Matahari telah menyinari bumi dan terdengar suara ayam sedang berkokok.
"Kukuruyukkk...."
Satu per satu manusia terbangun dari tidur nyenyaknya.
"Byurrr..... Byurrrr....."
Setelah selesai mandi Zia pun berjalan turun menuju meja makan.
"Pagi mah pah," gumam Zia sambil melemparkan bokongnya ke kursi.
"Pagi Zia," jawab mamah dan papah.
"Kamu masih sakit kepalanya?" tanya mamah.
"Udah engga ko mah," jawab Zia.
"Sayang kayanya Air itu berdampak buruk ke kamu jadi jauhin dia ya, kata pa Handri kemarin kamu seperti itu karna dia," tutur papah.
Mamah hanya melihat pembicaraan itu sambil mengoleskan roti dengan selai kacang untuk papah dan selai stroberi untuk mamah dan Zia.
"Dia itu baik banget pah, kemarin aja dia bawa aku ke Uks," ucap Zia menjelaskan.
"Ya udah kalo dia baik tapi kalau dia berdampak buruk sama kamu jauhin ya sayang,"
"Udah dulu ngobrolnya sekarang sarapan dulu, papah juga kan jalan duluan nanti telat loh," gumam mamah
"Ouh iya mah," ucap papah lupa. Ia pun buru-buru sarapannya agar tidak telat ke kantor.
"Pelan-pelan pah nanti tersedak," beo mamah.
"Iwya mwawh (hilangkan W)," ucap papah dengan mulut yang dipenuhi roti.
"Uhukk..... Uhukk..." mamah pun sigap langsung menyodorkan gelas berisi air.
"Kannnn...." singkat mamah khawatir sambil mengeluarkan mata saringgannya.
"Hehe maaf mah,"
"Ya udah papah jalan dulu yaa papayyy," ucap papah sambil mengusap bajunya yang kotor karna terkena serpihan roti.
"Iya pah, hati-hati papayyy," ucap bersama.
Mereka berdua pun salim kepada papah setelah itu papah pun bergegas jalan menuju kantornya.
"Pagi pa," sapa seorang satpam yang bernama Rangga. Ia sambil membukakan pintu gerbang.
"Pagi juga Rangga," jawab papah.
Papah pun pergi menjauh dari rumah untuk menuju ke kantornya tak berselang lama Zia pun berangkat ke sekolah dengan mobil yang dibawa oleh pa Handri.
Perjalanan Zia sangatlah santai dan lumayan lancar karna hanya sesekali macet hingga tak terasa Zia pun sampai sekolah barunya dengan cepat.
"Sampai non," ucap pa Handri.
"Iya pa," singkatnya ia pun turun dari mobil dan berjalan menuju kelasnya.
"Gua masih kepikiran yang kemarin deh," gumamnya dalam hati sambil berjalan melamun memikirkan itu.
Flashback On
"Ouhh, kenalin gua Air Arkasha biasa dipanggil Air," tutur Air sambil menjulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Airr???," tanya Zia samar.
Seketika badan Zia berputar seperti orang sedang mabuk. "Haloo lu kenapa?" tanya Air khawatir.
"Ah engga ko. O iya gua Zia Naavaila Anderson panggil aja Zia, salam kenal," ucap Zia sambil menjulurkan tangannya juga. Seketika kepalanya pening dan Zia pun....
Tiba-tiba matanya langsung buram dan makin gelap semakin gelap. Ia pun jatuh dan pingsan lalu di benak Zia terbayangkan ia yang sedang berada di dalam tubuh sesosok perempuan yang entah siapa dengan didepannya ada Air yang memegang pisau dengan senyum creepynya itu sambil berjalan terus mendekatinya.
Zia terus mengusap-ngusap matanya untuk memastikan apakah ini benar dan ternyata ini memang benar yang membuat butiran-butiran beningnya terus berjatuhan dari kelopak matanya, apakah ini akhir dari hidupnya?
"Air hikss.... lu mau ngapain," ucap Zia sesegukan karna tangisannya sambil terus berjalan mundur.
Air hanya terus berjalan tak menggubris ucapan Zia seperti tak mendengar ucapannya. Zia melihat Air dengan jelas dan teliti. Itu memang Air tetapi....?!
Flashback Off
"Woy Zia ngalamun aja," ucap seseorang. Zia pun langsung tersadar setelah mendengar suara itu.
"E-ehh Air," ucap Zia gugup.
"Lu kenapa si? kaya kaget banget," tanya Air bingung.
"Ee-engga ko, udah ya gua duluan ke kelas," ucap Zia sambil berancang-ancang untuk berlari tetapi belum jgua berlari tangan kecil Zia dipegang oleh Air.
"Lu itu kenapa si? Sekarang kaya menghindar terus sama gua," tanya Air lagi makin bingung.
Zia hanya diam lalu menghempas kencang tangan Air dan berlari secepat mungkin. Air pun hanya terdiam dan memutuskan untuk mengejarnya karna lari Zia tidak seberapa membuatnya mudah untuk mengimbanginya tetapi karna cape Air memutuskan untuk jalan santai saja.
Sesampainya di kelas Zia hanya terduduk dan masih saja melamun entah mengapa tetapi saat ini ada rasa bersalah sekaligus takut yang terlihat sekali dari raut wajahnya.
Air pun mendekatkan diri ke Zia.
"Heyy lu itu kenapa si? Jangan bikin gua bingung," ucap Air.
Zia hanya diam sambil menatap Air tanpa berniat untuk menjawab pertanyaannya.
"Gua anak baik-baik ko, maaf ya kemarin nabrak lo dan bikin lo pingsan," ucap Air merasa bersalah.
"Iyaa bukan karna itu juga ko, maaf juga ya untuk yang tadi," jawab Zia merasa bersalah juga.
"Iya santai, bener?" tanya Air lagi.
"Iya,"
Kumpulan tong kosong bernyaring (Clarissa and the geng) pun mendatangi mereka membuat ribut.
"Lu itu ngapain si kegatelan banget sama Air ewww, dia itu punya gua," cerocos Clarissa dengan mulut yang dimain-mainkan dan tatapan sinisnya.
"Hehh... lu itu bisa gak usah ganggu gua terus dan jangan ganggu Zia juga!" Bentak Air pada Clarissa.
Terlihat mata-mata sinis geng Clarissa yang mengarah kepada Zia dan Air.
"Haha mimpi kali lo," timpal Zia kepada Clarissa.
Zia mendekat ke arah Clarissa.
"Tiga kosong haha," bisik pelan Zia.
"Isss kalian benar benar menyebalkan," jawab Clarissa sambil meninggalkan mereka berdua.