Chereads / Highschool of Genius (Versi Indonesia) / Chapter 4 - BAB 3: Keberadaan

Chapter 4 - BAB 3: Keberadaan

"Permisi, senior! Kami ingin menanyakan sesuatu."

"Tanyakan saja."

Pada akhirnya aku dan Fisa memutuskan untuk bertanya pada yang orang lain tentang keberadaan kelas 1-E.

Fisa menyapa seorang gadis yang terlihat sedang melakukan pemanasan dan menanyakan hal itu padanya.

Kurasa dia tipe gadis yang tidak terlalu suka diganggu, itu dapat dilihat dari ekspresi wajahnya yang seolah-olah menyuruh kami agar bisa segera pergi.

Dengan pakaian olahraganya, gadis ini melakukan pemanasan berupa peregangan otot bagian lengan.

"Jadi senior, dimana kelas 1-E berada? Kami sedang tersesat sekarang."

"Eh, kalian kelas 1? Kurasa ini bukan waktunya kalian untuk pergi berkeliaran."

"Apa maksud mu, senior?"

"Kalian baru sekolah hari ini bukan?"

"Ya, kami baru masuk hari ini."

"Biasanya saat pagi hari seperti ini, guru wali kelas kalian akan masuk dan menjelaskan tentang beberapa peraturan sekolah."

Jadi begitu, kejadiannya sama persis dengan kakak kelas tahun terdahulu.

Sedari tadi aku hanya menyimak pembicaraan antara Fisa dengan gadis ini.

Mungkin kali ini aku akan sedikit berbicara.

Aku memang tidak terbiasa saat berbicara banyak hal dengan orang lain, jadi aku akan langsung ke intinya saja.

"Umm ... senior, maaf jika aku menyela. Kalau boleh tahu, apakah ada peraturan khusus yang harus dijalani?"

"Satomi, tolong jangan buat kepalaku penuh dengan pertanyaan!"

"..."

Ah, benar juga.

Aku yakin kalau Fisa sangat penasaran tentang apa yang sedang dibicarakan dan dia ingin memahaminya dengan jelas.

"Aturan khusus, darimana kau tahu itu?"

Gadis ini tidak lagi melakukan peregangan dan mulai berbicara menghadap ke arahku.

"Jadi itu memang ada?"

"Yah, mungkin beberapa siswa baru juga menyadarinya seperti siswa kelas A atau B. Tapi kau hanyalah siswa kelas E, bagaimana kau bisa tahu?"

Topik percakapan ini ternyata jauh lebih serius dari yang aku duga.

Dia terlihat terkejut saat aku bertanya tentang aturan khusus, sepertinya aturan khusus itu akan menjadi hal yang merepotkan bagiku.

"Aku tidak mengerti, senior. Bisa jelaskan lebih detail?"

"Sayangnya, itu mustahil. Dan juga, bukankah kalian ingin aku memberitahu jalan ke kelas 1-E?"

"Eh, ya."

Ternyata aturan khusus memang merepotkan, itulah yang kupikirkan.

Dia tidak bersedia untuk menjelaskan tentang hal itu, entah apa alasannya.

"Kalian bicara apa sih dari tadi?! Aku hanya bisa terdiam menyimak percakapan kalian."

Fisa yang sedari tadi diam mendengar pembicaraan kami, kini dia mengeluh karena semakin tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya dibicarakan oleh ku dan si gadis senior ini.

"Jangan telalu bodoh, tujuan kalian berada disini adalah untuk menjadi orang genius ... jadi kalian harus bisa berpikir dan memahami suatu hal dengan cepat."

"Baik, senior!"

"..."

Dengan ekspresi tidak puas di wajahnya, Fisa mengiyakan perkataan gadis senior ini, sedangkan aku sendiri hanya diam sambil menatap mereka berdua.

"Oh, iya. Aku lupa memperkenalkan diriku. Annete Rose, panggil aku Rose! Aku ada di kelas 2-B, kalau kalian?"

Entah apa tujuannya, gadis senior ini mendadak memperkenalkan dirinya.

Namanya Annete Rose, panggilannya Rose, dan dia berada di kelas 2-B.

Awalnya Rose tidak tertarik pada ku dan Fisa hingga ekspresi wajahnya menyuruh kami untuk segera pergi, tapi setelah berbicara beberapa hal, dia mulai tertarik pada kami.

Kupikir Rose adalah tipe gadis yang serius, dan dia mengikat rambut hitamnya dengan gaya ekor kembar.

Saat sedang serius, tatapan matanya akan semakin menguat dan itu membuat lawan bicaranya semakin merasa tertekan.

Dia juga orang yang sulit dimengerti.

Tidak, kurasa bukan seperti itu.

Aku hanya tidak biasa berhubungan dengan orang lain, terlebih lagi dia adalah seorang gadis, jadi aku agak kesulitan untuk menghadapinya.

"Eh, umm ... namaku Fisa Campbell, panggilan ku Fisa! Kami berdua sama-sama berada di kelas 1-E."

"Satomi Adney, Satomi atau Adney, terserahlah."

Lalu tanpa pikir panjang aku dan Fisa juga ikut memperkenalkan diri.

"Salam kenal ... Fisa, Satomi!"

"Ya, salam kenal juga, senior Rose!"

"..."

"Panggil Rose saja!"

"Ya, Rose!"

"Bagus, biarkan aku mengantar kalian ke kelas 1-E sekarang."

"Benarkah? Terima kasih, Rose!"

"Ya, sama-sama!"

Mereka berdua terlihat bersemangat dan sepertinya mereka hampir mengabaikanku sepenuhnya.

"Rose, apa kami tidak merepotkan mu?"

Agar tidak diabaikan sepenuhnya, aku pun ikut bertanya pada Rose.

Bukannya aku kesal karena diabaikan, hanya saja aku ingin keberadaan ku tidak hilang sepenuhnya.

Bagiku itu mengerikan jika aku benar-benar diabaikan dan diperlakukan seperti orang hilang, seolah-olah hanya dianggap seperti udara.

Udara.

Kebanyakan orang tahu tentang udara, tapi mereka selalu mengabaikannya karena tidak bisa dilihat oleh mata mereka sendiri.

Jujur saja, aku takut jika keberadaanku tidak dianggap oleh kebanyakan orang.

Alasannya?

Aku pun tidak tahu, tapi aku benar-benar takut.

"Tenang saja! Awal tahun ajaran baru tidak akan ada pelajaran."

Untungnya Rose tidak mengabaikan diriku, dia juga menjawab pertanyaanku.

Syukurlah, pikirku.

"Begitu ya?"

"Ya, jangan sungkan untuk meminta bantuan padaku!"

"Kalau begitu ... tolong ya, Rose!"

"Serahkan padaku! Ayo kita jalan sekarang!"

"..."

Aku dan Fisa lalu berjalan di belakang Rose.

Rose adalah orang yang akan memimpin jalan dan mengantarkan kami ke kelas 1-E, sedangkan aku dan Fisa mengikutinya dari belakang.

"Hei, Satomi."

Fisa memanggil ku dengan tatapan penuh penasaran.

"Ada apa?"

"Seperti apa Pak Smith itu?"

Oh, aku baru ingat kalau dia ingin aku menjelaskan tentang Pak Smith saat perjalanan menuju kelas nanti.

Aku benar-benar melupakannya dan baru saja diingatkan kembali oleh Fisa.

"Umm ... dia memiliki tinggi badan seperti atlet, tatapannya tajam dan membuat takut seisi kelas. Kurasa itu saja, sisanya aku masih tidak tahu."

"Oh, lalu kenapa kau bisa dihukum olehnya?"

"Mungkin karena dua hal ... yang pertama, aku memperkenalkan diri secara singkat dan membuatnya marah ... lalu yang kedua, aku terlihat seperti sedang tidur di kelas, jadi dia pun marah untuk kedua kalinya dan menyuruh ku keluar kelas."

"Satu kesalahan dimaafkan, tapi tidak dengan yang kedua."

Rose yang mendengar pembicaraan ku dan Fisa mendadak menyela.

Sebelumnya dia hanya berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang sekalipun, kali ini Rose menoleh ke belakang dan mulai memperlambat langkahnya agar kami bisa berjalan secara bersamaan.

"Satomi, apa kau baik-baik saja?"

"Benar Satomi, apa tidak ada masalah?"

"Apanya?"

Aku tidak mengerti maksud pertanyaan yang diberikan oleh Fisa dan Rose.

Jika ditanya apakah aku baik-baik saja, maka jawabannya aku tidak tahu karena aku sendiri tidak mengerti maksudnya.

"Reputasi mu sudah sangat buruk di hari pertama."

"Bukankah kau tidak akan mendapatkan teman jika seperti itu?"

Aku tidak menatap mereka.

Aku hanya menatap ke depan lalu menganggapi perkataan mereka.

"Entahlah."

Tentu saja secara singkat.

Aku tidak tahu harus bicara apa, jadi aku menanggapinya seperti itu.

"Satomi, kau orang yang aneh."

"Tapi kau hebat juga."

Entah itu sebuah pujian atau tidak, aku tidak mengerti perkataan mereka.

"Lalu Fisa juga, apa kau baik-baik saja?"

"Eh, apa?"

Kali ini Rose yang bertanya pada Fisa.

"Kudengar Pak Smith itu sangat menakutkan, bahkan dalam sehari dia bisa membuat beberapa siswa di- ... eh, lupakan saja!"

Belum sampai pada ujung penjelasan, Rose tiba-tiba menghentikan perkataannya.

Dia menutup mulutnya dan tidak berbicara lagi dalam beberapa detik.

"Aku tidak mengerti, Rose. Jelaskan dengan benar!"

Tentu saja hal ini membuat Fisa penasaran.

Aku dapat mengerti dengan apa yang dialami oleh Fisa sekarang.

Dia merasa bingung dan takut setelah mendengar perkataan ku dan juga Rose tentang Pak Smith.

"Fisa, Satomi ... sebenarnya aku masih belum mempercayai kalian, jadi aku tidak bisa menjelaskannya."

"Eh, kenapa?"

"Diujung sana adalah kelas 1-E. Kalau begitu aku pergi dulu!"

Selesai menunjukkan dimana kelas 1-E berada, Rose langsung pergi meninggalkan aku dan Fisa.

"Anu, terima ka-"

Fisa ingin mengucapkan terima kasih pada Rose, tapi dia sudah pergi menjauh.

"Sebenarnya apa maksud perkataannya tadi?"

Dia bertanya padaku.

"Entahlah."

"Ah, terserahlah! Aku ingin masuk ke dalam kelas sekarang! Dah, Satomi!"

Fisa merasa kesal karena tidak mendapatkan penjelasan tentang apapun hingga akhirnya dia juga pergi meninggalkanku dan pergi ke kelasnya.

"Huhhh ..."

Aku menghela nafas dan membuangnya.

Sudah kuduga, Rose memang sedang berusaha untuk menyembunyikan beberapa sesuatu.

Kupikir dia melakukannya karena memiliki alasan tersendiri.

Rose tidak bisa melakukannya dengan mudah karena dia tidak mempercayai ku dan Fisa.

Yah, sebenarnya aku tidak peduli dengan semua ini.

Percuma saja jika terus memikirkannya, karena hal ini tidak akan menjawab pertanyaanku.

Untuk saat ini aku hanya memperdulikan satu hal, yaitu tentang keberadaanku.

Aku ingin orang-orang mengenal ku bagaimanapun caranya.

Tidak peduli jika dikenal baik ataupun buruk, yang terpenting adalah mereka mengetahui tentang diriku.

Mungkin sekarang aku juga akan kembali masuk ke dalam kelas.

Kuharap aku bisa dipersilahkan masuk oleh Pak Smith.