Atap istana tampak mengkilap di terpa sinar matahari yang baru saja naik. Kicauan burung di sekitar terdengar merdu seakan turut memeriahkan suasana pagi dengan penuh semangat. Gerbang kayu khas kerajaan yang berukuran besar mulai terbuka dengan perlahan setelah dua orang prajurit mendorong kedua sisi pintu tersebut dengan sekuat tenaga. Setelah pintu gerbang terbuka sepenuhnya, mereka berdua kemudian berdiri dengan gagah di sisi kiri dan sisi kanan gerbang istana, menjalankan tugas mereka sebagai penjaga gerbang istana kerajaan Matahari.
Para pengasuh kuda bergegas mengangkut pakan yang akan di suguhkan untuk ratusan ekor kuda yang berjajar rapi di kandang. Kuda-kuda di kandang segera melahap makanan mereka sesaat setelah si pengasuh menempatkan pakan di wadah yang berada di dekatnya. "Makanlah yang banyak, agar kau menjadi kuda yang bisa di andalkan." Salah satu pengasuh kuda berkata demikian sembari mengelus kepala kuda tersebut. Beberapa pengasuh yang lain pun ada yang melakukan hal serupa, mengajak kuda-kuda di situ bicara dengan penuh kasih sayang, seakan mereka bisa saling mengerti satu sama lain. Sebagian juga ada yang tidak begitu memperdulikan kuda yang sedang ia beri makan dan memilih untuk tidak memberikan perhatian lebih pada kuda di situ.
Barisan prajurit terlihat sedang berlatih di hamparan padang rumput yang ada di sebelah utara, di samping gedung perpustakaan kerajaan.
Mereka tampak bersemangat saling mengayunkan pedang satu sama lain guna menguji kemampuan rekannya. Suara puluhan pedang yang berbenturan bercampur dengan teriakan semangat para prajurit terdengar lumayan nyaring di padang rumput yang sejuk.
Seorang komandan berjalan diantara para prajurit yang sedang sibuk berlatih. Langkahnya tegap, matanya melirik, mengawasi sekitar untuk memperhatikan anak buahnya yang penuh semangat. Sering kali ia menghentikan langkahnya untuk memperbaiki gerakan anak buahnya yang seakan terlihat kurang tepat baginya, atau sekedar memberi masukan kepada mereka tentang gerakan yang ia ketahui. "Kalian bisa mengayunkan pedang lebih rendah lagi, incar bagian bawah tubuh lawan jika memang ada celah." Kata komandan pada dua orang prajurit yang ada di dekatnya, kemudian lanjut berjalan lagi setelah menerima anggukan dari kedua prajurit tersebut.
Sementara itu di altar kerajaan Matahari, Raja Joel dan Ratu Veronica sedang duduk bersebelahan di singgasana mereka masing-masing, menunggu sebuah sebuah laporan yang akan mereka terima pagi ini dari penasehat.
"Pagi-pagi begini apakah anak-anak kita sudah bangun?" Sang raja tiba-tiba saja bertanya pada ratu yang duduk di sebelahnya.
"Tentu saja sudah..." Ratu kemudian menghela nafas heran, ia menatap ke arah suaminya dengan kerutan di kening.
Raja dan Ratu kerajaan Matahari di karuniai dua anak kembar yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki berusia tujuh belas tahun, sementara saudarinya berusia enam belas tahun, selisih setahun dari kakaknya. Si anak laki-laki bernama Kenway dan si anak perempuan bernama Sarah.
Kenway di didik oleh ibunya untuk menjadi seorang ahli pedang. Hampir setiap sore ia berlatih dengan komandan prajurit kerajaan. Dia sering mendapat porsi latihan khusus dari komandan prajurit atas perintah ibunya. Meskipun masih muda, kemampuan bertarung Kenway sudah se level dengan orang dewasa.
Sementara Sarah, banyak belajar soal ilmu strategi. Ia sering diajak oleh sang ibu untuk pergi menghadiri rapat tahunan kerajaan agar Sarah terbiasa dengan situasi semacam itu. Ia juga seringkali mencatat apa saja hal-hal yang di bahas di meja rapat. Sarah juga pernah di ajak untuk datang ke sebuah rapat yang membahas tentang strategi pembebasan rakyat kerajaan Matahari yang di tawan oleh musuh, dan di situ ia juga memberanikan diri untuk mencoba memberikan strategi yang ia pikirkan, Sarah di persilahkan untuk menyampaikan gagasan dan ide rencana yang ia pikirkan sendiri di dalam rapat penting untuk mempertaruhkan nyawa orang-orang. Sarah penuh wibawa meskipun masih muda.
"Lantas, dimana mereka, saat berjalan melewati koridor tadi aku sama sekali tidak melihat mereka. Biasanya pagi-pagi begini mereka akan terlihat di situ."
"Sesuai dengan jadwal yang aku buat, pagi ini mereka pasti sedang sibuk membaca buku di perpustakaan." Jawab Ratu.
Raja sangat sibuk dengan kegiatannya, mulai dari menandatangi dokumen, mendatangi undangan-undangan dari raja-raja lain, memeriksa pembangunan di daerah-daerah, memberikan bantuan pada masyarakat miskin, serta mendengar keluhan rakyat dan lain sebagainya. Jadi wajar saja jika ia tak begitu memperhatikan anak-anaknya.
Berbeda dengan sang ratu yang tidak begitu sibuk di istana. Daripada kurang melakukan aktivitas dan hanya berdiam diri saja, ratu memilih untuk mendidik anak-anaknya sendiri.
Sementara itu di perpustakaan yang damai, kedua anak kembar dari raja dan ratu kerajaan Matahari terlihat sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Sarah sedang duduk di salah satu bangku yang ada di situ, ia sedang terlihat kesulitan memahami buku bacaannya. "Buku ini terlalu sulit di pahami, aku sudah membacanya berulang kali namun tetap saja tidak paham dengan isinya." Sarah yang sedang duduk di kursi sambil membaca buku bergumam.
"Hmm... sepertinya aku butuh buku refrensi lain." Lanjutnya, kemudian ia beranjak menuju ke salah satu rak buku di antara puluhan rak buku lainya yang ada di perpustakaan pribadi kerajaan.
Sementara Kenway tampak duduk di tepian jendela, memandang ke arah padang rumput hijau di dekat area situ, ia menatap ke arah para prajurit yang masih sibuk berlatih. Kenway fokus memperhatikan mereka, sembari mempelajari setiap gerakan teknik pedang yang para prajurit peragakan.
Perpustakaan tersebut berada di lingkungan kerajaan Matahari, gedungnya ada di sebelah utara berdekatan dengan padang rumput tempat para prajurit berlatih. Perpustakaan ini memiliki luas sekitar 1,5 hektar dengan luas bangun 20.000 luas persegi. Terdepat ribuan sampai ratusan ribu judul buku, ada pula sebuah taman kecil di tengah ruangan, serta beberapa ruangan pribadi pembaca. Sirkulasi udara dari bagian atas perpustakaan ini sangat memadai sehingga mampu membuat sejuk seluruh ruangan yang luas.
Di sana juga ada sekitar lima-enam pelayang yang siap sedia melayani Kenway dan Sarah jika mereka berdua butuh makanan atau keperluan yang lain.
Lama kelamaan, Kenway merasa bosan dengan apa yang ia lakukan, ia bosan hanya duduk-duduk di jendela mengamati para prajurit yang sedang berlatih. Tanganya terasa gatal, ingin memegang sebilah pedang dan mengayunkannya pada sesuatu, atau bahkan mengayunkannya pada seserorang. Dia sangat ingin ikut latihan pedang bersama para prajurit, namun ini belum waktunya. Sang ibu tadi memerintahkan kepada dirinya dan Sarah untuk belajar tentang strategi perang dan politik dari beberapa buku yang ada di perpustakaan. Dari tadi pagi, Kenway sebenarnya sudah belajar tentang strategi penyerangan grilya dari sebuah buku, ia juga sudah lumayan paham tentang hal yang ia pelajari, tapi tetap saja ia belum bisa keluar meninggalkan perpustakaan dikarenakan perintah ibunya yang menyuruh mereka berdua untuk belajar di sana selama dua jam, sedangkan ini baru satu jam berlalu sejak Sarah dan Kenway masuk ke perpustakaan.
Kenway merasa resah karena dari tadi menahan hasrat ingin berlatih pedang, hanya bisa mondar-mandir di dekat jendela sambil berharap waktu bisa berjalan lebih cepat lagi. Dia benar-benar ingin keluar dari perpustakaan dan ikut latihan.
Sarah yang sedang duduk tenang sambil membaca buku tiba-tiba perhatiannya teralihkan ketika melihat kakaknya mondar-mandir di dekat jendela, baginya itu adalah pemandangan yang cukup aneh.