Chereads / Road To The Strongest Shinigami Ever / Chapter 3 - Chapter 3:Kaito's Dilemma

Chapter 3 - Chapter 3:Kaito's Dilemma

Kaito mulai merasa kebingungan. Meskipun tekadnya kuat, dia menyadari bahwa sebagai seorang bocah, peluangnya untuk diterima bekerja sangatlah kecil. Dia tidak ingin menggantungkan harapannya pada tindakan yang salah atau tidak etis, tetapi keinginannya untuk melanjutkan pelatihannya semakin kuat.

Suatu malam, ketika Kaito duduk sendirian di kamar kecilnya di panti asuhan, pikiran yang gelap menyelinap ke dalam benaknya. Dia teringat akan para bandit yang telah membunuh keluarganya dan merampas segala sesuatu yang dimilikinya. Dalam pikirannya yang gelap, Kaito menganggap para bandit ini sebagai orang yang tak berperasaan yang mungkin memiliki kekayaan yang dapat membantunya.

Meskipun hatinya terombang-ambing antara benar dan salah, Kaito merasa tidak punya pilihan lain. Dia ingin memperoleh dana untuk melanjutkan pelatihannya, dan keinginannya untuk menjadi yang terbaik semakin menggelora. Dengan hati yang berat, dia memutuskan untuk mencuri dari para bandit tersebut.

Pada suatu malam yang gelap, Kaito bersembunyi di balik bayangan pepohonan, memperhatikan gerak-gerik para bandit. Dia mengamati dengan hati-hati, mencari momen yang tepat untuk mencuri tanpa terdeteksi. Ketika kesempatan itu muncul, Kaito merangkak perlahan-lahan menuju kemah mereka.

Dengan hati yang berdebar, Kaito mencuri barang berharga yang ditinggalkan para bandit. Dia berusaha keras agar tidak terlihat dan terdengar, berusaha tidak merusak prinsip dan harga dirinya. Setelah berhasil mengambil apa yang bisa ia dapatkan, Kaito melarikan diri dengan hati yang penuh kegelisahan.

Sesampainya di panti asuhan, Kaito duduk sendirian, terpaku dalam perasaan campuran bersalah dan kelegaan. Dia tidak merasa bangga dengan tindakannya, tetapi dia juga merasa bahwa dia tidak memiliki pilihan lain. Dia berharap bahwa pengorbanan dan usahanya akan terbayar dengan hasil yang akan membantunya melanjutkan latihan dan mencapai tujuannya.

Namun, ketika Kaito memeriksa barang-barang yang dia curi, dia menemukan sesuatu yang tak terduga. Di antara barang-barang tersebut, ada sebuah surat yang tampak tua dan penuh debu. Kaito membuka surat itu dan membacanya dengan hati-hati.

Isi surat itu mengungkapkan rahasia yang menggemparkan Kaito. Ternyata, ayahnya adalah seorang pejuang yang juga memiliki kekuatan Shinigami. Ayahnya pernah menyelamatkan desa mereka dari kekuatan jahat yang mengancam, tetapi dia dibunuh oleh para bandit yang mencari kekuatan itu.

Surat itu memberikan petunjuk tentang keberadaan tempat terakhir ayahnya terlihat, dan hati Kaito berdegup dengan perasaan campur aduk antara kegembiraan dan ketakutan. Apakah mungkin masa lalu ayahnya terkait dengan kekuatan misterius yang kini dimilikinya? Dengan tekad bulat untuk mengungkap kebenaran dan menemukan tujuan hidupnya, Kaito membuat keputusan—dia akan memulai perjalanan menuju lokasi yang disebutkan dalam surat itu.

Dengan meninggalkan barang berharga yang telah dicurinya, Kaito mempersiapkan diri untuk perjalanan yang akan datang. Dia menempatkan pedang Shinigami yang diberikan kepadanya dan buku petunjuk di dalam tasnya, serta beberapa persediaan yang dapat dia bawa dari panti asuhan. Dia tidak tahu apa yang menanti di depan, tetapi semangat petualangannya membara di dalam dirinya.

Dengan hati yang berdebar, Kaito meninggalkan panti asuhan yang telah lama menjadi rumahnya. Dia melangkah ke dalam dunia yang belum pernah ia eksplorasi sebelumnya, dengan tujuan yang tak terjangkau di kejauhan. Setiap langkahnya diikuti oleh keraguan dan kekhawatiran, tetapi tekadnya tetap tidak goyah.

Perjalanan Kaito membawanya melintasi pegunungan yang anggun, hutan yang rimbun, dan desa-desa yang terpencil. Setiap hari, dia menghadapi tantangan dan kesulitan baru, tetapi dia tidak pernah menyerah. Dia bertahan dengan keyakinan bahwa jawaban yang dia cari ada di ujung perjalanan ini.

Setelah berhari-hari berjalan, Kaito akhirnya tiba di sebuah desa yang terpencil, sesuai dengan petunjuk dalam surat itu. Desa itu terlihat sunyi dan suram, dengan penduduk yang enggan berbicara tentang masa lalu yang kelam. Kaito menyadari bahwa ada rahasia yang disembunyikan di balik pintu-pintu tertutup dan mata yang penuh curiga.

Dengan hati-hati, Kaito mencari informasi dan bertanya kepada penduduk desa tentang ayahnya. Dia mendengar cerita-cerita yang membingungkan dan beragam. Beberapa mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang pahlawan yang dikagumi oleh semua orang, sementara yang lain menggambarkan dia sebagai seorang pemburu bayangan yang misterius.

Kaito tidak tahu siapa yang harus dipercaya dan bagaimana menemukan kebenaran yang sebenarnya. Namun, ada satu nama yang terus muncul dalam cerita-cerita itu—Seijuro, seorang mantan sahabat ayahnya dan seorang petarung yang legendaris. Kaito memutuskan untuk mencari pertolongan dan wawasan dari pria ini.

Dengan petunjuk yang diberikan oleh penduduk desa, Kaito menemukan tempat tinggal Seijuro yang terletak di tepi hutan. Ket

Dengan hati berdebar, Kaito mengetuk pintu rumah Seijuro dengan harapan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. Namun, ketika pintu terbuka, yang ditemuinya hanya sepucuk surat yang tergeletak di lantai. Kaito dengan cepat mengambil surat tersebut dan membacanya dengan penuh antusiasme.

Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang akrab. Isinya memberikan petunjuk lanjutan tentang perjalanan Kaito untuk menemukan kebenaran tentang ayahnya. Surat itu menjelaskan bahwa Seijuro telah pergi dalam misi penting dan tidak dapat bertemu dengannya saat ini. Namun, dia memberikan instruksi tentang lokasi yang harus Kaito kunjungi selanjutnya.

Meskipun kecewa karena tidak dapat bertemu langsung dengan Seijuro, Kaito menganggap surat itu sebagai petunjuk berharga dalam perjalanan pencariannya. Dia merasa semakin terdorong untuk melanjutkan misinya, melewati setiap rintangan yang ada.

Dengan semangat yang baru, Kaito kembali melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya yang diinstruksikan dalam surat. Dia menelusuri lereng gunung yang curam dan melintasi hutan yang lebat, melewati sungai-sungai yang ganas. Setiap langkahnya menegaskan tekadnya untuk menemukan kebenaran dan menguasai kekuatan Shinigami yang dimilikinya.

Setelah perjalanan yang panjang, Kaito akhirnya tiba di sebuah gua yang tersembunyi di tengah hutan. Guanya gelap dan penuh dengan aura mistis yang menggugah rasa ingin tahunya. Dengan hati yang berdebar, Kaito memasuki gua tersebut.

Di dalam gua yang gelap, dia menemukan sebuah altar yang terletak di tengah ruangan. Di atas altar itu terletak pedang yang memancarkan cahaya samar. Kaito merasakan kehadiran kekuatan yang kuat dan misterius dari pedang itu.

Dengan penuh kewaspadaan, Kaito menggenggam pedang tersebut dan merasakan getaran energi yang mengalir melalui tubuhnya. Rasanya seperti menghidupkan kembali kekuatan ayahnya yang telah lama terkubur. Dia merasa semangat dan keberanian tumbuh di dalam dirinya, memberinya kekuatan untuk melanjutkan perjalanannya.

Namun, tiba-tiba suasana di gua berubah menjadi suram. Bayangan-bayangan yang ganjil dan tak dikenal mulai muncul dari sudut-sudut gelap gua. Kaito menyadari bahwa dia tidak sendirian. Dia dikelilingi oleh makhluk-makhluk yang mungkin berhubungan dengan kekuatan yang dia warisi.

Dalam pertempuran yang sengit, Kaito menggunakan kekuatan Shinigami dan keterampilan berpedang yang telah dia pelajari untuk melawan makhluk-makhluk tersebut. Dia mengayunkan pedangnya

Ketika Kaito melawan makhluk-makhluk yang muncul di gua, sesuatu yang tak terduga terjadi. Saat dia mengayunkan pedangnya dengan segenap kekuatannya, kekuatan shinigami yang ada dalam dirinya meledak. Cahaya merah bercahaya menyelimuti pedangnya, memberinya kekuatan yang jauh melebihi yang pernah dia bayangkan.

Energi merah yang membara mengalir melalui pedang, memancarkan aura yang mengintimidasi dan mempesona. Kaito tercengang melihat transformasi ini, merasakan kekuatan yang mengalir melalui tubuhnya. Dia tidak pernah berpikir bahwa kekuatan shinigami dalam dirinya dapat memancarkan energi sehebat ini.

Namun, kekuatan yang tiba-tiba ini juga mengejutkan makhluk-makhluk tersebut. Mereka mundur dan menghindar dari pedang berenergi merah tersebut. Kaito melihat kesempatan itu dan dengan cepat berbalik, berusaha melarikan diri dari gua yang gelap.

Saat Kaito berlari melewati koridor gua yang sempit, dia merasakan getaran energi dalam tubuhnya semakin kuat. Cahaya merah yang memancar dari pedangnya memancarkan panas yang menghangatkan tubuhnya. Dia terus berlari dengan kecepatan yang tinggi, melewati setiap sudut gelap dan tikungan tajam.

Namun, makhluk-makhluk itu tidak akan begitu saja membiarkan Kaito pergi. Mereka mengejar dengan ganas, mencoba menghadang jalannya. Kaito harus menggunakan kekuatan dan keterampilannya yang baru ditemukan untuk melawan dan menghindari serangan mereka.

Pedang berenergi merah menjadi senjata andal Kaito dalam pertarungan ini. Setiap ayunan pedangnya memancarkan serangan energi yang menghancurkan dan melumpuhkan makhluk-makhluk itu. Kaito mengandalkan instingnya dan mengayunkan pedangnya dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa.

Akhirnya, dengan keberanian dan kekuatan yang tak terduga, Kaito berhasil meloloskan diri dari gua yang gelap itu. Dia keluar ke terangnya sinar matahari, nafasnya tersengal-sengal. Dia menatap pedangnya yang masih memancarkan energi merah, terkagum-kagum dengan kekuatan yang telah ditemukannya.

Dalam diam, Kaito berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan terus melatih diri dan menguasai kekuatan shinigami yang dimilikinya. Dia tahu bahwa kekuatan itu bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan atau disalahgunakan. Dia ingin menggunakan kekuatannya untuk melindungi orang-orang yang dicintainya dan menjaga perdamaian.

Dengan langkah bersemangat, Kaito melanjutkan perjalanannya. Dia tahu bahwa perjalanan mencari kebenaran tentang ayahnya dan kekuatan shinigami-nya masih panjang, tetapi dia tidak akan menyerah

Kaito melangkah melalui hutan dengan penuh semangat, mengikuti petunjuk dalam surat yang ditemukannya. Setiap langkahnya membawanya lebih dekat pada kebenaran yang selama ini ia cari. Namun, tanpa disadarinya, Kaito telah jatuh ke dalam perangkap yang dirancang dengan cerdik oleh para bandit.

Saat Kaito mencapai lapangan yang besar seperti yang diinstruksikan dalam surat, sekelompok bandit tiba-tiba muncul dari semak-semak. Mereka tersenyum sinis, menikmati keberhasilan penangkapan mereka. Kaito terkejut dan terperangah, menyadari bahwa surat yang ia terima hanyalah bohongan untuk menariknya ke dalam perangkap.

"Dengar, bocah! Kami telah lama menunggu kesempatan ini," kata pemimpin bandit sambil menunjuk pedang Kaito yang dipasang di pinggangnya. "Kau tidak tahu betapa berharganya pedang itu bagi kami. Kami mendambakannya untuk kekuatan dan kekayaan!"

Kaito merasakan rasa ketakutan namun juga kemarahan yang memuncak. Dia tahu bahwa jika pedangnya jatuh ke tangan para bandit, itu akan menjadi bencana besar. Dengan cepat, dia berusaha membebaskan diri dari ikatan yang mengikat tangannya. Namun, kekuatan shinigami dalam dirinya tidak dapat digunakan seiring dengan diikatnya tangannya.

Para bandit dengan cepat mengelilingi Kaito, mencekiknya dan menariknya menjauh dari lapangan. Mereka mengikatnya dengan kuat dan membawanya ke tempat persembunyian mereka. Kaito merasa putus asa, tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.

Tiba di tempat persembunyian, Kaito dijebloskan ke dalam sel yang gelap dan sempit. Dia merasa terjebak, tidak bisa bergerak atau melawan. Dia merenung dalam kegelapan, mencari cara untuk melarikan diri dari cengkeraman para bandit.

Berhari-hari berlalu, dan Kaito terus berusaha mencari celah untuk melarikan diri. Dia menggunakan waktu itu untuk mengamati kebiasaan para penjaga dan mencari kelemahan dalam pengamanan tempat persembunyian mereka. Kaito tahu bahwa kehidupannya bergantung pada kemampuannya untuk melepaskan diri dari penjara ini.

Akhirnya, suatu malam, saat para penjaga terpecah dan tidak waspada, Kaito melihat kesempatan yang dia tunggu-tunggu. Dengan ketelitian dan ketepatan, dia berhasil membebaskan diri dari ikatan yang mengikatnya. Tanpa ragu, dia meluncur keluar dari selnya dan berlari menuju kebebasan.

Namun, keberuntungan Kaito segera berubah menjadi ketidakberuntungan. Teriakan dan kehebohan menarik perhatian para bandit. Mereka berusaha mengejar Kaito dan