Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Last Wish of The War God

UnknownSense
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.2k
Views
Synopsis
Tidak ada yang berubah, dunia, perspektif manusia, emosi baik dan buruk, konflik dan segala hal tetap berjalan sesuai porosnya. Sebenarnya, sungguh sebuah kekonyolan bagi seorang panglima perang terkuat dibenua Erdyisium, sang Alter Kematian, Khalion Devothan Dewa kematian, dewa perang, iblis haus darah dan penggila pembantaian, semua julukan yang digunakan untuk menggambarkan manusia paling ditakuti diseluruh benua. Yang telah memimpin lebih dari 140 peperangan semasa hidupnya yang sangat panjang. Kekonyolan bahwa dia menghadapi akhir hayatnya, mati akibat kutukan yang ia terima saat perang terakhir di ujung perbatasan Utara. Daratan yang disebut sebagai lembah keputusasaan, The Death of Northen Valley. Mati akibat dari kebodohan dan kenaifannya. "Tidak ku sangka.. " Seluruh sendinya telah mati rasa, tubuhnya membusuk diatas tumpukan salju abadi, Khalion menatap ujung pedang yang penuh darah, tertancap tepat diatas jantungnya. Berkah raja roh yang membuatnya abadi kini terlihat seperti dongeng melihat ia takluk oleh sebilah pedang tanpa tuan didataran dingin salju abadi Utara. Berkat itu bahkan tak bisa menahan kutukan yang menyebar. "Seandainya saja.. aku tahu lebih awal, bahwa dunia ini.. tidak pernah menjunjung kekuatan untuk sebuah pengakuan." Khalion, terbaring lemah tak berdaya, dengan tubuh yang hampir sepenuhnya membusuk dan menghitam. Tepat diatas lingkaran sihir kutukan, yang dulu ia buat bersama dengan Kaisar saat ini, Algreir Vhitton Rox Erdyisium. Lingkaran ini digunakan untuk menaklukkan penguasa mutlak dari Utara yang tak tunduk pada Kekaisaran. Namun, ternyata ia justru menjadi korban utama seperti subjek yang sudah tak layak guna sehingga pantas dimusnahkan. Jika mengingat misi terakhir yang ia terima dari Algreir, seharusnya ia tahu, semenjak pria bajingan itu mewaspadai dan menaruh mata-mata padanya, itu berarti Sang Kaisar merasa terancam dan hendak memusnahkan keberadaannya. Cakar paling tajam dikekaisaran, sungguh konyol, kau harus mati ditangan orang yang dulu kau harapkan pengakuannya. "Hahahaha... seharusnya aku dengarkan apa kata Mikhael, bahwa kaisar itu tamak, rakus, dan serakah. Mungkin, bajingan Mikhael itu kini telah berhasil menembus istana dan melakukan pemberontakannya." Kepingan salju yang mulai turun, pembusukan yang menyebar cepat diseluruh tubunya, indra dan syarafnya yang mati satu-persatu. Akhir hidup sang legenda, Sang dewa perang akhirnya menutup matanya, dibawah kepingan-kepingan salju kecil yang berjatuhan. Penyesalan, rasa terkhianati, rasa bersalah, ketidak mampuan, amarah yang bergemuruh serta kesedihan yang memuncak, seluruh emosi negatif yang terus menerus muncul membuat mata Khalion menjadi berat untuk sekedar menutup. "Aku.. seperti belum bisa meninggalkan emosi ku.." Batinnya yang masih bergejolak walaupun ia tahu, bahwa kesadaran terakhir yang ia miliki saat ini, sedang berjalan berdampingan dengan kematian yang sedang ia alami. "Harapan.. aku tidak pantas, tapi.. ku ingin hidup untuk tujuan ku.. apakah.. aku bi.. sa... "
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1 - Khalion Devothan-

Jika dunia ini adil, maka seharusnya aku bisa berada dikerumunan manusia disana yang tengah menikmati makan dan cengkrama bersama orang-orang berharga mereka. Jika dunia ini adil, seharusnya aku bergandengan tangan dengan sosok ibu bukan memegang mangkuk untuk mengemis. Jika dunia ini adil, seharusnya aku bermain riang bersama anak seumuran bukan mengerang kesakitan seperti orang sekarat disebuah gang sempit.

"Apakah.. keadilan itu sebenarnya?." Anak kecil yang meringkuk kesakitan digang sempit yang gelap, itu adalah aku.

Seorang gelandangan di distrik 11 bawah, di kekaisaran Erdyisium. Sudah lebih dari 5 hari tidak ada apapun yang masuk keperutku, membuatku mau tak mau memakan rumput dihutan, atau tanaman yang entah itu beracun atau tidak. Rasa sakit yang luar biasa di perutku, sepertinya ini kesekian kalinya aku memakan tanaman racun yang sama. Betapa bodohnya, aku memang mengandalkan insting bertahan hidup, tapi.. ini sudah lebih dari sekedar kebodohan.

"Arghh.. sa-sakit.."

Tidak ada yang bisa ku lakukan selain meringis tak bersuara, tenggorokan ku sangat kering. Distrik 11 bawah tempat terburuk dan terbelakang dikekaisaran, bahkan air bersih dan tanaman umum seperti pohon buah atau sayur liar tak ada disini. Tempat kumuh pembuangan, dimana para kriminal dan orang paling miskin berkumpul. Tempat aku lahir, tinggal dan menetap.

"Ini.. sungguh.. menyakitkan." Aku mencoba dengan sisa tenagaku, mendorong racun itu keluar dengan memuntahkannya. Namun mungkin karena kelaparan, racun jadi bereaksi lebih kuat dibanding sebelumnya. Ini menyakitkan, tak kusangka aku malah memakan tanaman racun bloodiest night.

Tempat ini, berada di benua barat, tempat yang dipimpin oleh kaisar, dan merupakan benua paling maju didunia. Benua paling maju apanya, kemakmuran yang sangat jauh dari kata "Merata" Itu membuatku hanya bisa menyumpahi kaisar dalam hati setiap hari.

Bangsawan korup, pajak tinggi dan pengendalian kriminalitas yang rendah, semua itu hanya membuat ibukota dan benerapa kota wilayah bangsawan tinggi semakin makmur. Kami yang tinggal didistrik tanpa nama hanya menjadi sampah, budak dan bahan percobaan.

Pemerintahan kaisar saat ini merupakan era paling buruk, menurut rumor yang ku dengar, putra mahkota memiliki otak yang lebih pintar dan jauh dari kata serakah. Dan aku tahu sifat asli putra mahkota, dia orang yang berbahaya.

"Menaruh harapan pada keluarga kekaisaran adalah hal bodoh, generasi telah berjalan, tidak ada satupun era baik yang muncul. Era keemasan hanya berada pada masa pemerintahan kaisar ke 3, itupun singkat karena pemberontakannya. Ironis sekali... "

Tidak ada kepercayaan yang bisa ditanamkan pada antek pemerintahan. Orang yang berkuasa, sekali mereka merasa diatas, segala sifat buruk akan mengalir keluar, kau tidak akan bisa mempertahankan sifat murnimu, karena mata mu akan terbutakan pada kekuasaan, kekuatan, dan harta melimpah. Tidak ada kemanusiaan lagi ketika kau menginginkan kekuasaan, karena cara untuk mendapatkannya adalah dengan mengorbankan emosi mu, itulah hasil dari kaisar yang memerintah saat ini, tirani, kejam dan bengis, serakah dan tamak. Sampah yang terlahir untuk menghancurkan tatanan kemanusiaan dalam bentuk pemerintahan.

Sudah 2 jam aku memuntahkan sisa-sisa rumput beracun dilambungku, dan rasa sakit yang bergejolak pun sudah mulai ringan. Mungkin karena terlalu sering, walau memang menyakitkan tapi efek racun ini tidak bertahan lama, biasanya aku akan menderita demam tinggi selama 2 hari baru efeknya menghilang. Mungkin, aku mendapat kekebalan dari racun ini. Menjijikkan, aku ingin menyerah namun ucapan itu terus terngiang dikepalaku.

"Kau harus hidup, dengan begitu kau bisa membalasnya.. balaskan dendam ku!!."

Ya, itulah alasan aku bertahan dikerasnya dunia. Memangnya apa yang bisa membuat anak kecil berusia 7 tahun sepertiku ini memiliki hasrat balas dendam? Mungkin ini terdengar gila tapi aku menyimpannya.

Ingatan masalaluku, kebencian mendalamku pada putra mahkota yang akan naik tahta.

Budak Kekaisaran, diriku.. Cakar Kekaisaran, Dewa Perang dan Simbol Kekejaman, Khalion Devothan.

"Sudah 5 tahun setelah aku mengulang kehidupanku, rasa kebencian ku semakin menumpuk padamu.. Algreir "

Mengingat betapa menderitanya aku, yang dulu hidup dengan mencium kakinya, berharap pada kesia-siaan dan mengorbankan rasa kemanusiaanku. Kaulah alasan kebencianku menumpuk, Algreir.

Entah bagaimana caranya, aku kembali ke masalalu saat umurku 5 tahun, aku mengingat semua kenangan yang ku pikir itu hanya mimpi yang panjang. Tahun itu, adalah dimana aku mengalami demam tinggi akibat mengkonsumsi rumput beracun bloodiest night. Aku terbangun dengan seluruh ingatan ku, ku pikir, mimpi buruk terjadi karena aku sakit. Akan tetapi, ternyata itu adalah masalalu ku.

"Aku tidak percaya pada dewa, entah ini adalah rencana dewa ataupun iblis tujuanku hanya satu. Aku akan memusnahkan satu garis keturunan kaisar dan membawa kau, Algreir menuju keujung kematian yang paling menyakitkan."