Shou tampak membuka mata, ia memiringkan kepalanya dengan mata yang merapat karena cahaya terlalu kuat. "Ugh..."
Hingga ia benar benar membuka mata, ia melihat langit langit berwarna putih. "(Ada apa... Kenapa... Dimana aku?)" ia bernapas panas. Ia lalu menoleh ke sekitar dan sadar ia ada di salah satu ruangan rumah sakit.
Ia memegang kening nya. "Ugh... Seluruh tubuh ku sakit," ia mencoba bangun duduk.
Lalu seseorang datang, ia berjalan mendekat. "Oh, kamu sudah bangun?"
Shou terdiam masih bingung tak tahu apapun.
Perawat itu memeriksa detak jantung Shou. "Kamu normal," tatap nya dengan ramah.
"Anu... Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?" Shou menatap.
". . . Kamu tidak ingat? Yang aku lihat, seorang pria telah membawa mu kemari..."
"Pria? Huh, Ahjussi?! Apa yang terjadi padaku?" Shou menatap panik. Ia sudah ingat semuanya.
"Kami memeriksa mu dan hanya ada tanda kesuburan saja.... Kamu datang bulan di saat kalian selesai berhubungan bukan?" Perawat itu menatap.
"(Ba.... Bagaimana dia tahu kami selesai berhubungan?!)" Shou terkejut.
"Lain kali, jika ingin berhubungan, harus melihat tanggal mu, jika tidak nanti sakit dan itu bisa mengganggu mu," tambah perawat itu, ia membaringkan Shou yang masih tak percaya dan bingung, lalu menyelimuti nya.
"Istirahat lah sebentar lagi, pria yang mengantar mu bilang dia akan kembali sebentar lagi untuk suatu urusan," tambah nya lalu berjalan pergi.
Tapi Shou masih bingung. "Apa yang sebenarnya terjadi...?" dia kembali bangun duduk dan membuka selimutnya, dia memakai pakaian nya, yakni celana levis pendek dan kaus putih lengan pendek nya. "Ah, kenapa aku pakai pakaian rumah... Apa jangan jangan Ahjussi yang melakukan nya, dia buru buru membawa ku kemari," gumam nya.
Tapi tiba tiba saja pintu terbuka membuat nya terkejut menoleh. Siapa lagi jika bukan Tuan Beom.
"Shou," ia menatap dan melangkah mendekat.
"Ah, Ahjussi," Shou langsung senang.
Tuan Beom memegang pipi Shou dan menatap dekat. "Kau baik baik saja bukan? Apa yang terjadi padamu..." ia menatap khawatir membuat Shou terdiam.
"(Kenapa... Kenapa ini rasanya seperti aku pertama kali nya melihat Ahjussi memasang wajah khawatir sekali...) Jangan khawatir, aku baik baik saja," Shou memegang tangan Tuan Beom yang ada di pipinya.
"Kau mengatakan itu baik baik saja tapi aku telah membuat mu berdarah, apa itu terluka, katakan padaku," Tuan Beom masih belum tahu.
"(Kenapa Ahjussi belum tahu, apakah dia pergi setelah meletakan aku di sini tanpa mendengar apa yang terjadi padaku,)" Shou terdiam, ia lalu tersenyum kecil dan memegang pipi Tuan Beom membuat Tuan Beom terdiam.
"Ahjussi.... Itu hanya... Datang bulan... Ini tanggal nya..." balas Shou membuat mata Tuan Beom melebar.
Ia lalu menghela napas panjang dan menggenggam tangan Shou lalu mencium nya. "Aku pikir apa.... Maafkan aku Shou," tatap nya membuat Shou berwajah merah.
"I... Ini baik baik saja... Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku... Tadi itu sangat menegangkan..." Shou menatap ceria, ia bahkan tak memasang wajah sakit apapun.
Tuan Beom membelai rambut Shou dan mencium kening Shou, dia masih berdiri di samping ranjang rumah sakit itu.
Lalu Shou menatap nya. "Ahjussi..." ia memegang dada Tuan Beom dan merasakan detak jantung Tuan Beom berdegup agak cepat. "(Apakah sebegitunya dia khawatir padaku.) Ahjussi, kenapa tadi anda meninggalkan ku?" Shou menatap ke bawah seperti kecewa.
". . . Maafkan aku, aku hanya sebentar, hanya urusan pekerjaan saja."
"Tapi anda bilang, anda tidak ada pekerjaan sampai seharian ke depan," Shou langsung menatap kesal.
". . . Pekerjaan ku tidak menentu, aku janji aku akan ada sampai nanti malam..." Tuan Beom memegang kembali pipi Shou dan membelai nya, Shou masih terdiam.
"Istirahat lah," tambah Tuan Beom.
"Aku.... Tidak mau," Shou mencengkram erat kerah Tuan Beom, lalu memeluk nya. Tuan Beom terdiam memegang pinggang Shou dengan satu tangan nya.
"Aku ingin pulang sekarang, aku mohon, aku ingin pulang," Shou memeluk erat.
Tuan Beom menutup mata dan menghela napas panjang. "Baiklah..." balasnya.
Lalu Shou tersenyum senang dan melepasnya.
Tapi Tuan Beom melepas mantel yang ia pakai dan memakaikan nya di pundak Shou membuat Shou bingung. Setelah itu Tuan Beom menarik pinggang Shou dan mengangkatnya, dia menggendong Shou dengan satu tangan nya lalu berjalan pergi dari sana.
Shou terdiam memegang kedua pundak Tuan Beom, ia tersenyum berwajah merah. "Ahjussi... Apa anda pernah melakukan ini sebelumnya? Menggendong seseorang seperti ini, posisi ini seperti menggendong anak kecil hehe."
". . . Tidak sama sekali, tapi aku akan melakukan ini ketika bersama mu," balas Tuan Beom.
"(Astaga... Ini benar benar sangat manis...)" Shou memeluk Tuan Beom dengan senang.
Tak di sangka, semua orang yang ada di rumah sakit menjadi memandang mereka. Bahkan hampir semuanya. Shou hanya tetap memeluk Tuan Beom dengan senang. "(Aku tak peduli, tak peduli bagaimana mereka memandang maupun melihat, aku tidak akan malu...)" ia akhirnya bisa menerima Tuan Beom, dan sekarang Tuan Beom tersenyum kecil.
Setelah itu Shou ada di mobil Tuan Beom, Tuan Beom meletakan nya di samping supir dengan masih memakai mantel besar Tuan Beom.
"Ahjussi, apa kita akan kembali ke apartemen?" Shou menatap sebelum Tuan Beom menutup pintu Shou.
". . . Apa kau ingin ke suatu tempat?"
"Um... Setelah semua ini selesai... Aku ingin Ahjussi menyelesaikan bisnis anda dan melakukan perkataan anda, mengantarkan ku ke rumah anda," Shou menatap dengan wajah merah.
Tuan Beom terdiam, dia lalu berlutut di sana menatap Shou. "Shou, jadi kau masih berpikir aku sibuk dengan pekerjaan ku?" tatap nya.
"Um, pekerjaan Ahjussi memang sibuk jika Ahjussi benar benar mengerjakan nya dengan sungguh sungguh bukan."
"Shou... Kau benar benar membuat ku berpikir harus memberitahu mu sesuatu... Sebenarnya, aku akan pergi ke Jepang lagi."
"Ya? Kenapa?"
". . . Selama 3 tahun," tambah Tuan Beom.
Seketika Shou yang mendengar itu benar benar terkejut tidak karuan. "(A... Apa?!! 3 tahun!!)" Shou tak percaya.
Tuan Beom yang melihat ekspresi Shou menjadi kecewa sendiri. Ia lalu memegang tangan Shou. "Kau meminta ku menyelesaikan pekerjaan ku, itulah resikonya jika aku harus menyelesaikan pekerjaan ku, tapi jika aku melakukan pekerjaan ku secara normal, aku akan sebentar saja setelah itu menemui mu."
". . . Anda juga akan sebentar menemui ku jika begitu, lalu anda akan lelah jika harus bolak balik bekerja dan menemui ku."
"Itu benar... Tapi paling tidak kita bertemu-
"Ahjussi," Shou langsung menyela membuat Tuan Beom terdiam.
"Aku benar benar tak tahu harus apa... Apakah ini pekerjaan anda?" Shou menatap dengan agak kecewa.
Tuan Beom terdiam, ia menghela napas panjang lagi dan menatap telapak tangan Shou yang lembut, dia memutar dan menekan pelan dengan ibu jarinya membuat Shou terdiam bingung.
"Shou... Dari awal aku sudah bicara padamu, alasan ku tidak menikah dari dulu, tidak menikmati cinta muda dari dulu, itu karena semua pekerjaan ini, jika dari awal bukan ini pekerjaan ku, aku juga tak akan berani memukul orang orang yang kasar padamu... Pekerjaan ku berbahaya dan membuat ku menjadi begini, sisi lain nya, aku bisa melindungi mu," Tuan Beom menatap, Shou terdiam.
"(Itu memang ada benar nya, Ahjussi benar benar melakukan semua ini untuk ku dan dari awal aku bertemu. Dia adalah pria yang berpenampilan begitu menakutkan mulai dari tatapan nya, wajah yang sering di buat nya, suaranya, tubuhnya dan juga luka luka lama yang ada di tubuhnya itu... Tapi ketika aku benar benar terbuka untuk mengetahui sifat pria yang begitu menakutkan di depan mata orang orang, dia hanya ingin memberikan sebuah cinta pada seseorang yang mau menerima nya, menerima kondisi nya dan kekurangan nya yang begitu sangat banyak. Dia tahu kesalahan nya dan menyalahkan dirinya sendiri dan tidak sama sekali merubahnya, itu karena dia juga sedang mencari letak dimana salah nya...)" Shou terdiam, ia lalu memegang tangan Tuan Beom yang ada di pangkuan nya itu.
"Ahjussi..." ia menatap membuat Tuan Beom menengadah ikut menatap.
"Ini tak apa... Ketika aku benar benar bisa memahami anda, aku tahu... Anda mengajarkan ku banyak hal soal ini... Anda menjaga ku dan melakukan semuanya demi tanggung jawab anda padaku, anda lebih dari pahlawan yang memberikan sebuah cinta padaku," kata Shou membuat Tuan Beom terdiam mendengar itu.
"Anda berpikir dewasa dan aku hanya mementingkan keinginan ku untuk bersama dengan anda, aku bersikap terlalu anak anak.... Dan anda sama sekali tidak keberatan dengan itu, ini tak apa jika anda harus pergi selama itu, hanya pegang janji anda... Pegang erat janji anda, meskipun umur kita berbeda, aku tetap akan menganggap ini sebuah cinta yang menuntun ku untuk memahami cinta yang di berikan oleh pria dewasa yang dari dulu aku inginkan, aku akan menunggu anda dan anda juga harus begitu," kata Shou. Ia menatap dengan lembut membuat Tuan Beom masih terdiam.
Bahkan bibir Tuan Beom tak bisa tertutup karena mendengar itu tadi. Ia masih menatap Shou dengan tatapan tak percaya.
"(Fakta bahwa semuanya bisa di anggap secara berbeda, tetapi ini semua tetap bersama.... Cinta memiliki ambang setiap hari, banyak saja yang memisahkan, tapi paling tidak, cinta memiliki konflik yang selalu saja berbeda hingga pada akhirnya, kita tahu kekurangan dan kelebihan dan apa yang di sukai oleh pasangan kita.)"
Lalu Shou memegang pipi Tuan Beom. "Ahjussi.... Anda mendengarku, aku tahu itu... Jika anda ingin melakukan sesuatu, lakukan saja, jangan membuat ku takut dengan ekspresi itu," tatap nya. Tuan Beom dari tadi masih berlutut di luar mobil itu di parkiran mobil dan Shou duduk di bangku mobil menatapnya.
". . . Shou.... Aku tidak menyangka kau bisa mengatakan kalimat yang sebegitu banyak nya," Tuan Beom mendekat dan memeluk Shou. Shou juga tersenyum dan memeluk Tuan Beom.
"Ini tak apa... Jika anda harus meninggalkan ku.... Aku akan menunggu anda, begitu juga anda."