Chereads / Highschool of Genius (Versi Indonesia) / Chapter 12 - BAB 11: Pemakaian Point

Chapter 12 - BAB 11: Pemakaian Point

Beberapa menit berlalu sejak aku dan Fisa berjalan berkeliling pusat perbelanjaan.

Kami belum membeli apapun selain sandwich tadi, alasannya karena Fisa tidak ingin mengantri di kerumunan banyak orang.

Dengan keadaan yang seperti itu, kami tidak memiliki pilihan lain selain menunggu.

Kurasa ada banyak siswa kelas satu yang pastinya juga membeli berbagai peralatan.

"Fisa, mau istirahat sebentar?"

Karena kami sudah terlalu lama berdiri sambil menatap sekeliling, aku pun mengajak Fisa untuk beristirahat.

"Ya, padahal kita belum membeli apapun, tapi aku sudah merasa lelah."

"Kau duduk saja disana, aku akan membeli minuman untukmu! Kau mau minuman apa?"

Kemudian aku menyuruh Fisa untuk kembali duduk di pinggir bangku perbelanjaan dan menungguku disana.

"Samakan saja denganmu, tapi jangan lama-lama, ya!"

"Aku mengerti, tunggu sekitar 5 menit!"

Yah, kurasa aku akan kembali dalam waktu kurang dari 5 menit.

Aku melihat mesin minuman yang berada di ujung pusat perbelanjaan, jadi aku berjalan menuju kesana karena di dekatnya hanya ada sedikit orang.

Ternyata mesin minuman ini terlihat berbeda dari yang biasanya.

Biasanya mesin minuman akan memiliki lubang yang digunakan untuk memasukkan koin, tapi disini tidak ada sama sekali.

Lubang untuk memasukkan koin itu diganti dengan sebuah QR Code.

Bagi yang tidak tahu, QR Code dibuat oleh perusahaan Jepang Denso-Wave pada tahun 1994.

"QR" berasal dari "Quick Response", sebagai pencipta kode yang dimaksudkan agar isinya dapat diuraikan pada kecepatan tinggi.

Code adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan teks yang ditulis menggunakan protokol bahasa tertentu oleh pemrogram komputer.

Jadi, QR Code adalah sebuah kode matriks (atau dua-dimensi barcode) yang dapat digunakan untuk menyimpan banyak informasi.

Sekarang terjawab sudah kenapa tidak ada lubang untuk memasukkan koin di mesin minuman dan digantikan dengan QR Code.

Ponselnya berguna untuk melakukan scan pada QR Code dan setelah itu akan muncul tampilan minuman yang ingin dibeli pada layar ponsel, selesai memilihnya kita akan membayar menggunakan poin dan minuman yang dipilih akan keluar melalui lubang di bagian bawah.

Aku membuka ponsel ku dan melakukan scan pada bagian QR Code di mesin minuman, tak lama kemudian tampilan minuman muncul di layar ponsel.

Isinya memang lumayan banyak dan sesuai dengan apa yang ada di mesin minuman.

Mungkin aku akan memilih dua kopi espresso dengan harga 5,60 point.

Awalnya aku ingin membeli teh hijau, tapi sayangnya sudah habis terjual.

Kuharap Fisa tidak memiliki masalah dengan minuman yang berbahan kafein.

Aku menekan bagian kopi espresso di layar ponsel, kemudian aku disuruh untuk mengetik berapa banyak minuman yang ingin kubeli.

Dengan mengetik angka 2, aku pun langsung menekan tombol beli dengan harga 5,60 point.

Tak lama kemudian suara minuman jatuh terdengar, aku pun mengambilnya dari bagian bawah mesin minuman.

Yah, ini memang kopi espresso yang terlihat menyegarkan.

Aku sedikit penasaran, jadi aku masih membuka ponsel ku dan membuka bagian riwayat point.

Disini tertulis -5,60 point dengan keterangan 2 kopi espresso.

Aku sudah mengerti, jadi aku kembali memasukkan ponsel ku ke dalam kantong dan berniat untuk menemui Fisa.

Walaupun belum 5 menit, kurasa dia sudah cukup lama menunggu ku.

Aku tidak boleh berlama-lama lagi, dan juga aku tidak ingin membuat Fisa menunggu hingga merasa bosan.

Dengan sedikit mempercepat langkah kaki ku, akhirnya aku bisa menjangkau keberadaan Fisa.

Hmm...?

Siapa kedua lelaki itu?

Aku melihat Fisa seperti sedang berbicara dengan kedua lelaki itu.

Tidak, kurasa bukan seperti itu.

Aku dapat melihat ekspresi wajah Fisa yang terlihat tidak merasa nyaman dengan mereka.

Dia memang tersenyum, tapi senyumannya terkesan dipaksakan.

Aku yakin itu hanya pembicaraan sepihak, terlebih lagi itu terlihat seperti pemaksaan.

Yah, apa boleh buat.

Aku akan menolongnya, terlebih lagi akulah yang sudah membuatnya merasa seperti itu.

Andai saja aku menyuruh Fisa untuk ikut denganku, maka dia tidak akan mengalaminya.

"Apa yang kalian lakukan?"

Aku mendekati Fisa dan menegur kedua lelaki itu.

"Sa-satomi!"

Masih dengan senyuman yang dipaksakan, Fisa memanggil namaku.

"Cih, sudah punya pacar ternyata."

"Cabut, yuk!"

"Cih."

Salah satu lelaki ini mendecikkan lidahnya beberapa kali sebelum pergi meninggalkan aku dan Fisa, kemudian disusul oleh satunya lagi.

Kedua lelaki yang telah mengganggu Fisa kini sudah tidak ada.

"Terima kasih, Satomi! Kau menyelamatkan ku lagi!"

Sekarang aku dapat melihat senyuman manisnya Fisa yang tidak terkesan dipaksakan.

"Ya, tidak masalah. Mumpung sudah lumayan sepi, haruskah kita mulai berbelanja?"

"Tapi aku belum meminum apapun."

"..."

Ah, benar juga.

Aku melupakan kedua kopi espresso yang sudah kupegang.

Kemudian aku menyerahkan salah satunya pada Fisa dan dia pun menerimanya.

"Berapa point aku harus membayarnya? Bukankah ini terlihat mahal?"

"Tidak perlu, biar aku saja yang membayar minumannya."

"Kalau begitu, terima kasih!"

"Ya."

Kami pun meminum kopi itu secara bersamaan sebelum pergi berbelanja.

Setelah beberapa menit kemudian, kami sudah menghabiskan minumannya.

Untungnya disebelah bangku perbelanjaan ini terdapat sebuah bak sampah, jadi kami membuang sampahnya disana.

"Ayo pergi, Satomi!"

"Ya."

Fisa menarik tanganku dengan paksa dan aku pun hanya bisa mengikutinya.

"Fisa, kau ingin beli apa?"

"Mungkin peralatan makan disana."

Dia menunjuk jari tangannya ke tempat yang sepertinya menjual peralatan makan.

Keadaannya tidak seramai sebelumnya, jadi kami bisa bebas untuk berbelanja sekarang.

Sesampainya disana, kami disambut oleh sebuah diskon khusus untuk pasangan di tempat ini.

Kurasa tempat ini tidak hanya menjual peralatan makan.

"Khusus untuk pasangan, diskon 7,50 point?"

Fisa terlihat tertarik dengan diskon itu hingga membacanya.

"Kau ingin membelinya?"

"Ti-tidak, lagipula bagaimana cara menunjukkan pasangan agar dapat diskon?"

"Itu mudah kok, kalian hanya perlu bermesraan dihadapan kami."

Saat Fisa sedang bertanya padaku, seorang pelayan toko lah yang menjawab pertanyaannya.

"Bermesraan, ya?"

"Benar sekali, tinggal tunjukkan saja dan kami akan memberi kalian diskon khusus untuk pasangan!"

"Ti-tidak, a-aku akan sangat malu."

Sungguh, Fisa.

Kau terlihat mengelak, tapi disatu sisi yang lain kau ingin mendapatkan diskon itu.

Aku benar-benar tidak mengerti denganmu.

"Menunjukkan kemesraan itu seperti apa?

Aku bertanya pada pelayan toko.

Aku tidak pernah mengalaminya sebelumnya, jadi aku tidak tahu hal seperti apa yang disebut bermesraan itu.

"Itu tergantung dengan kalian, tapi jika kalian berciuman, maka kami akan memberikan diskon 100% pada kalian."

"Ci-ciuman?! I-itu tidak mungkin!"

Kurasa aku dan Fisa sudah agak lama berada disini tapi belum membeli apapun.

Andai saja aku mengerti dengan keadaan yang sekarang, sudah pasti kami akan lanjut berbelanja yang lain.

Yah, kupikir aku harus mendesak Fisa agar segera membeli sesuatu.

"Permisi, Fisa."

"Eh-eh?! Ada a-..."

Aku sedikit menarik kepala Fisa ke wajahku dan kemudian aku menempelkan bibirku pada bibir Fisa.

Aku melakukan ciuman seperti yang dimaksud oleh pelayan toko bukan?

Kurasa akan sangat bagus jika kami bisa mendapatkan peralatan gratis, jadi tanpa pikir panjang aku mencium Fisa.

"Emm?!!"

Aku terus mencium Fisa dan merasakan sensasi lembut dari bibirnya sendiri.

Bibir kami bersentuhan selama beberapa detik, sebelum Fisa mendorong kepalaku untuk menjauh.

"Ap-apa yang kau lakukan?!"

Dia terlihat terkejut, wajah dan telinganya juga memerah entah karena apa.

"Maaf, aku ingin peralatan gratis, jadi aku menciumnya tanpa pikir panjang."

"Ke-kenapa kau bisa melakukannya tanpa malu?"

Kemudian Fisa menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya.

"Hebat sekali, kalian adalah pasangan terbaik yang pernah kulihat! Kalian tanpa ragu berciuman di hadapan kami semua, untuk itu kami akan memberikan semua yang kalian pilih secara gratis!"

Pelayan toko tiba-tiba bersemangat dan dia mengatakan kalau kami bisa memilih semua yang kami inginkan secara gratis.

"Fisa, simpan rasa malu mu untuk nanti. Sekarang kita bisa memilihnya secara gratis."

"Ba-baiklah."

Aku melihat-lihat sekeliling dan mendapati sebuah bungkusan yang bertuliskan "Peralatan Makan Full Set" dengan harga 47,50 point.

"Aku ingin peralatan makan full set yang seharga 47,50 point, kau sendiri?"

"Ku-kurasa aku juga sama."

Dari semua peralatan yang tersedia, ketimbang memilih, lebih baik untuk membelinya secara full set, lagipula kami bisa mengambilnya secara gratis.

"Jadi kalian ingin peralatan makan full set? Baiklah, aku akan mengemasnya untuk kalian!"

Tanpa perlu waktu lama, pelayan toko langsung bergerak untuk mengemas pesanan kami.

"Apa ada lagi yang ingin kalian pilih? Tenang saja, semuanya masih gratis sebelum kalian pergi meninggalkan toko ini!"

Saat selesai, dia menyerahkan pesanannya pada kami dan bertanya tentang hal apa lagi yang ingin kami pilih.

"Umm ... apa ada perlengkapan untuk mandi?"

"Kami juga punya perlengkapan mandi full set seharga 30,00 point, tapi aku akan menggratiskannya untuk kalian!"

"Baiklah, kami juga ambil itu."

"Silahkan tunggu sebentar!"

Pelayan toko kembali bergerak untuk mengemas pesanan kedua kami.

"Fisa, jika kau membencinya, tinggalkan aku setelah ini!"

Sementara pelayan toko pergi, aku mengajak Fisa untuk berbicara.

"Kenapa kau melakukannya?"

"Tentu saja untuk mendapatkan peralatan gratis, kurasa menghemat point itu diperlukan."

"Walaupun sudah diberikan 1.000 point?"

"Ya, maaf."

"Ti-tidak. Bukan seperti itu, aku tidak membencinya."

"Begitu ya?"

Aku sedikit merasa lega karena Fisa tidak terlihat marah.

"Maaf membuat kalian menunggu! Apa ada lagi?"

Kini pelayan toko kembali dengan membawakan peralatan mandi full set yang sudah dikemas, dia lalu memberikannya pada kami.

"Tidak, ini sudah cukup. Terima kasih atas diskon 100% nya! Ayo pergi, Fisa!"

"Ba-baik!"

"Terima kasih juga atas pertunjukannya, tolong datang lagi nanti!"

Karena aku dan Fisa sudah mendapatkan peralatan makan dan mandi, kami pun pergi keluar dari toko itu.

"Sa-satomi, terima kasih untuk hari ini! Kau sudah mau menemaniku berbelanja, tapi sekarang aku harus membeli pakaianku sendiri."

"Emm ... ya, baiklah. Sampai jumpa besok, Fisa!"

"..."

Dia pergi begitu saja sambil membawa peralatan yang sudah dibeli tadi.

Mungkin Fisa ada benarnya juga, karena jenis kelamin kami berbeda, jadinya dia tidak bisa membawaku untuk membeli pakaian bersamanya.

Apa boleh buat, aku akan berbelanja sendiri mulai sekarang.

Pertama-tama, aku ingin membeli kebutuhan makanan.

Aku membeli susu reguler satu liter dengan harga 1,00 point.

Kemudian aku juga membeli air putih yang berisi 1,5 liter dengan harga 1,90 point, lalu sebuah roti segar putih 500 gram seharga 3,30 point.

Terakhir aku membeli keju cottage 1 kg dengan harga 6,80 point.

Sisanya aku membeli baju santai dan juga pakaian dalam pria, jika digabung semuanya menjadi 20,40 point.

Kurasa aku sudah membeli apa yang diperlukan, jadi aku akan pulang saja untuk sekarang.

Jika ada sesuatu yang kulupakan, maka aku akan membelinya besok.

Hari ini aku telah membeli banyak peralatan untuk kebutuhan sehari-hari seperti pakaian, alat makan, peralatan mandi, dan lain sebagainya.

Aku membuka ponsel ku dan mengecek bagian riwayat point, ternyata aku hanya menghabiskan 39,00 point untuk hari ini.

Semuanya menjadi lebih hemat berkat peralatan makan dan mandi yang diberikan secara gratis oleh pelayan toko tadi.