Kampus
Batu kerikil yang ditendangnya terpental beberapa kali lalu menghilang ke rimbunnya tanaman pagar labirin.
"Hi," sapa Lukas sangat ramah.
Lukas berdiri beberapa meter darinya. Satu tangannya memegang totebag besar berlogo MCD, tangannya yang lain di belakang punggung. Tampilannya rapi, kali ini dengan kemeja dan celana panjang serta sepatu berwarna putih, membuat Ruby membandingkan dengan penampilannya.
"Kamu masih tetap kelihatan cantik meski hanya pakai hoddie oversize."
Sedikit malu karena komentar Lukas lebih terdengar seperti ledekan. Dagunya terangkat tinggi, siap menantang Lukas.
"Ada apa sampai harus mengancamku untuk ke sini? Asal tahu saja, sebenarnya ancamanmu tidak membuatku takut. Jika ibu dan kakakku tahu aku sudah melanggar diet, palih parah aku hanya disuruh lari lebih lama daripada biasanya."
Lukas hanya mengangguk-angguk santai. Melihat laki-laki itu bergeming, Ruby juga ikut diam. Lukas yang memintanya datang, bagaimana mungkin ia yang harus menghampiri. Sudah cukup ia menuruti perintah laki-laki itu dengan bertemu di sini.
"Sini, Mendekat," ucap Lukas sangat manis.
Kening Ruby mengerut. Kepalanya menggeleng. Lukas berdecak melihat reaksi Ruby. Kali ini kepalanya memberi isyarat agar Ruby menuruti perintahnya.
"Ayo, kemari! Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu."
Ruby berpikir sejenak. Matanya menatap totebag di tangan kiri Lukas. Lalu beralih menatap wajah Lukas yang terlihat gembira.
"Kamu mau memberiku MCD?" tanya Ruby bingung. Tanpa ia sadari, kakinya melangkah perlahan. Beberapa kotak dalam kantong itu sedikit menyembul. Mau tidak mau Ruby membayangkan surga dunia yang bisa ia rasakan jika ia bisa sedikit mencicipi junk food.
"Bukan yang ini." Lukas melirik totebag di tangan kirinya. Ia menunggu sampai Ruby lebih dekat lalu mengeluarkan buket ayam dari balik punggung.
Aroma makanan terlarang itu menguar ke hidung Ruby. Sepuluh potong paha ayam dengan bungkus wrapping paper MCD itu terlihat sangat indah lengkap dengan balutan pita bagai buket bunga. Ruby benar-benar terkejut. Baru kali ini ia mendapatkan buket yang isinya ayam.
Matanya mengerjap beberapa kali, memastikan apa yang ia lihat. Lidahnya tanpa sadar menjilati bibir, lalu mengigitnya. Sakit. Ia tidak sedang bermimpi. Ia benar-benar terharu. Ia lupa kapan terakhir kali menikmati junk food. Tangannya terulur mengambil buket sedap itu dari tangan Lukas.
"Bagaimana, Happy?" tanya Lukas memecahkan pikiran.
Ruby menarik buket itu ke hidungnya. Membiarkan aroma sedap ayam goreng memenuhi penciumannya sementara ia mendongak dan menatap Lukas.
"A-aku... aku... Lukas! Kamu membuatku terharu." Mata Ruby berbinar, luar biasa senang. "Ini benar-benar romantis."
Lukas melotot kaget. "Ini romantis? Buket ayam ini membuatmu terharu?"
Ruby mengangguk dan kembali memandangi buket spesialnya.
"Lebih romantis daripada buket bunga-bunga yang sudah aku kirimkan tiap pagi?" tanya Lukas tidak memercayai apa yang sudah ia dengar.
Anggukan Ruby menjawab pertanyaan Lukas. Ruby membiarkan Lukas memandangnya takjub.
"Bagaimana jika kita duduk dan makan ayam ini?" tanya Ruby masih fokus pada ayamnya.
Lukas kemudian memegang lengan Ruby dan menggiringnya ke sisi pagar tanaman. Selama beberapa detik Lukas memandang sekeliling mencari alas yang bisa dipakai duduk.
"Pakai totebag itu saja," cetus Ruby seakan membaca pikiran Lukas. "Kita makan di sini supaya tidak ada yang melihatku."
Setelah Lukas mengangguk, Ruby membiarkannya mengeluarkan kotak-kotak ayam dari totebag. Lalu membentangkan totebag itu ke tanah.
"Kamu duduk di situ," tunjuk Lukas sementara dirinya duduk tanpa alas. "Aku pesan sepuluh kotak. Sepuluh potong drumstick aku jadikan buket itu, Sepuluh potong dada aku taruh di kotak-kotak itu."
Ruby melihat Lukas membuka satu kotak teratas yang tak ia keluarkan dari totebag. Suasana hatinya berubah total setelah melihat kreativitas Lukas, membuatnya terharu.
"Bagiamana ideku?" tanya Lukas sambil menyobek salah satu kemasan saus sambal sementara Ruby menarik satu paha dari ikatan buket. Lukas meletakkan sedikit saus sambal di atasnya. "Benar-benar membuatmu terharu, ya?" tanya Lukas bersemangat.
Ruby mengangguk lalu mengigit paha ayam itu. Tangan kirinya memegang buket ayam yang tersisa sembilan potong.
"Kamu memang lain daripada yang lain." Lukas menggeleng-geleng tidak habis pikir. Jarinya langsung terangkat dan menyapu saus yang menempel di sudut bibir Ruby. Ruby tidak memedulikan perhatiannya.
Lukas menegakkan tubuh dan menyilangkan kedua tangannya di dada. Menatap Ruby dengan senyum jail.
"Jadi kira-kira kalau ibumu dan kakakmu tahu perbuatanmu malam itu dan sekarang, menurutmu hukuman paling maksimal hanya lari lebih lama?"
Ruby tersedak mendengar pertanyaan polos Lukas. Ia terbatuk-batuk lumayan keras sehingga Lukas langsung mengusap-usap pundaknya.
"Ah, sial! Seharusnya aku membawa minum juga. Kenapa tidak terpikir tadi..." kutuk Lukas pada diri sendiri.
Ruby berusaha mengelak dari Lukas sementara dirinya masih terbatuk-batuk. Ia tidak ingin menjatuhkan ayam-ayam di tangannya, namun ia juga tidak dapat menahan gatal tenggorokannya. Ia berdeham untuk meredakan batuknya. "Kamu mau mengancamku lagi?" ucap Ruby sedikit serak.
Tangan Lukas langsung berhenti mengusap-usap pundak Ruby. "Tidak. Tidak. Aku tidak mengancammu. Aku hanya bertanya."
Ruby melirik Lukas tidak percaya.
"Sama pacar sendiri kok main ancam," lanjut Lukas saat batuk Ruby mulai reda.
"Pacar lagi. Bagaimana dengan wanita kemarin?"
"Yang kemarin itu kamu salah paham. Dia tiba-tiba duduk di sebelahku." Lukas mengacungkan kedua jarinya seakan bersumpah. Ruby masih menikmati ayamnya sementara Lukas melanjutkan celotehnya, "Tentu saja sangat mudah menarik wanita seperti itu untuk menggodaku."
"Cih!" Ruby berpura-pura muntah mendengar jawaban Lukas.
Ia membiarkan Lukas memberikan sedikit saus sambal di ayamnya sementara Lukas tetap mengoceh. "Ka Rangga mengatakan aku harus membuktikan bahwa aku serius dengan satu wanita. Dan aku akan membuktikan bahwa aku serius padamu. Jadi, kamu adalah wanita pertama yang menjadi pacar seriusku."
Ruby meletakkan sisa tulang di kantong plastik lalu menarik paha kedua. "Aku tidak setuju. Dan lagi aku tidak ingin jadi wanita pertama. Aku ingin menjadi wanita terakhir dan satu-satunya untuk suamiku."
Lukas kembali mengulurkan saus sambal di ayam yang kedua sebelum Ruby mengigitnya. "Tentu saja wanita terakhir dan satu-satunya bagiku."
Kalimat itu membuat Ruby dan Lukas saling pandang untuk beberapa saat. Ayam yang melayang menuju bibir Ruby terhenti.
"Kamu tidak mungkin serius," ucap Ruby kaget, tidak percaya.
"Aku benar-benar serius dengan ucapanku."
Ruby masih tidak bisa percaya meski ucapan Lukas terdengar meyakinkan.
"Aku serius," Lukas langsung merenggut tangan kanan Ruby, membuat Ruby tidak jadi menggigit ayamnya.
"Hah?" Ruby kembali menatap Lukas bingung.
"Aku bilang aku serius bahwa kita pacaran. Aku akan buktikan padamu keseriusanku. Kalau perlu aku akan katakan kepada ibumu saat ini juga."
Bola mata Ruby terlihat nyaris melompat keluar. "Jangan!"
"Aku akan memberitahu Ka Satya, Anika, Ka Rangga, Kakak ipar Gwen, Ka Nathan bahkan Devan kalau aku serius denganmu. Aku juga akan memberitahu kedua orangtua kita. Lalu aku akan mu..."
Paha ayam yang tidak jadi Ruby gigit sekarang menempel di bibir Lukas. Ayam itu menghentikan kicauan Lukas sepenuhnya. Ruby sebenarnya juga sedikit kesal karena Lukas terlalu bersemangat berbicara padanya.
"Buktikan dulu padaku, baru setelah kita sudah benar-benar jatuh cinta, terserah kamu selanjutnya. Menurutku kamu hanya tertantang karena standar romantisme kita berbeda."
Lukas menggigit sedikit paha ayam itu lalu melahapnya dengan penuh semangat. Melihat reaksi laki-laki itu, Ruby menyerahkan ayam itu ke Lukas lalu mencabut paha ketiga dari buket yang mulai mengendor.
"Aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta sampai mabuk kepayang. Kamu juga akan melihat bahwa aku bisa serius dan setia pada satu wanita." Kedipan mata Lukas setelah kalimat itu membuat Lukas memandangnya sinis. "Aku akan membuatmu terharu lagi seperti saat ini."
Ruby berusaha menelan ayam yang ia gigit sebelum membalas Lukas. "Ya. Bawakan aku buket sate kambing lain kali. Aku pasti akan terlena."
Lukas mencondongkan tubuhnya ke depan. Senyum playboy nya muncul kembali dan membuat Ruby merinding. Setelah beberapa saat menghabiskan ayam yang dipegangnya dan menaruh buket itu di kantong plastik, Ruby terdiam. Begitu pula dengan Lukas. Keduanya saling memandang. Lukas tersenyum sangat manis kali ini. Sejenak kemudian, Lukas semakin mendekatkan wajah, ia memiringkan kepalanya sehingga Ruby refleks memejamkan mata.
Namun, Ruby hanya merasakan sapuan tangan di sudut bibirnya. Ia membuka matanya dan melihat Lukas tersenyum super lebar dengan kedipan jail.
"Ada saus tadi di sini," ucap Lukas.
Ruby memukul keras pundak Lukas dan mereka tertawa bersama.
To Be Continued