"Ayah mint-"
"Ayah, itu sudah berlalu. Dan aku baik-baik saja, tidak perlu di bahas."
Curran langsung memotong ucapan Gilbert yang akan meminta maaf atas kejadian masa lalu yang menimpanya.
"Ayah mengerti, kamu sudah dewasa."
Gilbert berkata dengan menahan kesedihan dan kepahitan saat mengatakannya.
"Tentu saja, aku sudah berumur 18 tahun."
"Baiklah, kamu boleh pergi."
"Tentu."
Curran berbalik menuju keluar, namun langkahnya terhenti saat mencapai pintu masuk.
"Ayah."
Curran memanggil dengan suara rendah. Dia mengingat gumaman terakhir dari Rein.
"Ya anakku."
Gilbert menanggapi panggilan dari putranya dengan seksama, karena merasakan keseriusan dalam ucapannya.
"Ada seseorang yang masih melakukan penjualan para budak di wilayah ini. Rein baru saja melarikan diri dari tempat itu sebelum bertemu denganku."
"Pastikan mereka semua mati malam ini, atau yang akan membakar mereka hidup-hidup."
Setelah mengatakan hal tersebut, Curran pergi dari ruangan kerja milik Ayahnya.
Rahang Gilbert mengeras mendengar berita yang baru saja di katakan putranya.
Kerajaan Xinlaire adalah kerajaan yang melarang keras penjualan para budak, itu sebabnya Raja memerintahkan kepada setiap kepala wilayah untuk membasmi mereka dan membebaskan para budak.
Baru beberapa bulan yang lalu Gilbert membantai kelompok mereka, tapi masih ada beberapa orang yang berani melakukan hal tersebut. Apalagi mereka berani menyentuh cucu barunya.
"Elgar!!"
"Saya menghadap Tuanku."
Seorang pria berpakaian hitam muncul dari belakang Gilbert dan langsung membungkuk hormat padanya.
"Apa kau mendengarnya?"
Gilbert bertanya dengan suara dingin dan mengeluarkan sedikit aura membunuh.
"Saya siap menerima perintah anda."
Elgar menjawab dengan tegas.
"Aku ingin mendengar kabar kematian mereka sebelum makan malam tiba."
"Saya mengerti Tuan."
Setelah mengatakan itu, Elgar menghilang dalam sekejap dari ruangan tersebut.
"Hm, haruskah aku persembahkan kepala mereka pada cucuku?"
* * *
[ Master, ada dua orang yang akan masuk. ]
Rein menoleh ke arah pintu yang terbuka saat dua orang yang di maksud masuk ke dalam kamar.
Mark berjalan masuk dengan seorang wanita yang memiliki wajah yang mirip dengannya, dan wanita itu sedang membawa troli yang berisi berbagai makanan.
[ Pria itu bernama Mark. ]
'Kembar?'
Itulah yang ada di benak Rein saat melihat mereka berdua.
"Tuan muda Rein, syukurlah anda sudah bangun. Mary baru saja selesai memasak makanan untuk anda."
Mark berkata dengan nada ramah dan senyuman yang terlukis di wajahnya.
"Ini dimana?"
Rein bertanya meskipun dia sudah tahu jawabannya.
"Anda saat ini berada di kamar tuan muda Ran, ayah anda."
Mark menjawab dengan nada dan ekspresi yang sama seperti sebelumnya.
Rein menghela nafas lalu mengangguk mengerti. Dia turun dari kasur dan berjalan menuju kursi panjang yang di meja terdekatnya sudah ada berbagai makanan.
[ Master, wajah milik wanita bernama Mary ini terlalu kaku. ]
Rein melirik ke arah wanita yang berdiri di hadapannya. Dia mengakui bahwa wanita yang bernama Mary ini terlalu datar untuk seorang pelayan.
Tapi Rein tidak peduli, yang dia pikirkan saat ini adalah makan. Mari kita makan terlebih dahulu lalu pikiran hal lain nanti.
Rein memotong daging dengan pisau, lalu memasukkan daging tersebut ke dalam mulut.
'Enak.'
Senyuman manis terukir pada wajah Rein, dia mengunyah dengan perlahan untuk menikmati sensasi prasa yang pas dan cocok di lidahnya.
"Ini enak."
Senyuman Mark semakin dalam saat mendengar pujian tentang masakan dari adiknya. Dan sudut mulut Mary berkedut saat mendengar pujian tentang masakannya.
Namun tatapan matanya berubah tajam, saat melihat Rein menyisihkan sayuran kukus di pinggir piring makannya.
"Tuan muda, anda harus memakan sayuran kukus. Itu baik untuk kesehatan tubuh anda."
Mary berkata dengan senyum tipis yang muncul di wajahnya.
Rein mencengkeram pisau dengan erat. Dia terkejut, tidak lebih tepatnya merasa merinding melihat senyum tipis di wajah Mary.
'Menyeramkan, senyumnya menyeramkan.'
[ Master, sepertinya wanita itu marah. ]
'Aku tahu, aku melihatnya.'
[ Lagipula, kenapa anda tidak memakan sayuran itu? ]
"Aku akan memakannya nanti."
Rein berkata untuk menjawab ucapan Mary sekaligus menjawab pertanyaan dari Croft.
"Begitu."
[ Benarkah? ]
Dua respon yang berbeda di balas dengan anggukan kepala Rein.
Mary tidak memperpanjang masalah ini, dan Croft terdiam di atas kepala Rein.
Mark tersenyum. Dia merasa terhibur dengan interaksi antara Rein yang terlihat seperti tidak menyukai sayuran dan Mary yang meminta Rein untuk memakan sayuran.
[ Master, pria rambut merah itu akan masuk ke dalam. ]
Rein menghiraukan pemberitahuan Croft dan lanjut makan.
Curran masuk ke dalam kamarnya, disana dia melihat Rein yang sedang makan dengan Mark dan Mary yang berdiri di hadapannya.
"Kecuali Mark, kalian berdua boleh pergi."
Curran menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Mary dan Kendrick yang berada tak jauh darinya.
"Saya izin permisi Tuan muda."
Kendrick membungkuk sedikit, lalu keluar dari ruangan tersebut dan berjaga di depan kamar.
"Tuan muda Ran."
Mary memanggil dengan suara tenang. Namun hal itu membuat Rein menatap ke arahnya.
"Katakan."
"Tolong pastikan Tuan muda Rein memakan sayurannya, karena itu baik untuk kesehatan tubuhnya."
Rein melotot ke arah Mary. Sedangkan Mark berusaha menahan tawanya.
Curran melihat piring makan milik Rein yang terdapat sayuran di pinggir piring makannya, dan melihat Rein yang melotot.
"Tentu, aku akan memastikannya."
"Kalau begitu saya izin permisi Tuan muda."
Mary keluar dari ruangan tersebut setelah membungkuk sedikit pada Curran.
Curran merentangkan tangannya untuk mengusap kepala Rein, namun Rein menghindari tangan tersebut.
"Mengapa kau menghindar?"
"Terakhir kali kau menyentuh kepalaku, aku merasa mengantuk dan terbangun di tempat ini."
Rein menjawab dengan penuh penekanan di setiap perkataanya.
Curran menghela nafas.
"Itu tidak akan terjadi."
"Benarkah?"
"Ya."
Curran mencoba mengusap kepala Rein, dan kali ini Rein tidak menghindarinya. Kemudian dia duduk di sampingnya.
"Kenapa kau menyisihkan sayuran itu ke pinggir?"
"Aku tidak menyukainya."
"Tapi kau harus memakannya, tubuh mu terlalu kurus."
"Aku tahu."
Rein hanya bisa menghela nafas mengetahui kesehatan tubuhnya yang kurang baik.
Menurut ingatan yang dia peroleh, anak ini pernah tidak makan 3 hari karena tubuhnya terlalu sakit untuk bergerak akibat di pukuli.
"Aku sudah meminta ayahku untuk membuat surat adopsi tentang mu, jadi mulai sekarang kau adalah anakku. Apa kamu mengerti?" ucap Curran.
Rein menelan makanannya, lalu berkata.
"Mengapa?"
Curran menatap dengan bingung.
"Apa maksudmu mengapa?"
"Mengapa kau ingin mengadopsi ku? Padahal kan kita baru saja bertemu, apa kau tidak waspada terhadap ku?"
Rein mengajukan pertanyaan yang terbesit di benaknya. Tindakan Pria ini terlalu ceroboh, bagaimana kalau dia di manfaatkan?
Sepertinya dirinya yang ingin memanfaatkannya.
"Aku tidak merasakan sihir di dalam dirimu, dan tanganmu terlalu kecil dan rapuh untuk memegang pedang. Jadi, apakah aku harus waspada terhadap mu?"
"Tentu saja," balas Rein cepat.
"Benarkah?" ucap Curran dengan tenang.
"Meremehkan seseorang yang terlihat lemah adalah sebuah kesalahan. Bagaimana kalau aku memanfaatkan mu?"
"Tidak apa-apa."
"...."