Chereads / Highschool of Genius (Versi Indonesia) / Chapter 5 - BAB 4: Kelas Rendahan

Chapter 5 - BAB 4: Kelas Rendahan

Begitu banyak tatapan mata yang mengarah padaku setelah aku masuk ke dalam kelas.

Sebenarnya aku tidak peduli, tapi tetap saja itu sedikit mengganggu.

Suasananya hening dan semuanya terdiam termasuk Pak Smith.

Aku melihat sekeliling kelas lalu menatap teman sekelas ku satu persatu.

Oh, aku melihat Fisa duduk di bagian tengah dekat jendela.

Kupikir dia tidak mengalami masalah apapun setelah memasuki kelas.

Itu bagus untukmu, Fisa.

Karena aku terlalu lama menatapnya, tatapan mata kami pun bertemu dan Fisa dengan cepat memalingkan mukanya.

Aku tidak mengerti kenapa dia melakukan itu, tapi aku juga tidak peduli.

"Satomi, apa kau sudah menyesali perbuatanmu?"

Pak Smith yang sedari tadi diam mulai membuka mulutnya dan bertanya padaku.

Aku pun ikut mengalihkan pandanganku dari Fisa ke Pak Smith.

Menyesali, ya?

Entahlah, dari awal aku tidak merasakan apapun.

Dia tidak akan marah jika aku berbohong bukan?

Selama tidak ketahuan, kurasa itu tidak masalah.

"Umm ... ya, aku menyesal."

Aku menggunakan nada bicara yang rendah agar dianggap menyesal oleh Pak Smith.

"Baguslah, duduk kembali di kursi mu!"

"Baik, Pak Smith!"

Untungnya dia berhasil ditipu dengan mudah dan aku pun kembali duduk di tempat awal.

Andai saja aku datang lebih awal, maka aku bisa duduk di belakang.

Tapi pagi tadi aku datang agak terlambat, jadi hanya tersisa kursi bagian depan.

Tentu saja ada beberapa siswa yang memilih untuk duduk di depan atas keinginannya sendiri.

Semua tergantung pada siswa itu sendiri.

Jika mereka ingin memahami materi dengan cepat dan jelas, maka duduk di depan adalah pilihan yang bagus.

Tapi jika mereka ingin melakukan sesuatu yang tidak bisa dilihat, maka sudah pasti mereka akan memilih kursi belakang.

Sedangkan untuk bagian tengah itu adalah bagian netral.

"Baik, bapak akan lanjutkan tentang peraturan sekolah."

Ketika aku selesai duduk di kursi ku sendiri, Pak Smith memulai kembali penjelasan.

Peraturan sekolah, kuharap aku bisa mendapatkan penjelasan yang bagus dari Pak Smith.

"Tadi sampai mana? Oh, iya. Tentang seragam sekolah, mungkin beberapa dari kalian sudah tahu secara singkat dan kali ini aku akan menjelaskannya lebih jauh. Yang pertama, kalian akan memakai seragam wajib setiap hari kecuali saat hari libur, oleh karena itu kalian akan diberikan tiga lembar seragam wajib. Kedua, kalian akan memakai seragam olahraga ketika ada jam pelajaran olahraga saja, untuk seragam olahraga hanya diberikan satu lembar, harap jaga baik-baik! Dan yang terakhir, seragam klub hanya ada saat kelas dua karena kalian hanya bisa bergabung dengan klub saat kelas dua nanti. Sekian, apa ada pertanyaan?"

"Pak Smith."

Aku mengangkat tanganku karena ingin bertanya sesuatu.

"Silahkan Satomi, tapi harap bertanya dengan baik."

"Baik, Pak Smith!"

Bertanya dengan baik?

Aku tidak tahu caranya, tapi salah satu yang bisa kulakukan adalah dengan berdiri dan menunjukkan sopan santun ku.

Perlahan aku mulai bangkit dari kursi ku dan berdiri dengan tegak menghadap Pak Smith.

"Pak Smith, kenapa aku hanya mendapat satu lembar seragam wajib?"

"Karena memang masih dibagikan satu, lagipula kalian tidak akan belajar satu Minggu ini."

Untungnya dia tidak marah atas pertanyaan ku.

Pak Smith tetap menjawab pertanyaan yang kuberikan walaupun tatapan matanya terlihat sangat tajam.

Kupikir saat ini aku masih bisa menanyakan beberapa pertanyaan asalkan masih mencakup dengan peraturan sekolah.

"Bisa jelaskan lebih rinci, Pak Smith?"

"Ya, tentu."

Ternyata memang benar, dia tidak marah.

"Minggu ini kalian bebas melakukan apapun untuk mengenal lingkungan sekolah ini. Tapi jangan senang dulu, kalian mungkin akan menghadapi beberapa hal menyulitkan Minggu depan."

Pak Smith mulai menjelaskan kegiatan apa saja yang akan kami lakukan selama satu Minggu ini.

Ternyata perkataan Rose tadi ada benarnya juga, siswa tahun ajaran baru masih belum menjalani kegiatan pembelajaran.

"Apa ada pertanyaan lain lagi, Satomi?"

"Umm ... kurasa sudah cukup. Terima kasih, Pak Smith!"

Tak lupa aku berterimakasih pada Pak Smith karena sudah menjawab pertanyaan yang kuberikan.

Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi dan membuat Pak Smith marah, karena akan sangat merepotkan jika aku dihukum berat olehnya.

Aku ingin bersantai dan menghindari beberapa kegiatan merepotkan, jadi aku tidak boleh dihukum melakukan apapun.

"Ya, kau boleh duduk, Satomi!"

"Baik."

Karena sudah dipersilahkan untuk duduk, aku pun melakukannya.

"Bagaimana dengan yang lain, apa ada pertanyaan?"

Pak Smith mulai bertanya lagi pada siswa yang lain apakah mereka memiliki pertanyaan.

"..."

Nampaknya suasana kelas menjadi sunyi karena Pak Smith menunggu para siswa kalau saja ada yang ingin bertanya.

"Sepertinya tidak ada, ya. Baik, terima kasih karena sudah mendengarkan! Lina, bisa bagikan lembaran kertas ini ke semua orang?"

"Baik!"

Lembaran kertas terlihat di atas meja guru, sepertinya Pak Smith ingin semua kertas itu dibagikan pada siswa dan dia meminta tolong pada Lina untuk membagikannya.

Lina yang dimintai tolong dengan cepat mengerti maksud Pak Smith dan dia pun mendekat ke meja guru untuk mengambil lembaran kertas itu dan membagikannya.

"Permisi, Pak Smith!"

"Yuboh, kau sangat sopan," gumam ku.

"Ya ... sebelum aku pergi, tolong dengarkan ini!"

"..."

Pak Smith mulai bicara lagi.

"Kertas yang dibagikan oleh Lina, harap agar kalian bisa memasangnya di kamar asrama kalian masing-masing, nantinya akan di cek oleh seseorang."

Seseorang yang Pak Smith maksud, sudah pasti itu adalah orang yang membangunkan ku pagi tadi.

Yah, kurasa tidak ada masalah jika itu hanya selembar kertas.

"Maaf, Pak Smith. Apa yang terjadi jika ada yang tidak memasangnya?"

Lina bertanya walaupun tidak dipersilahkan lebih dulu oleh Pak Smith.

Kurasa itu pertanyaan penting, jadi tidak masalah.

"Yang pasti aku akan menghukumnya, hukuman yang sangat berat. Aku tidak bercanda, kuharap kalian bisa melakukannya dengan baik."

"Siap, Pak Smith!"

Ah, itu dia.

Hukuman berat, jadi aku harus memasang selembar kertas itu di kamar ku.

Padahal awalnya aku berniat untuk mengabaikannya saja karena kertas itu tidak terlihat penting, tapi ternyata aku bisa dihukum berat jika tidak memasangnya.

Apa boleh buat.

"Kalau begitu, aku pergi dulu! Kalian bebas berkeliaran di lingkungan sekolah ini asalkan jangan kembali ke kamar asrama kalian sebelum pukul tiga sore! Jika ada yang melakukannya, maka aku akan menghukum orang itu."

"Baik, Pak Smith!"

Kali ini kebanyakan teman sekelas ku mulai merespon perkataan Pak Smith.

Kupikir mereka mulai bersemangat karena Pak Smith yang dianggap mengerikan oleh mereka akan segera pergi.

Mungkin mereka juga bersemangat karena waktu bebas yang diberikan untuk mengenal lingkungan sekolah ini.

"Oh, iya. Satu lagi, kuharap kalian tidak melakukan hal yang tidak perlu. Dan juga, tolong jangan membuat keributan apapun!"

Sebelum pergi keluar kelas, Pak Smith memperingatkan kami agar tidak melakukan hal yang tidak diperlukan.

Awalnya aku tidak mengerti maksudnya.

"Baik!"

"Dasar kelas E rendahan!"

Sesaat pendengaran ku berfungsi dengan sangat baik.

Aku dapat mendengar kalau Pak Smith menghina kelas E sebagai kelas rendahan.

Hingga akhirnya Pak Smith benar-benar pergi keluar kelas dan itu menciptakan keheningan sesaat sebelum menjadi suasana kelas yang ramai.

Aku mengerti sekarang.

Kelas E, kelas rendahan.

Kemungkinan kelas E adalah kelas yang sulit diatur.

Padahal Pak Smith sendiri adalah wali kelas dari kelas 1-E, tapi dia terlihat tidak senang saat membimbing siswanya sendiri.

Sedikit yang kudengar dari Rose, dia terkejut karena aku bisa mengetahui tentang aturan khusus padahal aku hanya kelas E.

Rose tidak akan terkejut jika aku ada di kelas A ataupun kelas B.

Itu semua menjadi jelas kalau kelas E adalah kelas yang benar-benar dipandang rendah oleh kebanyakan orang.

Yah, sebenarnya aku tidak peduli asalkan aku masih bisa bersantai.

Jika saja kelas E yang dipandang rendah bisa menjawab pertanyaanku, mungkin aku akan sedikit serius.