Chereads / Rumah Tanpa Cinta / Chapter 15 - Pagi yang Mengusik

Chapter 15 - Pagi yang Mengusik

Hotel

Sinar mentari pagi menerobos masuk sela-sela jendela. Lukas menyipitkan mata, saat mau menarik tangan untuk menutupi wajah, tangannya terasa berat. Lukas baru ingin semalam ia baru bersenang-senang dengan wanita yang tengah memejamkan mata di lengannya. Sebuah senyum terukir manis di bibirnya. Baru kali ini ia berhasrat hanya karena seorang wanita kaku, Ruby Saraswati.

Lukas pandangi wajah polos Ruby yang tengah tertidur pulas. Dia rapikan anak rambut yang menutupi wajah manisnya. Wajah oval dengan hidung kecil tapi mancung dan kedua mata yang berbulu lentik. Terlihat polos dan tidak ada gambaran wanita penggoda dari yang ia lihat. Lukas meraba ponsel dengan tangan yang bebas, tetapi yang teraih justru ponsel Ruby. Terlihat satu pesan di layar ponsel yang belum terbuka. Hanya satu kata tapi membuat mood baiknya pagi ini jadi amarah.

Selamat... kamu pemenangnya!

Lukas melempar ponsel Ruby cukup keras sampai ponsel malang itu membentur lantai lalu terpelanting jauh. Ruby terbangun mendengarnya, memicingkan mata menyesuaikan diri dengan cahaya di sekitarnya. Sempat kaget melihat keberadaan Lukas tapi dia sadar sekarang ada di mana.

"Bangunlah dan cepat keluar dari sini," seru Lukas menarik tangan Ruby hingga dia merasa kesakitan rambutnya ikut tertarik.

Ruby mengerutkan kening bingung masih belum sadar betul dengan keadaan. Tatapan tajam dan rahang Lukas yang mengeras pertanda Lukas sedang marah besar, tapi apa salahnya? pikir Ruby.

"Kuharap aku keluar dari kamar mandi kamu sudah tidak ada disini. Jangan pernah menampakkan wajahmu lagi di hadapanku, brengsek!" Seru Lukas lagi lebih keras lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa peduli dengan tubuh telanjangnya.

Air mata Ruby tak mampu dibendung. Dadanya sakit bukan main. Begitukah cara Lukas memperlakukan wanita yang tidur dengannya? Ruby menggigit bibir bawahnya menahan sakit dan air mata. Dengan sisa-sisa kekuatannya dia memunguti pakaian dan tasnya. Meninggalkan hotel itu, hotel yang tak akan pernah dia mau singgahi lagi. Walaupun dari awal dia memang tak berniat datang untuk kedua kali. Dia hanya ingin berkenalan dengan Lukas lalu setelah itu pergi membawa kenangan manis. Tapi ternyata dia harus pergi dengan kenangan yang sangat buruk.

***

Emosi Lukas tak terkendali, seharusnya dia sadar semalam. Harga dirinya seolah diinjak karena bisa bersamanya dijadikan sebuah taruhan. Kalau mau dia bisa membeli wanita manapun berganti-ganti setiap malam. Entahlah, wanita itu sudah melukai harga dirinya. Penakluk wanita dijadikan taruhan, berani sekali dia.

Lukas meninju cermin di hadapannya, aroma wanita jalangnya masih terasa padahal dia sudah menghabiskan hampir satu jam di kamar mandi.

"Ah, Shit!"

Dengan langkah lebar Lukas mengambil ponselnya, menghubungi temannya bahwa hari ini dia tidak masuk kuliah. Dia ingin bersenang-senang menghilangkan bayangan semalam yang mencekiknya.

***

"Ruby, kamu baru pulang?" tanya Gwen.

Ruby hanya mengangguk.

"Kamu kemana saja? di hari pernikahan kakakmu sendiri kamu tidak hadir, mbak sedikit kecewa karena tidak memakai sepatu buatanmu di hari terpenting bagi mbak, Ruby,"

"Aku... ada pekerjaan mendadak besok aku ikut ibu pulang ke Surabaya, ibu bagaimana kabarnya?"

"Sedang istirahat, baru saja minum obat," jawab Gwen.

"Ya sudah, aku mau ke kamar dulu, Mbak," pamit Ruby.

"Kamu sakit ya? Muka kamu sangat pucat." Gwen menatap Ruby dengan raut khawatir.

Ruby menggeleng lalu masuk ke dalam kamar. Dia mengunci pintu kamar lalu tubuhnya luruh di balik pintu. Ruby menutup mulutnya dengan kedua tangan agar suara tangisnya tidak terdengar orang lain. Beberapa kali dia memukul dadanya yang terasa sesak. Ruby merasa hidupnya sudah hancur.

"Ibu... Mbak Nia, Mas Nathan... tolong Ruby..." lirihnya mengingat keluarganya.

To Be Continued