Wardana's House
Anika sedang bersiap untuk olahraga pagi saat pintu kamarnya terbuka dan Gwen melangkah masuk setelah menguncinya.
"Gwen, Ada apa?"
Gwen mendekat dan saat itulah Anika menatap penampilannya yang berantakan. Rambut yang disisir seadanya, ia hanya mengenakan sandal rumahan dengan pakaian yang serba hitam dan sebuah kain putih yang menyembul keluar dari pergelangan tangan Gwen menarik perhatiannya.
"Semuanya baik-baik saja?" Anika mendekat dan memeluk Gwen. Saat kedua tangannya menyentuh punggung Gwen, ia mendengar Gwen mendesis sakit secara tertahan.
Anika segera melepaskan pelukannya, ia memutar tubuh Gwen dan mengangkat jaket yang Gwen kenakan ke atas, saat itulah ia melihat dua bekas cambukkan yang memanjang, masih merah dengan darah yang membeku disana. "Apa yang terjadi padamu?" Anika meraih tangan Gwen dan melihat kain yang di robek lalu di balut asal-asalan ke tangannya. "Gwen, apa yang terjadi?" Anika menatap Gwen panik.
Tapi Gwen hanya diam saja, matanya menatap kosong ke depan.
"Berbaringlah." Anikan memaksa Gwen berbaring miring. "Lepaskan jaketmu."
Saat itulah Gwen bereaksi, ia memeluk dirinya rapat-rapat dan menggeleng panik saat Anika hendak melepaskan jaketnya.
"Gwen."
"J-jangan..." Gwen berujar dengan bibir gemetar.
"Kita harus mengobati punggungmu."
"J-jangan..." Gwen kembali menggeleng takut, memegang resleting jaketnya erat-erat.
Saat itulah Anika menyadari apa yang telah terjadi pada Gwen.
"Kita harus memeriksa dirimu."
"Tidak." Gwen menggeleng lemah.
"Gwen, demi Tuhan!" Anika mendesah frustasi. "Siapa yang telah melakukan ini padamu?"
Gwen memilih bungkam.
Anika menarik napas kuat-kuat, menatap temannya dengan tatapan prihatin. Lalu ia duduk di samping Gwen, membelai rambut Gwen yang kusut dengan gerakan lembut. "Kita harus mengobati lukamu." bujuknya lembut.
Gwen menggeleng.
"Kita harus memeriksa dirimu."
"Tidak." bisik Gwen pelan.
Anika mengerjapkan mata, mengusir airmata yang hendak jatuh. Ia terus membelai kepala Gwen. "Kalau begitu kita akan periksa tanganmu saja." Anika perlahan meraih tangan Gwen dan membuka kain yang membalut lukanya. Luka di pergelangan tangannya masih menganga. "Tunggu disini."
Anika mendekati lemari kaca dimana kota P3K berada. Matanya melirik Gwen yang hanya menatap kosong ke lantai. Anika menghela napas, siapa yang telah menyakiti Gwen sekejam ini?
To Be Continued