Keluarga mayor Theerapanyakul berkumpul di kediaman si bungsu, Kimhan Theerapanyakul. Wajah mereka tampak serius dan bersitegang dengan Porchay yang terlihat terus menundukkan kepalanya.
"Aku minta kau bertanggung jawab atas perbuatan mu, Kim" Porsche menatap tajam Kim yang duduk didepannya.
"Apa yang sudah Kim lalukan padamu?" itu Kinn yang bertanya pada Porsche.
"Bukan padaku, tapi adikku. Adikmu itu sudah menghamili adikku, Kinn" Porsche tak sadar ia meninggikan suaranya hingga langsung ditatap oleh ayah mertuanya.
Semua orang di sana tampak terkejut mendengar ucapan Porsche barusan, termasuk Peem yang merupakan istri Kim. Semua orang disana memusatkan perhatian mereka pada Porchay yang masih terlihat menundukkan kepalanya, kemudian beralih menatap Kim meminta penjelasan.
"Apa itu benar Kim?" tanya Tuan Korn pada putra bungsunya yang masih terdiam.
"aku bahkan tidak tahu apakah anak yang dia kandung itu memang benar anakku.." ucap Kim dengan tenangnya. Porchay langsung menoleh menatap Kim dengan mata berkaca-kaca, ia tak menyangka kalau pria itu akan mengatakan sesuatu yang amat menyakitinya.
"sialan kau.. kau pikir adikku berbohong soal itu?" Porsche menarik keras kerah baju Kim, ia benar-benar marah pada ucapan Kim terhadap adiknya.
"Porsche, tenanglah.." Kinn menarik lembut lengan istrinya itu agar menjauh dari Kim.
"lepaskan aku.." Porsche segera pergi dari sana, ia tak bisa lagi berada satu ruangan dengan Kim dan melihat wajahnya yang menyebalkan itu. Kinn pun pergi menyusul Porsche.
"Kim, kau tidak mau menikahi Porchay? dia sedang mengandung anakmu" ucap Tankhun yang merupakan putra sulung keluarga mayor Theerapanyakul, ia menoleh menatap Peem yang duduk disebelah adiknya itu dengan pandangan tak suka.
Kim tetap terdiam di tempatnya hingga suara telfon berdering menyadarkan dirinya.
"hmm.. baiklah, aku akan segera mengurusnya" ucap Kim pada seseorang di telfonnya.
"maaf aku ada urusan penting, jadi aku pergi dulu" ucap Kim dengan santainya dan berlalu pergi dari sana menuju kamarnya.
Hati Chay terasa sangat sakit saat melihat Kim pergi begitu saja, sebenci itukah Kim terhadap dirinya? Chay yang tak tahan dengan kesedihannya berlari keluar dari rumah Kim.
Porsche yang berada diluar rumah Kim melihat adiknya berlari sambil menangis, ia ingin mengejar Porchay tapi dihentikan oleh Kinn.
"biarkan dia sendiri dulu, beri dia waktu" Kinn menahan lengan Porsche agar tidak menyusul Porchay.
"kalau sampai terjadi apa-apa dengan adikku.. Aku tidak akan memaafkan adikmu itu Kinn" Porsche kembali masuk ke rumah Kim dengan kesal dan menghentakkan kedua kakinya.
---------------------------------------------------
Cuaca hari ini sungguh tak terduga, tiba-tiba saja hujan turun dengan lebat. Porchay bahkan tak sadar kalau tubuhnya sudah basah akan air hujan yang mendera nya.
Sebuah mobil putih berhenti di depan Porchay, seseorang keluar dari mobil itu sembari membawa payung.
"Porchay, apa yang terjadi padamu? kau baik-baik saja?" Macau bertanya dengan raut wajah khawatir melihat keadaan Porchay yang menangis ditengah hujan.
"Macau.. Hikss hikss.." Porchay langsung memeluk sahabatnya itu dan terus menangis sesenggukan meluapkan kesedihannya.
Macau membalas pelukan Porchay dan menepuk pelan bahu yang bergetar itu. Porchay yang basah kuyup itu membuat pakaian Macau jadi basah juga, tapi dia tidak mempermasalahkan nya. Apapun akan ia lakukan untuk Porchay.
Macau tetap diam pada posisinya menunggu Porchay sedikit tenang, hingga Macau mengerutkan alisnya saat Porchay tak merespon panggilan nya.
"Porchay.. chay.." Macau panik karena Porchay tak sadarkan diri, terlebih lagi wajahnya terlihat pucat.
Macau tak bisa membawa Porchay ke rumah keluarga utama sekarang, ia pun memutuskan membawa Porchay ke apartemen nya.
--------------------------------------------------
Peem datang ke ruang kerja suaminya, ia melihat Kim sedang melamun disana didepan laptop nya yang menyala.
"Kim, apa yang kau pikirkan?"
"Oh, Peem kau disini?" ucap Kim baru menyadari Peem berada di ruangannya.
"Hm, aku hanya ingin menanyakan sesuatu.."
"Kemarilah.." Kim menepuk pahanya mengisyaratkan agar Peem duduk di pangkuannya. Peem pun berjalan mendekati Kim dan duduk di pangkuan suaminya.
"Kim, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Peem bertanya pada suaminya sembari menyamankan dirinya memeluk Kim.
"Tentang apa?"
"Nong Chay" ucap Peem dengan suara rendah.
"Apa yang kau pikirkan? Aku tidak akan menikahinya, aku sudah punya kau di sisiku" ucap Kim sembari menarik pelan tubuh Peem untuk melihat wajahnya.
"Kau harus menikahinya, Kim" Peem menatap serius ke arah Kim yang terlihat terkejut itu.
"Sebenarnya.. Aku tahu saat malam itu kau melakukan nya dengan Porchay" tak sadar Peem meneteskan air mata nya mengingat kejadian malam itu saat Peem tak sengaja melihat suaminya tidur dengan Porchay dikamar mereka.
"Peem.. Ku mohon maafkan aku, saat itu kami sama-sama mabuk aku tak melakukannya dengan sengaja, maafkan aku" Kim mengelus lembut pipi Peem dan menghapus air mata yang mengalir dari mata istrinya itu.
"Nikahi dia Kim, dia sedang mengandung anakmu.. Hikss" tangis Peem pecah saat itu dan langsung memeluk erat tubuh suaminya itu.
"Dia.. Dia mengandung anakmu, disaat aku tidak bisa melakukannya.. Hikss.." Kim berusaha menenangkan istrinya dengan menepuk pelan bahu nya.
Ia tak menyangka kalau Porchay sampai hamil, padahal dia sangat ingat kalau dirinya hanya bermain satu ronde dengan anak itu.
-------------------------------------------
Macau tertidur dengan posisi duduk disamping ranjangnya setelah semalaman mengurus Porchay yang sedang demam. Baru beberapa jam ia tertidur tapi ia terbangun lagi saat mendengar Porchay mengigau.
"Phi Kim.. Jangan pergi"
'Dalam tidur pun kau selalu memanggil namanya, Chay' ucap Macau dalam hati.
-
Pagi hari telah tiba, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Macau terbangun dari tidurnya dan melihat kalau Porchay masih memejamkan matanya.
"Eungghh.." Porchay membuka mata nya setelah beberapa saat.
"Chay, sudah bangun? Apa kau merasa pusing?" tanya Macau sambil membantu Porchay bangun dan mendudukkan dirinya.
"Macau, aku ada dimana?"
"Kau di apartemen ku, apa yang terjadi? Sampai kau demam seperti ini"
Porchay baru mengingat kejadian semalam saat dia pergi dari rumah Kim dan berakhir terjebak di tengah hujan.
"Aku ada sedikit masalah dirumah"
"Kau bisa ceritakan padaku, aku akan membantu sebisaku"
"Kau tidak perlu khawatir, ini hanya masalah kecil. Tapi, aku tidak ingin pulang dulu. Bolehkah aku berada disini beberapa waktu, Macau?" Chay menatap Macau dengan mata sendu nya meminta jawaban dari sahabatnya itu.
"Tentu saja, anggaplah seperti rumahmu sendiri. Aku bisa tidur disofa nanti, atau aku juga bisa pulang ke rumahku. Buatlah dirimu senyaman mungkin disini, kau perlu waktu untuk menenangkan pikiran mu kan" ucap Macau tersenyum cerah pada Porchay.
'Jangankan menginap disini, bahkan aku bisa saja memberikan apartemenku ini padamu, Chay, karena aku mencintaimu'