Selasa, 2 September, 2020. Pukul 03:28 dini hari.
Adam terbangun dari tidurnya pada jam tiga pagi. Semalam, setelah mengantar Wita dan menyapa ayahnya, Adam langsung pulang ke rumah, makan malam bersama Shadow, dan belajar selama dua jam. Setelah itu, dia tidur tepat pukul sepuluh malam.
Dia menguap sambil meregangkan tubuhnya, mengangkat kedua tangannya. Setelah bangun dari kasur, dia membangunkan Shadow dan mulai merapikan tempat tidur mereka. Kemudian, dia pergi ke kamar mandi di lantai satu untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Shadow menunggu di dapur. Beberapa saat kemudian, Adam keluar dari kamar mandi, menuju dapur, dan mulai menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Shadow.
Setelah merasa kenyang, Adam kembali naik ke lantai dua, menuju kamarnya. Dia mengganti piyamanya dengan pakaian olahraga dan turun kembali ke lantai satu. Sebelum pergi menjalankan Misi Harian, dia mengambil botol minumnya dan berpamitan pada Shadow.
"Aku akan berolahraga dulu, kau jaga rumah dengan baik, ya, Shadow," katanya sambil berjongkok, sambil mengelus kepala kucing kecil yang imut itu.
"Miaw!"
Adam bangkit berdiri dengan senyuman, lalu mulai mengenakan sepatunya, mengucapkan salam, dan keluar. Begitu berada di luar rumah, dia mulai melakukan pemanasan. Setelah beberapa menit pemanasan, dia mulai berlari dengan kecepatan sedang.
Karena kondisi fisiknya yang di atas rata-rata manusia biasa, Adam mampu menyelesaikan lari 10 kilometer hanya dalam waktu sepuluh menit. Namun, karena dia belum merasa lelah, dia memutuskan untuk melanjutkan larinya. Setelah sepuluh menit lagi, dia berhasil menempuh jarak 10 kilometer lagi.
[ 20 Km/10 ]
Melihat panel sistem di depannya, Adam tersenyum puas. Dia kemudian minum air dari botol minumannya untuk menghilangkan dahaga. Setelah merasa segar kembali, dia berjalan menuju taman yang kebetulan berada di dekatnya.
"Baiklah, mari kita mulai," katanya dengan sikap siap begitu dia tiba di taman.
Kemudian, dia melakukan 100 kali Push-up, 100 kali Sit-up, 100 kali Pull-up, dan 100 kali Scout Jump. Adam berhasil menyelesaikan semua itu hanya dalam waktu tiga puluh menit. Dia juga hanya merasa sedikit lelah setelah melakukan semua itu.
Adam beristirahat di bangku taman seperti biasa, sambil minum air dari botol minumnya. Setelah kelelahannya hilang, dia bangkit kembali dengan sikap siap dan mulai melakukan jenis olahraga yang sama sebanyak 100 kali lagi. Mengapa dia melakukannya lagi? Karena dia belum merasa puas. Menurutnya, minimal dia harus merasa benar-benar lelah, bukan hanya sedikit lelah.
Tiga puluh menit kemudian, Adam berhasil menyelesaikan semuanya lagi. Namun, dia masih merasa sedikit lelah. Adam menghela nafas ringan dan kembali duduk di kursi taman. Setelah beberapa saat bersantai di sana, tiba-tiba pemberitahuan sistem muncul di depannya.
[ Selamat, Anda telah menyelesaikan Misi Tersembunyi: Melewati Batas. ]
[ Anda mendapatkan Hadiah. ]
[ Apakah Anda menerimanya? Ya/Tidak. ]
Melihat semua pemberitahuan sistem di depannya, Adam terkejut dan berkata dengan heran, "Aku hanya ingin merasakan kelelahan, tapi siapa sangka aku malah mendapatkan hadiah seperti ini," sambil tersenyum.
"Baiklah, aku terima hadiahnya!" katanya dan menekan 'Ya' pada panel sistem dengan antusias.
[ Selamat, Anda mendapatkan Skill: Mengemudi.
Deskripsi Skill: Kemampuan untuk mengemudikan kendaraan apa pun, dengan tingkat keahlian yang meningkat seiring naiknya level Skill. ]
[ Selamat, Anda mendapatkan Skill: Pengendalian Senjata.
Deskripsi Skill: Kemampuan untuk menguasai berbagai jenis senjata, mulai dari senjata tumpul, senjata tajam, hingga senjata api, dengan tingkat keahlian yang meningkat seiring naiknya level Skill. ]
Adam benar-benar terkesima setelah membaca deskripsi skill dari hadiah sistem tersebut. Dia langsung berkata dengan ekspresi cerah terpancar di wajahnya, "Ini benar-benar skill yang sangat berguna, Sistem!"
Memang, kedua Skill ini sangat berguna bagi Adam. Skill Mengemudi akan membantunya untuk belajar mengemudikan kendaraan selain sepeda yang telah dikuasainya. Sedangkan Skill Pengendalian Senjata akan menjadi kemampuan yang berharga bagi pertahanan dirinya, terutama jika dikombinasikan dengan Skill Boxing yang telah dimilikinya. Dengan kedua skill tersebut, dia merasa lebih siap jika Kule menantangnya untuk bertarung.
Setelah menenangkan diri dari kebahagiaan menerima Hadiah dari Sistem, Adam kembali duduk di kursi taman dan mengucapkan pelan, "Status Window."
[ Status Window ]
[ Nama: Adam Kirana ]
[ Profesi: Siswa Kelas 12-B di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Meykarta ]
[ Kekuatan: 89
Kelincahan: 88
Ketahanan: 89
Kecerdasan: 22
Karisma: 11 ]
Skill: Gamer Lvl.MAX, Memasak Lvl.3, Belajar Lvl.2, Olahragawan Lvl.1, Merawat Hewan Lvl.1, Beladiri Tinju Lvl.1, Mengemudi Lvl.1, Pengendalian Senjata Lvl.1 ]
Dia membaca semua informasi di Status Window-nya dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, dia tersenyum puas. Namun, masih ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Karena dia tidak ingin terus penasaran, dia bertanya pada udara kosong, "Bagaimana cara meningkatkan level skill ini?" sambil memegang dagunya dan memiringkan kepalanya.
Dan jawaban atas rasa penasaran Adam pun muncul.
[ Cara meningkatkan Level Skill adalah dengan melatihnya atau mengulanginya secara konsisten. Batas maksimal Level Skill adalah 10. Selain itu, untuk mendapatkan Skill baru, Anda perlu mengulangi satu kegiatan atau latihan tertentu sebanyak 30 kali. ]
Setelah membaca penjelasan dari Sistem, Adam mengangguk mengerti dan berkata, "Sekarang aku mengerti... Itu menjelaskan mengapa skill merawat hewan muncul di daftar skillku."
"Dan dengan melatih skill yang ada di daftar skillku, aku bisa meningkatkan levelnya..." lanjutnya sambil masih memegang dagunya.
[ Betul sekali, Master. ]
"Baiklah, jika begitu, apakah kamu memiliki metode latihan atau fitur apa pun yang dapat membantu meningkatkan level skill ini?" tanya Adam dengan rasa ingin tahu pada Sistem.
[ Ya, Master. Saya memiliki fitur simulasi yang dapat membantu Anda meningkatkan level skill. Namun, untuk menggunakan fitur simulasi ini, Anda perlu berada di ruangan atau tempat yang luas dan juga memiliki benda yang berhubungan dengan Skill yang Anda ingin simulasikan tersebut. ]
Melihat jawaban dari Sistem, Adam langsung bersemangat dan berkata, "Oh! Kalau begitu, mari kita mulai sekarang! Taman ini cukup luas untuk itu!"
[ Apakah Anda yakin, Master? ]
"Tentu saja! Ayo, mari langsung kita mulai simulasinya!" jawab Adam yang sudah tidak sabar.
[ Baik, Master. Untuk menjelaskan tentang simulasi, saya akan menciptakan ruang virtual yang hanya dapat dilihat oleh Anda. Ruang ini akan mensimulasikan Skill yang Anda pilih, dan Anda harus mengikuti simulasi Skill tersebut. ]
"Ya, ya, aku mengerti! Ayo, mari kita mulai simulasi ini sekarang juga!" katanya dengan antusiasme yang tak tertahankan, penuh dengan keingintahuan tentang fitur simulasi ini.
[ Baik, Master. Mari kita mulai! ]
Tiba-tiba, dalam pandangan Adam, sebuah ruangan transparan berwarna biru muncul, dengan luas yang sama dengan taman tempat dia berada. Dia benar-benar terpesona oleh pemandangan ini dan terdiam, tidak bisa berkata apa pun. Dalam keheningannya, dia terus memperhatikan pembentukan ruang virtual yang diciptakan oleh Sistem. Tak lama kemudian, setelah ruang virtual itu terbentuk, pemberitahuan dari Sistem muncul dengan pertanyaan.
[ Skill apa yang ingin Anda simulasi, Master? ]
Adam berpikir sejenak, sedikit bingung memilih skill mana yang ingin dia pilih. "Mungkin skill olahragawan? Tapi di sini tidak ada peralatan olahraga... Dan skill lainnya juga tidak mungkin dilakukan di sini," gumamnya sambil melihat sekeliling yang kosong.
[ Saya menyarankan Anda memilih Skill Beladiri Tinju, Master. ]
Melihat saran dari Sistem, Adam mengangguk dan berkata, "Ya, memang sudah terlintas di pikiranku untuk memilih skill itu."
"Baiklah, mari kita mulai dengan simulasi beladiri tinju, tolong bantu aku, Sistem!" lanjutnya dengan antusias sambil tersenyum.
[ Baik, Master. ]
[ Simulasi akan dimulai sekarang. ]
Dengan pemberitahuan dari Sistem, simulasi pun dimulai, dan Adam siap mengikutinya.
______________________________________________
Waktu menunjukkan pukul 06:16 dini hari. Adam telah melakukan simulasi selama sekitar satu jam dan sekarang dia istirahat di bangku taman dengan ekspresi puas melihat kemajuan Skill Beladiri Tinjunya.
[ Beladiri Tinju Lvl.2 ]
"Aku tidak menyangka simulasi ini akan begitu efektif," gumamnya sambil tersenyum dan sedikit terengah-engah.
Satu jam yang lalu, saat simulasi dimulai, Adam melihat dua hologram dirinya yang muncul dalam bentuk biru dan merah di ruang virtual yang diciptakan oleh Sistem. Kemudian, kedua hologram Adam itu mulai saling bertarung dengan menggunakan Skill Beladiri Tinju.
Adam takjub dengan apa yang dilihatnya saat itu, seolah-olah dia sedang menonton pertandingan tinju profesional. Pukulan jab, pukulan silang, pukulan hook, pukulan uppercut, dan kombinasi pukulan serta teknik tinju lainnya. Semua gerakan ini ditampilkan oleh kedua hologram Adam.
Beberapa menit kemudian, kedua hologram itu berhenti, tidak ada yang kalah atau menang di antara mereka. Adam bertepuk tangan, sangat kagum dengan teknik-teknik yang ditunjukkan oleh kedua hologram tersebut. Tidak lama kemudian, Sistem meminta Adam untuk meniru gerakan yang ditunjukkan oleh hologram biru saat dia melawan hologram merah.
Adam hanya tersenyum remeh dengan perintah Sistem itu. Dia berpikir ini akan sangat mudah. Namun, setelah Adam melawan hologram merah dan terkena pukulan darinya, dia berubah pikiran. Adam mengira jika hologram tidak dapat memberikan rasa sakit pada pukulannya, tapi ternyata Sistem sudah mengaturnya. Jika Adam terkena pukulan dari hologram merah, Sistem akan memberikan sensasi kerusakan pada bagian yang terkena pukulan itu. Baik itu kerusakan internal maupun eksternal, namun Sistem akan menyembuhkannya setelah simulasi berakhir.
Karena Adam tidak bisa meremehkan simulasi ini lagi dan hologram merah yang menjadi lawannya, dia mulai serius dan meniru teknik-teknik yang dilihatnya saat Adam biru dan Adam merah bertarung.
Dengan menggunakan Jab, Straight, Hook, Uppercut, dan teknik tinju lainnya, Adam mulai melawan hologram merah dengan serius. Namun, tetap saja, dia masih kewalahan dan terus dihajar oleh hologram merah. Tentu saja, Adam masih amatir sedangkan hologram merah seperti seorang profesional.
Namun, Adam tidak menyerah. Walaupun dia terus dihajar habis-habisan, dia tetap melawan. Beruntung, berkat fisiknya yang di atas rata-rata dan pemikiran yang cepat, satu jam kemudian kemudian Adam berhasil mengalahkan hologram merah dengan pukulan Uppercut yang mengakhiri simulasi tersebut.
Kembali ke waktu sekarang. Melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06:17 dini hari, Adam akhirnya memutuskan untuk pulang. "Hah, waktunya pulang. Jika aku terlambat ke sekolah lagi, aku benar-benar akan di keluarkan," gumam Adam sambil bangkit berdiri.
Sepuluh menit kemudian, Adam tiba di rumahnya. Dia melepas sepatunya dan mengucapkan salam, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, Adam naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya. Sambil mengenakan seragam sekolahnya, Adam melihat Shadow yang masih tertidur di atas kasur. Adam hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihatnya.
Setelah merasa sudah rapi, Adam mengambil tasnya yang selalu diletakkan di atas meja belajarnya. Kemudian, Adam turun dan mengenakan sepatu sebelum keluar dari rumah sambil mengucapkan salam. Dia berjalan menuju halte bus terdekat.
Sambil menunggu bus itu, Adam mulai mengingat kembali gerakan-gerakan dan teknik dari Skill Beladiri Tinju yang dia latih menggunakan simulasi dari sistem tadi. Setelah beberapa saat, Adam tersenyum puas dengan raut bangga. Dia benar-benar mengingat semuanya.
Namun, karena bus tidak kunjung muncul, Adam merasa kesal di dalam hatinya. "Busnya mana sih? Aku akan terlambat lagi kalau begini!" gerutunya sambil melihat ke kiri dan kanan jalan.
Pandangan Adam terhenti saat dia menoleh ke arah kanan dan melihat bus langganannya tiba. Adam kemudian menenangkan dirinya, melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06:57 dini hari. "Masih sempat, ternyata," batinnya lega.
Pintu bus terbuka, dan Adam bersama beberapa penumpang lain masuk. Dia memberi salam pada Om Ocel dan kemudian duduk di kursi belakang bus. Setelah Adam dan penumpang lainnya duduk dengan tenang dan nyaman, bus pun melaju menuju ibu kota, Meykarta.
Di dalam bus, sambil memainkan ponselnya, Adam menggelengkan kepalanya dan bergumam dalam hati, "Hari ini aku tidak akan punya waktu bersantai. Ujian Tengah Semester, ekskul, belajar materi dengan Bu Rina ... semuanya datang bertubi-tubi."
Adam merasa kelelahan hanya dengan memikirkan jadwal harinya. Dia memijat pelipisnya dengan lembut, mencoba meredakan sakit kepala yang muncul akibat beban pikiran yang berat. "Ugh ... Aku benar-benar pusing memikirkan semua ini," keluhnya dengan sedikit kelelahan dalam suaranya.
Dan tiba-tiba, pemberitahuan Sistem muncul dengan Misi Khusus yang membuat Adam tambah sakit kepala.
[ Misi Khusus: Akulah si Nomor 1. ]
[ Dapatkan peringkat satu dalam Ujian Tengah Semester.
Hadiah: X-phone 14. ]
[ Menangkan latih tanding antar sekolah di ekskul yang Anda minati.
Hadiah: X-watch 8. ]
[ Bantu Sely, Ketua Osis yang akan dalam masalah.
Hadiah: Skill Pesona. ]
Adam hanya bisa tersenyum masam melihat semua pemberitahuan ini. Menghembuskan nafas panjang, dia berkata, "Aku mengerti dengan dua misi pertama, tapi aku tidak mengerti dengan misi ketiga ini. Masalah apa yang akan menimpa si Ketua Osis? Dan apa hubungannya dengan menjadi nomor satu dengan membantunya?" Adam bertanya pada udara kosong.
Sistem pun menjawab dengan panel pemberitahuan.
[ Saya tidak bisa memberitahukan tentang masalah apa yang akan menimpa Sely. Namun, masalah ini sangat serius dan mungkin akan berpengaruh besar pada keselamatan, kesehatan mental, dan masa depan Sely. Mengenai menjadi nomor satu, membantu Sely dalam masalah ini mungkin akan membuatmu menjadi nomor satu di hatinya. ]
Adam sedikit terkejut dengan jawaban dari Sistem. "Masalah apa yang akan dihadapinya? Sampai mempengaruhi keselamatan dan masa depannya?" pikirnya dengan ekspresi serius.
"Jika memang begitu serius, aku harus membantunya!" gumam Adam dalam hati. Dia tidak terlalu peduli dengan menjadi nomor satu di hati Sely ataupun Hadiah Skill Pesona itu. Yang terpenting adalah keselamatan dan kebahagiaan Sely.
Bus terus melaju menuju Meykarta, dengan Adam yang sedang memikirkan solusi dan bagaimana dia akan menyelesaikan semua Misi Khusus ini. Ada sedikit rasa kekhawatiran dalam dirinya ketika memikirkan masalah apa yang akan menimpa Sely.
______________________________________________
Selasa, 2 September, 2020. Pukul 07:45 dini hari. Sekolah Elit Meykarta.
Bus tiba di halte yang dekat dengan Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Meykarta. Adam turun dari bus, diikuti oleh beberapa murid lain. Mereka adalah sesama murid yang juga berasal dari Dupa dan telah mendapatkan jalur beasiswa untuk masuk ke sekolah ini.
Meskipun Adam tidak terlalu mengenal atau akrab dengan mereka, dia tetap tenang dan tidak mengatakan apapun setelah membayar ongkos pada Om Ocel.
Meski wajah Adam terlihat datar, namun di dalam benaknya, dia tengah memikirkan banyak hal. Ia mempertimbangkan strategi agar bisa meraih peringkat satu dalam Ujian Tengah Semester kali ini, bagaimana caranya untuk memenangkan latihan pertandingan antar sekolah di ekstrakurikuler voli yang sangat ia minati, dan masih banyak lagi hal yang terus terlintas dalam pikirannya saat ia melangkah melewati gerbang sekolah.
Kedua satpam yang berjaga di gerbang sekolah itu terlihat memberikan jempol sebagai penghargaan kepada Adam karena ia berhasil tidak terlambat lagi. Adam hanya tersenyum kecil sebagai tanggapannya dan melanjutkan langkahnya menuju bangunan utama sekolah elit ini.
Bangunan utama sekolah elit ini dibangun tepat di tengah lahan yang luas, terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk Ruang Kelas 10-A hingga 10-C, serta Ruang Kelas 11-A hingga 11-C. Selain itu, terdapat juga kantin, perpustakaan, serta toilet wanita dan toilet pria yang terletak di luar lantai pertama.
Di lantai dua, terdapat Ruang Kelas 12-A hingga 12-C, serta fasilitas lainnya seperti Ruang Laboratorium, Ruang Komputer, Ruang Bahasa/Sastra, Ruang Seni, dan Ruang Musik. Sedangkan di lantai tiga, terdapat Ruang Ekskul, Ruang Audio, dan Ruang Teater Film.
Selain bangunan utama, terdapat juga bangunan terpisah yang meliputi Auditorium untuk upacara atau acara besar lainnya, Gedung Olahraga yang digunakan untuk praktek olahraga siswa, serta Gedung Kolam Renang. Terdapat pula Gedung Dewan Guru yang menjadi tempat berkumpulnya para guru. Selain itu, terdapat Lapangan Sepak Bola yang terletak di depan bangunan utama.
Seperti itulah gambaran dari Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Meykarta ini.
Tiba di kelas, Adam melihat para murid yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka memandang Adam dengan tatapan jijik, namun Adam tidak terlalu memperdulikan mereka dan melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya.
"Apakah mereka menatapku seperti itu karena mereka mengira aku telah melakukan operasi plastik?" berpikir Adam setelah duduk di tempatnya.
Tanpa diminta, para 'teman sekelas' Adam langsung mulai bergosip satu sama lain, dan suara mereka terdengar jelas oleh Adam.
"Wah, lihatlah si Adam itu. Sok dingin banget, kan!"
"Iya, bener. Kayaknya dia tuh udah operasi plastik deh!"
"Tapi, darimana kalian tau dia operasi plastik?"
"Eh, bukan lo yang bilang begitu tadi?"
"Hah?!"
Para 'teman sekelas' terus asyik dengan gosip mereka, bahkan kadang-kadang menghina Adam. Namun, masih ada beberapa yang percaya bahwa perubahan yang terjadi pada Adam adalah hasil dari usaha kerasnya sendiri dan bukan dari operasi plastik atau apapun yang sejenis itu.
Adam tetap diam sambil tersenyum dengan penuh misteri. 'Aku akan membuat kalian terkejut lagi hari ini, teman sekelasku...' pikir Adam dalam hati.
Beberapa saat kemudian, seorang guru paruh baya yang bertugas sebagai pengawas Ujian Tengah Semester (UTS) tiba di kelas dengan membawa map berwarna coklat yang berisi soal dan lembar jawaban untuk UTS pertama.
Guru tersebut duduk di depan kelas dan meminta semua murid untuk tetap tenang ketika UTS dimulai.
Setelah mendapatkan persetujuan dari murid-murid, guru itu membagikan soal dan lembar jawaban kepada setiap murid di kelas 12-B.
Setelah semua murid memiliki soal dan lembar jawaban mereka masing-masing, guru paruh baya itu berbicara dengan tegas, "Baiklah, selama ujian berlangsung, kalian harus menjaga ketenangan dan tidak diperbolehkan berisik atau melakukan kecurangan. Jika ada yang tertangkap basah, saya akan mengeluarkannya dari kelas dan memberikan nilai F pada rapornya!"
Mendengar ucapan Guru di depan mereka, semua murid di kelas itu hanya bisa menelan ludah dan berdoa agar mereka diberikan kemudahan selama UTS ini.
"Kalau begitu ... Ujian Tengah Semester dimulai!" lanjut Guru paruh baya dengan nada tegas.
Para murid kelas 12-B mulai serius dan fokus mengerjakan soal yang diberikan satu per satu. Di tengah-tengah mengerjakan, ekspresi mereka mulai berubah, menunjukkan bahwa mereka menghadapi kesulitan.
Namun, ada tiga murid yang tidak terlihat kesulitan sama sekali. Mulai dari murid yang duduk di barisan paling depan. Di sudut kiri, ada seorang murid perempuan dengan rambut hitam pendek sebahu dan pandangan yang dingin yang dengan mudah mengerjakan soal-soal tersebut. Perempuan ini menempati peringkat satu di kelas Adam dan namanya tertulis di papan nama di dada kirinya, yaitu 'Rini Utami'.
Tepat di belakang tempat duduk Rini Utami, ada seorang murid laki-laki dengan rambut bergaya mangkok yang sedang mengerjakan soal dengan cukup mudah, tatapan serius terlihat di balik kacamatanya. Pemuda ini menempati peringkat dua di kelas Adam. Nama yang tertulis di papan nama adalah 'Deril Wirawan'.
Dan tentu saja, orang yang menempati peringkat tiga adalah Adam sendiri. Sekarang, dia sedang mengerjakan semua soal dengan mudah. Adam sempat berpikir bahwa ini akan sulit, namun ternyata tidak seberat yang dia bayangkan. Bahkan materi yang dia pelajari lebih sulit daripada soal ini.
"Jadi begini, rasanya memiliki status kecerdasan di angka dua puluh," gumam Adam dalam hati dengan ekspresi ceria sambil terus mengerjakan soal.
Sepuluh menit kemudian, Adam telah menyelesaikan semua soal yang ada di kertas tersebut. Namun, dia belum mengantarkannya pada Guru pengawas paruh baya yang ada di depan. Ada yang membuat Adam penasaran dan dia ingin mengetahuinya sekarang.
Adam mengarahkan pandangannya pada Deril Wirawan dan bergumam dalam hati, "Status Window"
[ Nama: Deril Wirawan ]
[ Profesi: Siswa 12-B di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Meykarta ]
[ Kekuatan: 8
Kelincahan: 6
Ketahanan: 6
Kecerdasan: 3
Karisma: 1 ]
[ Skill: Menghafal Level 3, Analisa Level 1, ... ]
[ Deskripsi: Seorang anak dari keluarga yang cukup berpengaruh di Meykarta. Namun, hubungannya dengan keluarganya tidak harmonis karena keluarganya hanya mementingkan status sosial dan pandangan orang terhadap mereka daripada kebahagiaan anaknya. Walaupun begitu, dia tetap menyayangi keluarganya. Dia memiliki sedikit teman. ]
"Ugh... Aku terharu. Mulai sekarang, aku juga akan menjadi temanmu, Deril," gumam Adam dalam hati setelah melihat deskripsi Deril Wirawan tersebut. Dia benar-benar ingin mengajak Deril menjadi temannya mulai dari sekarang.
"Baiklah, selanjutnya," lanjut Adam sambil memalingkan pandangannya ke arah Rini Utami.
Dengan bergumam "Status Window" dalam hati, informasi tentang Rini Utami muncul di depan Adam.
[ Nama: Rini Utami ]
[ Profesi: Siswi kelas 12-B di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Meykarta, Kasir Toko Kue ]
[ Kekuatan: 8
Kelincahan: 6
Ketahanan: 5
Kecerdasan: 4
Karisma: 3 ]
[ Skill: Kerajinan Tangan Level 2, Membuat Kue Level 1, Pelayanan Level 2, Belajar Level 3, ... ]
[ Deskripsi: Seorang anak dari orang tua yang memiliki toko kue yang cukup terkenal di Meykarta. Keluarganya harmonis meskipun mereka menghadapi beberapa masalah yang berhasil mereka atasi. Rini terkenal dengan sikap dinginnya dan hanya peduli dengan membuat kue, belajar, dan membuat kerajinan tangan. Dia cukup populer di kalangan anak laki-laki dan sering mendapat pernyataan cinta. ]
Setelah membaca semua informasi tentang Rini Utami, Adam sudah menduganya dan berkata dalam hati, "Seperti yang kuduga dari siswi yang populer. Namun, rupanya dia juga memiliki rahasia," Adam sedikit terkejut dengan penemuan ini.
[ Dia juga masih perawan, Master. ]
Adam terkejut dengan informasi terakhir ini, dia kemudian mendengus kesal, "Aku benar-benar tidak perlu informasi ini!" batinnya berteriak.
Tiba-tiba, Adam kembali sadar saat merasakan keberadaan seseorang di sampingnya. Ia menoleh ke samping dan melihat Guru pengawas sedang memeriksa lembar jawaban yang telah ia selesaikan. Guru tersebut bertanya apakah Adam sudah selesai, dan Adam menjawab dengan iya. Guru itu mengangguk dan mengambil soal dan lembar jawaban dari meja Adam sebelum kembali ke depan kelas.
Waktu terus berlalu, dan suasana di dalam kelas dipenuhi dengan ketegangan dan berbagai emosi yang dirasakan oleh para murid saat menjalani UTS.
______________________________________________
Rini Utami menjadi terkejut setelah melihat kejadian yang tak terduga. Ia melihat Guru Pengawas UTS mengajukan pertanyaan kepada murid peringkat tiga apakah ia sudah selesai mengerjakan soal. Yang mengejutkan, murid peringkat tiga itu menjawab bahwa ia sudah selesai. Padahal baru sepuluh menit sejak UTS dimulai.
Meskipun Rini tetap menunjukkan ekspresi dingin dan seolah tidak memperdulikan, namun dalam hatinya ia mempertanyakan hal tersebut. "Apakah murid peringkat tiga itu benar-benar tahu jawabannya atau hanya asal menjawab? Namun, ekspresi Guru Pengawas terlihat seolah-olah murid tersebut menjawab dengan benar!" Rini merasa heran dan terkejut dengan situasi yang ada.
Meskipun begitu, Rini tidak ingin terlalu memikirkannya. Ia menggelengkan kepala, memfokuskan kembali perhatiannya, dan mulai menjawab soal-soal yang belum ia selesaikan. Namun, kekhawatiran tetap ada dalam pikirannya. "Tapi tetap saja! Aku benar-benar cemas dengan ini! Apakah dia akan mengambil posisi peringkat satu dariku?!" Rini berteriak dalam hatinya.
Meskipun fokusnya sering teralihkan oleh kejadian tak terduga tadi, Rini akhirnya berhasil menenangkan dirinya. Ia mencubit pahanya yang putih dan mulus di balik stoking hitamnya sebagai cara untuk meredakan kecemasannya. Dengan tekad yang kuat, Rini akhirnya berhasil menyelesaikan semua soal yang tersisa.
Saat ini, Adam duduk tenang di tempatnya sambil terus diawasi oleh Kule dengan tatapan tidak menyenangkan. Meskipun tatapan tersebut tidak mengganggu Adam, ia memilih untuk tidak mempedulikannya. Adam sepenuhnya fokus pada pengamatan terhadap keanehan yang terjadi pada murid peringkat satu.
Adam melihat ada aura gelap yang kadang-kadang muncul dari murid peringkat satu tersebut, yang kemudian berganti dengan aura dingin. Bagi Adam, ini terlihat lucu karena suasana hatinya berubah dengan cepat. Adam sendiri tidak tahu mengapa ia bisa melihat aura yang berhubungan dengan suasana hati orang lain seperti itu. Namun, menurut penjelasan dari Sistem yang dimilikinya, hal tersebut terkait dengan Status Kecerdasan yang dimiliki Adam. Ia hanya mengangguk pura-pura mengerti setelah mendapatkan penjelasan tersebut.
Namun, setelah beberapa saat, aura yang muncul dari murid peringkat satu itu menghilang. Melihat hal itu, Adam bergumam, "Sepertinya dia sudah kembali tenang. Tapi, apa yang membuat suasana hatinya berubah-ubah seperti itu?" Adam merasa penasaran.
Namun, Adam tidak menyadari bahwa ia sendiri yang membuat Rini Utami merasa seperti itu. Namun, karena Adam tidak ingin terlibat dalam masalah orang lain, ia memilih untuk diam dan mengubur rasa keingintahuannya itu. Adam membiarkan rasa penasarannya itu mati begitu saja.
Satu setengah jam berlalu, para murid di kelas Adam selesai menjawab soal dan mulai mengumpulkan lembar jawaban mereka di meja guru. Guru pengawas, Pak Yato, dengan sikap tegasnya, mengatur soal dan lembar jawaban UTS ke dalam map baru.
Setelah selesai mengatur, Pak Yato memberi tahu, "Kalian diberi waktu istirahat selama lima belas menit. Setelah itu, kembali ke kelas untuk melanjutkan UTS kedua." Kemudian, Pak Yato meninggalkan kelas.
Bel istirahat berbunyi setelah Pak Yato pergi. Dengan perasaan lega dan gembira, para murid meninggalkan kelas dan pergi ke kantin untuk makan dan menyegarkan pikiran setelah UTS pertama yang memanas.
Adam juga bergabung dengan mereka, tetapi Kule, yang biasanya suka mengganggu Adam selama istirahat, tidak terlihat. "Mungkin dia sedang sibuk mencuci otak bodohnya dengan air keran," gumam Adam sambil tertawa kecil.
Adam melangkah dengan tenang menuju kantin, sendirian dalam keheningan. Namun, tiba-tiba suara menyapa memecah keheningan tersebut, "Hei, peringkat tiga," ujar suara dingin dari belakang Adam.
Adam mengetahui siapa yang memanggilnya hanya dari cara panggilannya. Dengan ekspresi datar, Adam berbalik sambil bertanya, "Ada apa, peringkat satu?"
Rini Utami, pemanggil itu, menatap dingin sambil mempertanyakan, "UTS tadi, apakah kau hanya asal menjawab? Atau kau memang tahu jawabannya?"
Adam mengerutkan keningnya dan dengan santai menjawab, "Aku tahu jawabannya karena aku telah belajar. Lebih dari itu, namaku Adam, bukan sekadar peringkat tiga," sambil tetap mempertahankan wajah datarnya.
Rini menganggap kata-kata Adam hanya omong kosong, tanpa ekspresi dan dengan tekad yang kuat, ia menyatakan, "Aku tidak akan kalah darimu, dan namaku Rini, bukan sekadar peringkat satu," lalu melanjutkan langkahnya melewati Adam.
Adam hanya tersenyum dan memilih untuk tidak berkata apa-apa. "Dia meniru kata-kataku dan ... Aroma harum rambutnya begitu menarik," pikir Adam sambil tersenyum kecil dan mencium aroma harum yang masih terasa di udara.
Adam melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti menuju kantin di lantai satu. Ia juga berniat mencari Deril Wirawan untuk mengajaknya berteman dan menemui Sely untuk bertanya apakah ada masalah yang ia hadapi. Ia benar-benar khawatir terhadap Ketua Osis tersebut.
______________________________________________
Adam kembali ke kelas dengan rasa murung menghampirinya. Saat tiba di kantin tadi, ia tidak menemukan jejak Deril Wirawan dan Sely, Ketua Osis, di mana pun. Kehadiran mereka yang tidak terlihat membuat Adam merasa sedih dan ia memutuskan untuk makan roti isi daging sambil mencari mereka di tempat lain. Namun, Adam bingung harus memulai mencari dari mana dan waktunya hanya tersisa 5 menit. Merasa waktu yang terlalu singkat, Adam akhirnya memilih kembali ke kelas dengan perasaan murung.
Adam masuk ke kelasnya dan berjalan menuju tempat duduknya, ia mulai merenung tanpa tujuan yang jelas. Perasaannya menjadi kacau, tak bisa ia mengerti mengapa hal ini terjadi. Apakah karena kekhawatirannya terhadap Sely? Ataukah ia hanya ingin berteman dengan Deril Wirawan? Adam tak tahu dan tak ingin tahu.
Namun, tiba-tiba semua perasaan negatif itu menghilang saat sebuah pikiran muncul, "Deril kan sekelas denganku!" Adam baru menyadari hal itu.
Adam berdiri, berniat menghampiri dan menyapa Deril Wirawan, namun suara bel masuk memutuskan niatnya. Adam merasa kecewa lagi dan kembali duduk dengan senyum palsu di wajahnya.
Bu Rina, pengawas UTS kedua, memasuki kelas dan mulai membagikan soal dan lembar jawaban. Ketika tiba di meja Adam, Bu Rina berbisik, "Kau masih ingat dengan janji kita, kan? Setelah pulang sekolah, oke?" dengan kata-kata yang ambigu dan dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Adam hanya mengangguk sebagai tanggapan kepada Bu Rina, "Untungnya aku tahu maksud sebenarnya dari perkataan Bu Rina tadi. Jika tidak, aku bisa benar-benar salah paham," batinnya sambil jantungnya berdegup kencang.
Setelah mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, jantung Adam mulai tenang, dan ia mulai mengisi lembar jawabannya dengan sikap santai.
Di sisi lain, Rini fokus pada soal-soal di depannya. Dengan cepat, ia mulai menulis jawaban-jawaban untuk setiap soal di lembar jawabannya. Rini tampaknya tidak ingin kalah dari Adam.
Waktu terus berlalu sambil Adam dan Rini terlibat dalam pertandingan yang hanya mereka berdua yang mengetahuinya. Namun, sebenarnya Adam tidak terlalu memikirkan pertandingan ini. Jika bukan karena Misi Khususnya, dia tidak akan mau merebut peringkat seseorang yang telah diraih dengan susah payah.
Setelah satu setengah jam berlalu, jam kedua selesai. Tidak ada peristiwa menarik selama istirahat, dan kemudian jam ketiga dimulai. Pengawas di jam ketiga adalah seorang guru wanita berusia tiga puluhan, meski tampak masih muda.
Dengan sisa waktu 90 menit, para murid di kelas tersebut kembali fokus mengerjakan soal-soal UTS dengan serius. Sementara itu, Adam dengan santai dan mudah mengerjakan soal ketiga ini.
Akhirnya, jam ketiga pun berakhir. Meskipun begitu, para murid masih belum bisa merasa lega karena masih ada satu jam terakhir dari UTS ini. Mereka hanya bisa bersantai selama lima belas menit sebelum memulai jam terakhir.
Jam terakhir dimulai, dengan para murid yang memperkuat mental mereka. Belajar pada siang hari seperti ini memang membutuhkan mental yang kuat dan pemikiran yang cepat.
Satu jam berlalu, dan dengan otak yang panas dan lelah, para murid di kelas 12-B akhirnya dapat merasa lega. Namun, Adam tampaknya tidak merasakan hal yang sama seperti murid-murid lainnya, dia hanya tersenyum puas.
Rini juga terlihat biasa-biasa saja di luar, tapi dalam pikirannya, dia sangat marah karena Adam selalu menjadi yang pertama menyelesaikan setiap jam ujian, termasuk jam terakhir. Adam tampaknya selalu santai seperti Rini.
Rini benar-benar heran dengan kemampuan akademik Adam, "Apakah otaknya seperti superkomputer?!" pikir Rini, tidak terima dia dikalahkan oleh Adam.
Hampir benar, pemikiran Rini mendekati kebenaran. Namun, Rini tidak tahu bahwa Adam, yang dianggapnya sebagai lawannya, memiliki kecerdasan yang melebihi guru-guru di sekolah ini. Bahkan, tidak hanya dalam UTS, Rini tidak akan pernah bisa mengalahkan Adam dalam ujian akhir pun.
"Tapi ini baru ronde pertama, kita lihat saja nanti saat pengumuman peringkat," lanjut Rini berpikir, masih berharap bahwa dia memiliki kesempatan.
Namun, Rini tidak menyadari bahwa Adam, yang diaanggapnya sebagai lawan tangguh, memiliki kecerdasan yang jauh melampaui perkiraannya. Adam tidak mengandalkan bantuan sistem, dia menggunakan kecerdasan alaminya yang luar biasa dengan status poin berada di angka 20.
Rini tidak tahu bahwa dalam ronde penentuan nanti, Adam akan terus memperlihatkan kemampuannya yang luar biasa, dan Rini tidak akan pernah bisa menandinginya, bahkan dalam ujian akhir sekalipun.
"Hoam," Adam berjalan menuju halte bus terdekat dengan rasa kantuk yang mulai menghampirinya. Namun, tiba-tiba dia merasa ada yang terlupakan. "Ah! Aku lupa menanyakan masalah Sely, dan juga lupa menyapa Deril, dan yang lebih penting... Aku lupa bahwa hari ini aku harus pergi ke apartemen Bu Rina!" gumamnya dalam hati setelah mengingat apa yang seharusnya dilakukannya.
[ Tidakkah Anda ingat bahwa Sely juga akan pergi untuk belajar bersama Bu Rina dan Anda, Master? ]
Tiba-tiba Sistem memberikan pemberitahuan yang membuat Adam terkejut. Dia menyadari bahwa Sistemnya benar. "Sial! Meskipun kecerdasanku tinggi, aku benar-benar lalai dalam hal-hal kecil seperti ini!" pikir Adam, kesal dengan dirinya sendiri.
[ Anda benar, Master. ]
"Kau tidak perlu mengingatkanku," Adam membatin dalam hati, merasa sedikit terganggu oleh Sistem.
Namun, Adam segera meredakan emosinya dan berusaha tenang. Dia tidak bisa membiarkan emosinya menguasai dirinya. "Baiklah, aku akan pergi ke apartemen Bu Rina sekarang. Dia juga sudah memberikan alamatnya padaku. Aku juga bisa bertemu dengan Sely di sana dan bertanya padanya tentang masalahnya," gumam Adam, kembali menenangkan diri.
"Tentang berteman dengan Deril... akan kuurus nanti saja," lanjutnya, membuat keputusan untuk mengesampingkan hal tersebut sementara waktu.
Adam berdiri di tepi jalan, menunggu taksi. Ketika melihat taksi mendekat dari kejauhan, dia mengulurkan tangannya sebagai tanda bahwa dia membutuhkan tumpangan.
Taksi itu berhenti tepat di depan Adam, dan dia masuk ke dalam, duduk di kursi belakang. Dengan singkat, Adam memberi tahu supir taksi, "Ke Distrik Satu, Jalan Melati."
Supir taksi mengangguk sebagai tanda pengertian dan segera memulai perjalanan menuju lokasi yang disebutkan Adam. Dengan kecepatan yang moderat, mereka akhirnya tiba di tujuan setelah 40 menit perjalanan.
Adam membayar ongkos taksi dan turun dari kendaraan tersebut, lalu langsung memulai pencarian apartemen yang sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Bu Rina. Setelah beberapa menit mencari, Adam akhirnya menemukan apartemen yang sesuai dengan deskripsi tersebut.
Karena Bu Rina mengatakan bahwa apartemennya berada di lantai dua, Adam memasuki gedung tersebut dan menuju meja resepsionis. Dia memberi tahu resepsionis bahwa dia diundang oleh Bu Rina.
Resepsionis segera menelepon nomor kamar Bu Rina dan memberitahu bahwa tamu yang diundangnya telah tiba. Setelah beberapa saat berbicara melalui telepon, resepsionis menutup panggilan dan memberitahu Adam untuk menuju lantai dua dan mencari kamar nomor 12.
Adam mengangguk sebagai respon, lalu memasuki lift. Saat pintu lift tertutup, resepsionis melihat Adam dengan senyuman. "Pemuda itu cukup keren," pikir resepsionis itu dalam hati.
Tiba di lantai dua, Adam mencari kamar dengan nomor 12. Setelah beberapa saat, dia menemukan kamar tersebut. Adam mengetuk pintu dengan sedikit keras dan memanggil Bu Rina.
Namun, saat pintu terbuka, bukan Bu Rina yang muncul, melainkan Sely. Adam memicingkan matanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu Sely mengundangnya masuk.
Saat memasuki ruangan, Adam merasa kejadian tadi sedikit kurang sopan. Seharusnya Bu Rina yang menyambutnya, bukan Sely. Namun, Adam tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Bu Rina.
Mereka berdua duduk di ruang tamu, sementara Bu Rina sudah menunggu di sofa dengan selembar kertas yang berisi materi yang akan mereka pelajari hari ini. Bu Rina juga masih mengenakan setelan dinasnya.
Seperti biasa, Bu Rina menunjukkan ekspresi yang serius. Namun, setelah beberapa saat, dia menyadari bahwa kedua muridnya berdiri di hadapannya. Bu Rina mengucapkan, "Silakan duduk, kalian berdua."
Ia lalu berdiri dan pergi ke dapur. Setelah beberapa saat, Bu Rina kembali dengan membawa sebuah nampan yang menampung dua gelas jus jeruk. Ia meletakkan nampan di atas meja dan mengajak Adam dan Sely untuk meminumnya.
Adam dan Sely saling memandang sejenak, sebelum akhirnya mereka mulai meminum jus jeruk tersebut. Sambil menikmati kesegarannya, Bu Rina tiba-tiba berkata dengan serius, "Apakah kita bisa mulai belajar sekarang?"
Keduanya terdiam sejenak, saling memandang, dan akhirnya mengangguk. Bu Rina terlihat bersemangat dan langsung memulai pengajaran materi yang akan mereka hadapi dalam Olimpiade Matematika setelah UTS selesai.