Chereads / Rumah Tanpa Cinta / Chapter 149 - Reason

Chapter 149 - Reason

Jakarta

Author POV

"Dia datang lagi." Sarah masuk ke dapur dan berbisik pada Hara.

Hara menghela napas panjang. Sudah seminggu berturut-turut Sultan datang ke restorannya. Kali ini sebagai salah satu pelanggan restoran, dan memesan menu yang lain dari waktu-ke waktu. Hara tidak ingin menemuinya, jadi dia sama sekali tidak keluar dari dapur restoran. Bahkan sampai Sultan menjadi pengunjung terakhir pun Hara tidak keluar menemuinya.

Seharusnya Sultan mengerti maksud Hara dan tidak menganggunya lagi. Tapi Sultan seakan tidak peduli dengan usaha Laura menghindar darinya. Para pegawai mulai menggosipkan hubungan Sultan dan Hara tanpa sepengetahuan Hara.

"Apakah kamu tidak bisa mengusirnya saja?" tanya Hara pada Sarah pasrah.

"Aku tidak bisa mengusir pelanggan, kan?"

"Aku tahu," kata Hara cepat. "Aku hanya asal bicara. Dia benar-benar keras kepala."

"Aku mengagumi kegigihannya," kata Sarah. "Dia sangat tampan juga. Kamu yakin kau tidak mau memilikinya?" Sarah tersenyum pada Hara.

"Aku yakin. Sudah berakhir di antara aku dan dia." Mungkin Hara bisa mengajukan cuti beberapa hari ke depan. Menghabiskan waktunya bersama Anika dan Mika, jauh dari Sultan. Kalau perlu,ia bisa berlibur lebih lama dan pergi ke kota lain, atau ke luar negeri, untuk menghindari Sultan. Ia tidak tahu bagaimana lagi menghadapi Sultan yang terus mengejarnya.

Hara pulang paling akhir. Ia mengunci pintu restoran dan hendak berjalan pulang ketika ia melihat Sultan di depan restoran sedang berdiri bersandar di pintu mobilnya.

"Mau aku antar pulang?" tawar Sultan sambil tersenyum.

"Tidak perlu," jawab Hara ketus. "Rumahku dekat."

Hara melangkah pergi melewati Sultan. Dari belakangnya ia mendengar mesin mobil di nyalakan. Mobil Sultan melaju berdampingan dengan langkahnya. Hara melihat ke arah Sultan dengan kesal. Ketika ia berhenti melangkah, Sultan juga menghentikan mobilnya. Hara tidak bisa 

menyembunyikan kekesalannya dan menatap Sultan dengan cemberut. Sultan hanya tertawa melihat tampang Hara.

Sampai di depan rumahnya, Hara mengambil kunci pintu pagar dari tasnya. Mobil di belakangnya berhenti. Suara langkah kaki mendekatinya. Kekesalan Hara sudah sampai puncaknya."Sampai kapan kamu mau mengikutiku terus?"

"Sampai kamu bersedia menerimaku," jawab Sultan sederhana.

"Aku pernah menikah dua kali."

"Jadi aku masih punya kesempatan ketiga kalinya." Sultan tersenyum penuh 

rahasia. Dia mengantongi kertas bertuliskan 'JANGAN MENYERAH' di saku bajunya. Setelah tahu Hara selalu membawanya selama dua puluh enam tahun ini , Sultan yakin Hara masih menyukainya.

"Aku tidak bisa menerimamu, Sultan. Sampai kapan pun," katanya serius. "Hubungan di antara kita sudah berakhir. Kenapa kamu tidak bisa menerimanya?"

Sultan hendak mengeluarkan kertas di sakunya, tapi Hara berkata lagi.

"Aku tidak mau menyakitimu, Sultan. Tapi,bertemu denganmu benar-benar membuatku sedih. Tidakkah kamu ingin melihatku bahagia? Aku benar-benar menyukaimu dua puluh enam tahun yang lalu. Ketika kita berpisah sebelum kamu pergi ke Hamburg, aku benar-benar patah hati. Aku tidak bisa menjalani hal itu lagi. Aku sudah mencoba melupakanmu selama ini. Sekarang aku memiliki kehidupan baru, akhirnya aku mendapatkan kedamaian. Dan tiba-tiba kamu muncul lagi. Aku benar-benar memohon padamu. Tolong, jangan ganggu aku lagi!"

Sultan berjalan mendekat. Matanya memandang Hara lurus-lurus. "Apakah kamu sakit hati sekarang? ketika melihatku?"

Hara mengangguk.

"Apakah aku membuat hidupmu merana?" tanya Sultan lagi.

Hara mengangguk lagi.

Hati Sultan dipenuhi kepedihan. "Ada satu hal yang paling ku sesali selama ini. Aku tidak memercayaimu dua puluh enam tahun yang lalu. Aku berharap aku bisa memutarbalikkan waktu dan memilih untuk memercayaimu, tapi tentu saja aku tidak bisa melakukannya. Aku menghabiskan hidupku menyesalinya. Tapi aku juga menyadari selama itu bahwa aku menyukaimu. Terus-menerus tanpa henti. Walaupun kamu tidak di sisiku."

Hara menahan perasaan di hatinya. "Itu semua tidak mengubah apa pun, Sultan. Aku bukanlah Hara yang kamu kenal dua puluh enam yang lalu. Tolong lepaskan aku. Jangan temui aku lagi."

"Apakah itu yang benar-benar kamu inginkan?" tanya Sultan dengan tatapan merana.

Hara menguatkan hatinya. "ya".

Sultan menatap wajah Hara. Dia mengingat musim-musim yang sudah di laluinya di Hamburg. Melihat dedaunan berubah warna setiap tahunnya. Bayangan Hara selalu menghantuinya.

Hara memasuki pagar rumahnya. "Jadi, kamu akan melepaskanku,bukan?"

Sultan mendekati Hara. "Aku akan melepaskanmu pergi..."

Hara merasa lega. Tapi kelegaan itu hanya sesaat.

"Hanya jika seribu musim sudah berlalu," lanjut Sultan.

Jangan lakukan ini padaku, Sultan, kata Hara dalam hati. Sultan memandangnya tanpa berkedip. Dia tidak akan menyerah

"Kalau begitu, aku akan menghabiskan seribu musim berikutnya menolakmu dan mengusirmu pergi. Selamat tinggal, Sultan."

Hara berlari memasuki rumahnya. Setelah merasa aman di balik pintu,ia menangis. Kakinya terasa lemas. Ia terjatuh ke lantai.

Sementara itu,di luar rumah,Sultan memandangi pintu rumah Hara lama sekali. Hatinya sangat sakit. Hara berusaha sekuat mungkin untuk menjauhinya. Semakin dia mendekatinya, semakin Hara menjauhinya.

Sultan memasuki mobilnya. Dia menyalakan mesin mobil dan pergi dari rumah Hara. Sepanjang perjalanan,tatapan sedih Hara terbayang di benaknya. Sultan tidak ingin Hara bersedih. Hara belum melupakannya, dia yakin tentang yang satu ini. Dan walaupun Hara tidak mengatakannya, Sultan yakin Hara masih menyukainya. Pasti ada hal lain yang menyebabkan Hara selalu memintanya pergi.

Dulu, Hara mengatakan dia menyukai seseorang, lalu undangan pernikahan atas namanya dan Bayu Maheswari tersebar. Sultan tidak mau menyerah darinya. Sultan tahu tidak sepantasnya dia merebut kekasih pria lain. Tapi dia tidak bisa menipu perasaanya sendiri kala itu.

Lagi pula, Bayu pernah mengatakan sewaktu Sultan memesan cincin bintang itu, bahwa Hara yang meminta agar cincin tersebut berbentuk bintang. Kenapa Hara meminta cincin bintang kalau bukan untuk mengingatkan Hara akan dirinya? Sultan tahu Hara benar-benar terpesona dengan bintang itu. Sampai Bayu Maheswari meninggalpun ia tidak akan tahu kenapa Hara meminta cincin bintang darinya. Bayu pasti tidak akan senang kalau tahu Hara memikirkan pria lain saat meminta cincin tersebut darinya.

Sultan tersenyum. "Bagaimana mungkin aku melupakan Hara kalau Hara sendiri belum melupakanku?"

To Be Continued