Chereads / Erias Fantasy World / Chapter 20 - Chapter 4

Chapter 20 - Chapter 4

Perasaan Yang Telah Mati

Di Ibu kota Ladiva telah terjadi serangan perlawanan, dari berbagai arah di sudut kota terjadi pertarungan antar prajurit kerajaan dan prajurit pemberontak. Namun perlawanan itu dapat dengan mudah di atasi, karena prajurit kerajaan yang hanya tersisa sedikit tentu saja tidak akan sanggup memberi perlawanan yang serius. Akan tetapi hal itu memberi dampak yang signiftikan, karena membuat prajurit pemberontak selalu siaga dan menjadi kelelahan. Dari prajurit kerajaan yang tersisa di pimpin oleh Kapten Burin Render, dia adalah asisten dari Jendral Tristan Ortiz. Dia masih bertahan di Ibu Kota untuk tetap melawan pemberontak, meskipun kalah jumlah tapi dengan taktik gerilya membuat prajurit pemberontak kewalahan. Burin masih berkomunikasi dengan Menteri Mal Moren dengan sihir teleportasi barang, dengan begitu berbagai informasi dan rencana strategi tetap berjalan. Informasi Ibu Kota dari Burin sangat berharga, karena strategi dari fraksi kerajaan dapat di buat dengan tepat.

Pangeran Ladiva Varane Kriz Ladiva masih menunggu dengan cemas di ruangannya, dia tidak sabar dengan serangan balasan yang akan datang. Pangeran Varane merupakan putra mahkota kerajaan Ladiva, di usianya yang masih delapan belas tahun dia di katakan calon Raja yang ideal. Karena berkat kecerdasan dan bakat berpedangnya dia di kagumi oleh banyak orang, bukan hanya itu saja dia di kenal ramah dan baik oleh masyarakat tanpa memandang statusnya.

Dia dalam ruangannya, dia masih menyesali karena tidak ada di Ibu Kota saat serangan kejutan dari pemberontak. Varane masih menunggu berbagai informasi yang datang, tetapi hal yang paling menyedihkan adalah kehilangan kontak dengan keluarga. Ratu Irene Kriz Ladiva dan adiknya Putri Crinse Kriz Ladiva telah di penjara, dan keberadaan ayahnya Raja Varde Kriz Ladiva belum ada kabar darinya. Varane terlihat frustasi dan belum bisa merasa tenang, tetapi menteri Mal moren tetap berada di sisinya untuk mendukung pangeran.

Fraksi kerajaan berkumpul dia kota Ruins, mereka menyiapkan dua puluh ribu pasukan untuk merebut kembali kerajaan. Mal Moren telah mengirim pesan ke Kekaisaran untuk meminta bantuan, tetapi di setiap perbatasan dengan Kekaisaran telah di blokade oleh tentara bayaran dari fraksi pemberontak. Tetapi kabar baik telah datang, karena pasukan dari Kota Artin yang akan datang membantu fraksi kerajaan. Karena jarak antara kota Artin dan Ruins membutuhkan satu hari untuk sampai, hal ini membuat Mal Moren lega dan semua fraksi bangsawan bersyukur karena Jendral Marjiorka sendiri yang akan turun tangan.

Jendral Marjiorka hampir tiba di perbatasan, sesuai informasi yang di katakan oleh mata-mata bahwa perbatasan telah di blokade. Banyak tentara bayaran berjaga di perbatasan, di atas tembok perbatasan telah di isi oleh pemanah dan penyihir. Para tentara bayaran telah bersiap menghadapi serangan, pemimpin tentara bayaran juga tidak bisa di anggap remeh. Karena pemimpinnya terkenal akan keahlian pedang sihirnya, tetapi bagi Marjiorka hal itu bukanlah apa-apa. Karena Marjiorka sudah mengantongi informasi yang lengkap tentang kelompok tentara bayaran itu, kelompok tentara bayaran itu bernama Sayap Kesatria dan pemimpinnya bernama Jendral Karlos.

Di ruangan benteng perbatasan, Karlos menerima laporan bahwa Jendral Marjiorka sudah terlihat di kejauhan. Para kapten di setiap pleton sedikit khawatir, tetapi bagi Karlos ini adalah kesempatannya menghadapi sang Singa Kaisar.

Dengan tawa kecil Karlos menanggapi laporan dari bawahannya... "Tak kusangka bala bantuan yang sangat terkenal akan datang, mungkin ini akan menjadi kerugian bagi kita. Tetapi aku tak mungkin mundur karena perjanjian telah di tentukan, bagi kalian yang ingin mundur aku tidak akan melarang".

Para kapten melihat Karlos seperti seseorang yang tidak takut akan kematian, bagi mereka semua menjadi tentara bayaran adalah mempertaruhkan nyawa demi uang. Kelompok Sayap Kesatria memang memiliki reputasi yang baik di benua barat, berbagai peperangan telah di lalui bersama. Tetapi bagi mereka semua, menghadapi Singa Kaisar akan menjadi pertempuran yang berat. Jendral Marjiorka di kenal buas saat bertarung, dia tidak pernah mundur meski dia di kepung oleh banyak musuh.

Karlos pun berdiri dengan tegap, dia menarik pedangnya dengan tatapan tajam. "Sangat di sayangkan bahwa kita akan menghadapi neraka di awal perang ini, tetapi aku sedikitpun tidak akan mundur karena aku bukan pecundang".

Para kapten juga ikut berdiri dan menarik pedangnya, mereka juga dengan tegas bersuara lantang... " Suatu kehormatan bisa berperang dengan anda Jendral Karlos!".

Sungguh Ironis, ideologi tentara bayaran Sayap Kesatria mempertaruhkan nyawa hanya demi uang. Tetapi memang itu tujuannya, karena kemiskinan yang melanda benua barat memaksa mereka bertarung demi bisa melanjutkan hidup.

Satu kilometer sebelum gerbang, setiap perwakilan bertemu di tengah-tengah medan perang. Sesuai dengan tradisi perang dunia ini, mereka saling bertukar kata-kata untuk 'Menyerah atau Mati' pada akhirnya mereka sepakat untuk berperang.

>>>

Di waktu yang sama, Bamantara dan Mahita telah mengumpulkan lima ratus pasukan dan total yang bergabung menjadi seribu pasukan. Dari ras elf berjumlah tiga ratus prajurit, dari ras beastman berjumlah tiga ratus prajurit dan ras oni dan dwarf masing-masing berjumlah dua ratus. Berbeda dengan Roy, dia bergerak sendiri dan hanya mengandalkan dua bawahannya Helga Kreiz dan Istan Anglis.

Valey memberi tugas kepada Roy untuk langsung menuju ibu kota, dan Roy langsung menyutujuinya. Bagi Valey, tentang adanya campur tangan Paladin yang membantu pemberontakan itu sangat mengkhawatirkan. Karena sangat merepotkan, jika pihak negara suci memiliki perantara yang dapat memberi informasi jarak jauh. Maka dari itu, Roy bertindak sebagai pencegahan dan memburu dalang utama dari pemberontakan.

Di depan gerbang Kerajaan hutan Agung Grasia, seribu prajurit telah berkumpul untuk persiapan perang. Meski jumlah pasukan sedikit, tetapi bagi Valey sudah lebih dari cukup. Mengingat tiga bawahanya yang kuat, menghancurkan pemberontak merupakan hal yang mudah. Tetapi Valey mewaspadai beberapa orang kuat yang mungkin ikut campur, seperti Raja Iblis Radiant yang mungkin akan muncul dalam medan perang. Hal inilah yang membuat Valey memilih Roy, karena sejatinya Roy merupakan Raja sejati dari ras Vampire yang di harapkan dapat menghambat pergerakkan Radiant.

Sementara itu, sorak suara para warga untuk menyemangati semua prajurit semakin keras. Semua warga berharap kemenangan mutlak bagi Kerajaan Hutan Agung Grasia, para prajurit terlihat gagah dan kuat yang menggunakan perlengkapan buatan Argya. Para bawahan Valey yang lain tidak ikut berperang, mereka di tugaskan untuk menjaga kerajaan.

Valey, menaiki panggung untuk berpidato sebelum menuju ke medan perang. Meski perasaannya malu dan gugup, mau tidak mau di harus melakukannya karena kewajiban seorang Raja. Valey memantapkan diri dengan raut wajah yang serius.. "Inilah saatnya kita menunjukkan kekuatan kita!!, tunjukkan kepada mereka bahwa bangsa kita memiliki harga diri!!".

Seluruh prajurit bersorak serentak mengangkat senjata mereka, Valey juga mengangkat senjatanya untuk menunjukan kesiapannya. Mahita dan Bamantara mulai menangani sisanya, semua prajurit di beri arahan sesuai strategi yang telah di persiapkan. Aryan Arnesti dibawah naungan Mahita, yang dulunya sebagai jendral ras elf sekarang menjabat sebagai kapten yang akan memimpin pleton pemanah. Pangeran ras dwarf Malfoy Darent akan memimpin pleton penyihir, jendral ras oni Ruby Erlina dan jendral beastman Eldo Leonhard akan memimpin pleton satria.

Valey sedikit khawatir, karena semua perlengkapan yang di gunakan oleh semua prajurit merupakan item dari dunia Erias. Meski begitu, item yang di kenakan hanyalah item kelas menengah yang setara dengan kelas rank B. Tetapi item itu lebih bagus, daripada perlengkapan tentara elit Ladiva dari segi kualitas dan ketahanan.

Varde dan Tristan tidak bisa membayangkan dampak perang yang akan datang, dilihat dari sudut manapun pihak Valey akan mencapai kemenangan yang mudah. Varde hanya bisa berharap Valey menepati janjinya, dan kerajaan Ladiva akan bisa di selamatkan dan tentu saja keselamatan keluarganya.

Valey lalu mendekati Varde yang nampak gugup itu.. "Jangan khawatir, akan kupastikan semua ini cepat berakhir selama tidak ada yang mengganggu".

Varde mengerti apa yang di maksud Valey, perang ini tentu saja akan melibatkan banyak pihak dari Kekaisaran, Kerajaan suci, kerajaan tetangga dan yang paling berbahaya adalah Raja iblis Radiant. Tetapi bagi Varde inilah jalan satu-satunya yang bisa di lakukan, meski nyawanya akan menjadi jaminan jika tindakannya bisa berhasil.

Beberapa waktu sebelumnya, Varde sudah bertemu dengan tawanan perang yang merupakan Vantder Reyka. Dari seluruh pengakuannya, dia tidak terlibat langsung saat pemberontakan di ibu kota. Reyka hanya di tugaskan untuk membuat sibuk fraksi bangsawan agar tidak berada di ibu kota, setelah itu dia di angkat menjadi jendral dan ditugaskan untuk menghancurkan ras demi human dan akan di jual sebagai budak. Hal itu dilakukan demi tambahan dana perang yang besar, dan prajurit yang memiliki gelar paladin, Reyka tidak mengetahuinya karena prajurit itu datang langsung dari arahan Duke Abigail. Tentu saja informasi ini sangat jelas, bahwa kerajaan suci mendukung pemberontakan di kerajaan ladiva. Setelah perang ini di menangkan, Varde berfikir akan membuat aturan baru yang akan sangat berat untuk kerajaannya.

Mahita telah menerima informasi dari telepati Pertisa dan Marta, semua tawanan perang dan beberapa budak ras demi human telah keluar dari kota dengan bantuan guild petualang. Dari laporan Pertisa, guild petualang tidak akan ikut campur dengan perang dan berada di pihak netral.

Mahita lalu menugaskan Pertisa dan Marta untuk mengikuti Roy yang lebih dulu berada di ibu kota."Kerja bagus, sekarang kalian aku tugaskan menuju ibu kota ladiva dan akan mengikuti Roy. Semua tawanan perang akan di urus oleh Senny dan Cilen, kalian jangan sampai memalukan karena Raja Valey juga akan datang ke medan perang!".

>>>>

Di sisi lain, Pertisa dan Marta datang di gedung pelatihan guild petualang dan bertemu guild master. Sesuai kesepakatan, guild master dan petualang rank S di beri imbalan batu magis..

Pertisa..

"Terimakasih telah menjaga semua tawanan dan tentu saja aku tidak akan lupa tentang kesepakatan".

Pertisa lalu membuka sihir penyimpanan dan mengeluarkan dua kotak seukuran sedang, saat kotak itu di buka Vistere dan Remir sangat terkejut karena baru pertama kalinya mereka melihat batu magis langka yang banyak berada di depan matanya.

Vistere..

"Sungguh mengagumkan, aku tidak akan terkejut lagi jika suatu hari nanti akan bertemu lagi denganmu."

Remir..

"Ini juga baru pertama kalinya aku melihat batu magis langka sangat banyak di depan mata ku, tetapi aku penasaran dari mana kalian mendapatkan barang berharga seperti ini?"

Pertisa hanya sedikit tersenyum, dia tentu saja merahasiakan barang seperti itu di dunia ini. Tetapi dari informasi yang di berikan Pertisa dari Mahita tentang semua rencana kedepanya kerajaan Hutan Agung, dia hanya berkata sedikit petunjuk...

Pertisa..

"Tentu saja ini rahasia, tetapi jika kau datang ke kerajaanku kau mungkin akan mendapatkan informasi yang berguna. Kerajaan Hutan Agung Grasia, kerajaan grasia yang di bangun ulang oleh Raja ku."

Vistere sangat terkejut mendengar tentang kerajaan yang telah lama hancur di bangun lagi, tetapi yang paling mencurigakan adalah nama kerajaan baru yang di sebutkan oleh Pertisa. Vistere menduga bahwa empat ras dari hutan Rach telah menjadi satu, hal ini di perkuat dengan pertisa yang menyelamatkan semua ras tawanan perang dan membebaskan budak dari pedagang dan tuannya di kota ini.

Semua tawanan perang berhasil di keluarkan dari kota vantder melalui sihir penukaran, Vistere dan party rank S yang ikut mendampingi terkejut dengan sihir penukaran Pertisa. Bagi para penyihir, sihir ini sangat rumit karena harus memiliki keahlian dalam mantra dan konsentrasi mana.

Mery yang seorang penyihir berbakat terkagum dengan skill Pertisa, dia tanpa rasa malu memohon untuk mengajarinya. Tetapi sayangnya Pertisa menolak, karena situasi yang kurang tepat dan Pertisa tidak memiliki kewajiban untuk melakukannya. Tetapi, Marta menyela pembicaraan mereka berdua. Marta menepuk pundak Pertisa dan berbicara kepada Mery..

"hahaha percuma kamu bertanya kepada Pertisa karena dia orang yang kaku."

"Apa katamu hahh!!" Pertisa sangat kesal mendengar hal itu..

"Jika kamu ingin skill ini kamu hanya perlu datang ke akademi kerajaan kami, disana banyak ilmu yang berguna untukmu."

Kata-kata Marta membuat Mery senang, tetapi Mery sedikit ragu tentang akademi yang di sebutkan itu. Bagi Mery, menjadi penyihir hebat adalah tujuannya dia sedikit melihat rekanya dan mulai membicarakan hal ini.

Pertisa sedikit menjauh karena menerima pesan dari Mahita, lalu muncul dua high elf di hadapan Pertisa. Senny dan Cilen di tugaskan untuk menjemput para tawanan, Vistere yang melihat dua high elf itu sedikit merasa janggal. Karena salah satu dari mereka memiliki rambut warna merah, Vistere hanya bisa diam dan bertanya-tanya dalam hatinya.

Senny dan Cilen lalu menghampiri para tawanan dan membagi ranting pohon, setelah itu Senny membaca mantra sihir dan menghilang bersama para tawanan. Karena melihat hal itu, Mery semakin yakin untuk pergi ke Kerajaan Hutan Agung untuk belajar sihir.

Pertisa lalu menghampiri Vistere, dia mempersilahkan mereka untuk kembali dan memberi kertas lambang naga.. "Terimakasih telah membantu kami, karena ketulusan kalian aku akan memberi kalian tanda pertemanan. Benda ini akan berguna jika kalian mengunjungi kerajaan kami, tetapi jika kalian memusuhi kami benda ini akan otomatis menghilang. Dan saat perang nanti, kau hanya perlu menunjukkan kertas ini maka kalian tidak akan di sentuh sedikitpun"

Vistere tidak mengetahui apapun tentang lambang naga ini, karena dari bentuk naga yang melingkari pedang dan tongkat sihir seperti ular yang belum pernah muncul di dunia ini. Vistere dan party rank S meninggalkan tempat itu, dalam hati dan pikiran mereka hari ini adalah pengalaman yang akan membuat mereka menyadari tentang keterbatasan mereka.

Pertisa dan Marta mulai serius, dari ekspresi mereka berdua nampak memikul beban berat karena pesan dari Mahita. Dengan nada serius Pertisa..

"Tugas kita semakin berat, kita harus menuju ke ibu kota untuk bergabung dengan tuan Roy."

Marta..

"Ketika Tuan Roy bergerak, tentu saja misi ini tidak akan mudah. Belum lagi dua bawahan Tuan Roy itu sering membuatku kesal, tetapi sesuai perintah Nona Mahita bahwa kita tidak akan mengecewakannya. Apalagi Raja juga ikut ke medan perang, tentu saja melihat kekuatan Raja yang paling aku tunggu."

Pertisa dan Marta mulai bergerak cepat menuju ke ibu kota Ladiva, berbagai informasi dan strategi juga telah di terima.

Sesuai koordinat sihir teleportasi yang telah di tentukan, muncul lingkaran teleportasi besar di tengah padang rumput yang tidak jauh dari kota Vandter.

Kemunculan seribu prajurit dengan senjata lengkap, dan bendera perang yang besar sebagai bentuk lambang kerajaan yang siap berperang. Valey berada di barisan depan bersama Mahita dan Bamantara, dan Raja Varde beserta bawahannya berada di barisan belakang. Sebuah pemandangan yang langka di dunia ini karena mengirim pasukan menggunakan sihir teleportasi, bukan hanya pasukan tetapi juga membawa kereta dengan kuda perang yang sangat langka untuk di temui.

Valey dengan lantang menyerukan kalimat terakhir...

"Tunjukkan kepada mereka kekuatan kita, buat mereka menyadari bahwa sebuah kesalahan fatal karena telah memusuhi kita!!"

Para prajurit bersorak dengan lantang menunjukan kesiapannya.

Sebuah tanda untuk bergerak menyerang telah di tentukan, dan para prajurit-prajurit bergerak menuju gerbang dengan kecepatan sedang. Lima ratus meter dari gerbang, para penjaga yang melihat serangan mendadak mulai panik dan membunyikan lonceng darurat. Para prajurit mulai berkumpul menyiapkan barisan dengan cepat sesuai instruksi Kapten.

Suara langkah kaki yang berat di sertai suara desingan logam yang saling berbenturan, membuat prajurit manapun akan sangat mempengaruhi mental para lawannya.

Mahita dari kejauhan menunjukan sikap memanah untuk serangan pertama, busur sihir mulai muncul di tangannya dan mengeluarkan aura magis yang besar. Dengan menarik tali busur, anak panah yang terbentuk dari sihir perlahan muncul. Dengan bidikan yang tepat dan kontrol mana yang sesuai, Mahita melepaskan anak panah menuju gerbang. Anak panah itu melesat bagikan meriam dengan kecepatan tinggi, suara ledakan besar menghancurkan gerbang dan tembok menciptakan kerusakan yang besar.

Terlihat prajurit di dalam kota Vantder juga sudah bersiap untuk perang, tetapi moral dan mental mereka telah turun karena serangan kejutan itu.

Pasukan Kerajaan Hutan Agung mulai mempercepat langkah mereka, di pasukan kota Vantder juga mulai maju untuk menyerang meski keraguan terlihat dari ekspresi mereka.

Bentrokan tak terelakan pun terjadi.., perang semakin meluas di beberapa tempat di kawasan Kerajaan Ladiva.