapi mungkin hanya akan sampai 25% buff penyerangan."

"Itu sudah cukup. Terimakasih."

Lalu dia terdiam. Melihat Karl yang sudah sibuk dengan busurnya membuat suara Sou sedikit tercekat, matanya menatap ragu dengan ketukan jarinya yang semakin tidak beratur, "Hei Karl, tentang masalah sebelumnya..."

Karl menatap bosan sambil menunggu perkataan Sou selesai, tapi setelah beberapa saat masih tidak ada lanjutan. Menghela napas kasar, dia hanya berkata acuh, "Lupakan itu. Aku tau orang macam apa kamu."

"Uh... mengapa aku selalu merasa kamu menilaiku sangat buruk, Karl."

Karl sekali lagi memutar matanya.

[]\