Entah apa yang harus kulakukan sekarang.
Aku dihukum oleh Pak Smith di hari pertama ku bersekolah, alasannya karena aku tidak menunjukkan sopan santun ku dihadapannya.
Saat Pak Smith hendak menjelaskan sesuatu, aku malah menaruh kepala ku di atas meja seolah-olah aku ingin tidur padahal aku hanya merasa bosan dan tidak berniat untuk tidur.
Melihat diriku yang seperti itu, Pak Smith langsung menyuruh ku untuk keluar kelas dengan tatapannya yang sangat tajam hingga menusuk mata ku sendiri.
Sebenarnya aku bisa menolaknya dan tetap berada di kelas, tapi aku tidak ingin membuat Pak Smith jauh lebih marah lagi.
Bukan hanya itu, aku yakin kalau teman sekelas ku akan semakin ketakutan jika melihat Pak Smith yang sedang marah besar.
Yah, tidak ada gunanya membahas kejadian sebelumnya.
Sekarang aku hanya bingung harus berbuat apa.
Haruskah aku menunggu di luar kelas?
Ataukah aku bisa berkeliling menyusuri area sekolah dengan bebas?
Ternyata sekolah ini terlalu merepotkan, aku jadi sempat terpikir untuk kembali ke tempat ayahku.
Tidak, seharusnya aku tidak boleh berpikiran seperti itu.
Ayahku sudah bersusah payah mendaftarkanku agar bisa masuk ke sekolah yang merupakan kumpulan dari banyaknya orang genius.
Awalnya aku ragu kalau aku bisa melakukan tes masuk dengan menahan diriku, tapi ternyata aku bisa melakukannya.
Aku lulus dan berhasil diterima di sekolah ini dengan nilai rata-rata, lalu aku pun ditempatkan di kelas E, kelas yang merupakan kumpulan dari siswa yang memiliki nilai rata-rata sama seperti diriku.
Aku harus bisa menjalaninya dan hidup disini sambil menahan diri hingga lulus nanti.
Entah hal apa saja yang akan menanti saat aku lulus nanti, tapi yang pasti aku akan dipuji oleh ayahku karena sudah berhasil lulus dari sekolah ini
Aku akan menyimpan perasaan senang itu untuk nanti, karena sekarang aku harus menghadapi apa yang telah kulakukan disini.
Mungkin aku akan berjalan menyusuri area sekolah saja agar tidak merasa bosan.
"Merepotkan," gumam ku.
Aku berjalan santai sambil menikmati ketenangan, itu juga merupakan salah satu caraku untuk menghabiskan waktu.
Lingkungan sekolah ini tidak buruk juga.
Masih banyak tumbuhan hijau disini walaupun kebanyakan sudah diisi oleh teknologi modern seperti layar kaca yang dipajang di berbagai area termasuk pinggiran jalan.
Banyak siswa dan guru yang berkeliaran di lingkungan sekolah ini sambil melihat tampilan layar kaca yang menampilkan berita seperti perkiraan cuaca.
Layar kaca tidak memiliki suara dan hanya menampilkan gambar saja, jadi kurasa menampilkan berita seperti perkiraan cuaca merupakan pilihan yang bagus.
Entah sudah berapa lama aku berjalan, tanpa terasa lingkungan sekolah sudah terlihat asing.
Mungkin aku tersesat, tapi aku tidak peduli karena aku masih bisa bertanya kepada seseorang yang menjadi warga sekolah di sekitar sini, baik itu kakak kelas maupun guru itu sendiri.
Aku jadi penasaran seberapa luas sekolah ini, termasuk ukuran pastinya.
Kupikir aku akan menemui ujung sekolah yang dihalangi oleh tembok dan para siswa nakal akan membolos keluar melewati tembok itu.
Tapi ternyata aku salah, sekolah ini lebih luas dari perkiraan ku.
"BRUK!"
Tanpa diduga seseorang menabrak ku saat sedang berjalan santai, tentu saja ini diluar dugaan.
Perlahan aku membalikkan badan dan melihat seorang gadis berambut perak yang sepertinya terus berjalan dengan rasa panik hingga tanpa sadar menabrak diriku.
"Kau tidak apa-apa?"
"Anu, maafkan aku! Aku tidak sengaja! Ini salahku!"
Sesaat setelah meminta maaf, gadis ini mengatakan sesuatu dengan ekspresi yang tidak bisa kutebak.
"Ya, tidak masalah."
"Senior, bisa antarkan aku ke kelas 1-E? Aku sudah sangat terlambat ... aku pasti dihukum. Ya, pasti! Tolong aku, senior!"
Padahal aku ingin segera meninggalkannya, tapi dia malah meminta tolong padaku.
Aku sedikit tidak menyangka kalau gadis ini berada di kelas yang sama denganku.
Terlebih lagi aku merasa aneh karena dipanggil sebagai senior oleh gadis ini, kurasa dia salah mengira kalau aku adalah kakak kelasnya.
"Maaf, aku bukan senior mu. Sepertinya kita berada di kelas yang sama, barusan aku dihukum oleh Pak Smith dan aku pun berada di sini."
"Eh?! Kau juga di kelas 1-E? Kenapa kau dihukum? Lalu siapa Pak Smith? Apa kau baik-baik saja?"
"Bisakah kau bertanya satu persatu? Sungguh, kau menanyaiku seperti detektif yang haus informasi."
"Ah, maafkan aku!"
"Tidak masalah."
"Kalau begitu, siapa namamu? Kurasa akan lebih baik jika kita saling kenal lebih dulu."
"Umm ... bukankah kau ingin kembali ke kelas? Tidak ada gunanya jika kau terus bersamaku."
Aku memperingatkan gadis ini agar dia segera kembali ke kelasnya dan tidak terlalu lama bersama denganku.
"Aku masih tidak tahu siapa itu Pak Smith, tapi aku yakin kalau aku juga akan dihukum olehnya sama sepertimu. Aku sudah sangat terlambat, kau tahu?"
"Oh, apa tidak ada seseorang yang membangunkan mu?"
"Ya, memang ada, tapi aku terus mengabaikannya ... lalu aku dihukum olehnya karena tak kunjung bangun."
"Begitu ya?"
Aku jadi mengerti tentang orang yang bertugas membangunkan siswa setiap pagi, dia menjalankan tugasnya seperti alarm dan menghukum setiap siswa yang tidak bisa bangun.
Untung saja aku bisa memaksa tubuhku untuk bangun pagi tadi, jika tidak maka aku pasti akan mendapatkan hukuman seperti gadis ini.
"Lalu kembali ke awal, siapa namamu? Aku ingin berkenalan denganmu!"
"Jika ingin membicarakan banyak hal, bukankah lebih baik jika kita berbicara di tepat yang lebih santai?"
"Ya, kau memang benar, sih. Tapi dimana?"
Aku melihat sekeliling dan menemukan tempat yang sepertinya adalah sebuah taman.
"Bagaimana dengan taman yang ada di sana?"
Jari tanganku menunjuk ke arah taman yang kumaksud, lalu tatapan gadis ini mengikuti arah jari tanganku.
"Ya, baiklah."
Setelah dia menyetujuinya, kami berdua pun pergi menuju taman itu.
Jarak antara aku dan gadis ini menuju taman hanya sekitar 50 meter, jadi hanya perlu waktu beberapa menit untuk sampai disana.
"Disini, kan?"
"Ya."
Sesampainya disana, mataku langsung terpaku dengan keindahan taman ini.
Hamparan bunga yang indah dan pepohonan hijau mengisi seisi taman, melihatnya saja sudah membuat diriku merasa sangat tenang.
"Aku jadi ingin berbaring, bukankah ini sangat indah?"
Tanpa pikir panjang aku langsung berbaring di rerumputan yang hijau ini, rasanya sangat nyaman dan lembut seperti berada di lapangan golf.
Lalu kemudian gadis ini ikut berada di sebelahku, dia tidak ikut berbaring dan hanya duduk sambil menatap wajahku.
"Anu, jadi siapa namamu ... senior?"
"Sudah kubilang aku ini bukan seniormu, lagipula kita ini sekelas."
"Maaf, aku lupa!"
"..."
Aku mengabaikannya karena terlalu menikmati ketenangan yang ada di taman ini.
Udaranya sangat sejuk, dan tentu saja aku jadi ingin tidur disini.
"Curang sekali, apa kau marah karena aku sudah salah memanggilmu senior?"
"Aku tidak peduli dengan itu, rambut perak. Aku hanya terlalu santai karena keindahan taman ini."
"Kenapa kau memanggilku rambut perak?!"
Gadis ini mendadak marah.
Yah, wajar saja.
Aku memanggilnya dengan sebutan warna rambutnya dan kupikir dia tidak menyukai itu.
"Maaf, kau ingin berkenalan kan? Namaku Satomi Adney, harap panggil Satomi saja! Aku ada di kelas 1-E sama sepertimu dan mungkin ... ya, itu saja."
"Hah?! Perkenalanmu sangat membosankan. Terserahlah, namaku Fisa Campbell, panggil aku Fisa! Jika kau bertanya hobiku, aku sangat senang bermain basket dan aku akan menjadi atlet basket suatu saat nanti. Sebagai teman sekelas ... salam kenal, Satomi!"
"Ya, salam kenal juga, Fisa! Mohon kerjasamanya untuk beberapa waktu kedepan!"
"Mohon kerjasamanya juga!"
Jadi namanya adalah Fisa Campbell, seorang gadis yang menjadi teman sekelas ku untuk beberapa waktu kedepan.
Dia lumayan tinggi dan cocok untuk menjadi atlet basket sesuai keinginannya, kupikir Fisa memiliki daya tarik yang tidak kalah dari Lina, kurasa aku yakin kalau dia juga akan menjadi populer di kelas nanti.
"..."
Suasana hening terjadi dalam beberapa menit karena kami berdua sama-sama sedang menikmati keindahan taman.
Pemandangan yang disajikan oleh taman ini memang sangat indah, jadi wajar jika kami ingin terus memandangnya.
"Satomi."
Fisa memanggilku, sepertinya dia juga puas dengan apa yang sudah dilihatnya.
"Ada apa, Fisa?"
"Aku ingin kembali ke kelas. Kau juga, Satomi! Kita tidak boleh berlama-lama disini."
"Memangnya kau tahu dimana kelasnya berada? Bukankah kau tersesat dan menabrak ku tadi?"
"Karena itulah, aku menyuruhmu untuk kembali!"
Sudah kuduga, Fisa ingin aku mengantarnya ke kelas 1-E.
"Yah, padahal aku juga tersesat."
"Hah?! Apa maksudmu?"
"Begitulah, aku disuruh keluar kelas oleh Pak Smith dan aku pun berjalan menyusuri area sekolah tanpa tahu arah. Yah, aku tidak menyangka kalau sekolah ini ternyata lebih luas dari yang aku kira. Jadi aku tersesat."
"Apa boleh buat, kita harus bertanya pada orang di sekitar sini. Ayo pergi, Satomi!"
"Biarkan aku berbaring lebih lama lagi!"
"Itu bisa dilakukan nanti, sekarang tolong ceritakan tentang Pak Smith saat kita berjalan menuju kelas!"
"Uhh ..."
Aku terkejut.
Tentu saja aku terkejut.
Bagaimana tidak, Fisa dengan santainya menduduki kaki ku kemudian menarik paksa kedua tangan ku.
Aku pun tidak memiliki pilihan lagi selain berdiri.
Karena jika kejadian ini terus berlangsung, maka ada kemungkinan orang yang melihat kami berdua akan salah paham begitu saja.
Aku tidak ingin itu terjadi, jadi aku hanya bisa menuruti perkataannya.
"Ayo pergi!"
"Baik, baik."
Dengan kondisi tangan ku yang masih dipegang oleh Fisa, kami berdua pun pergi meninggalkan taman yang terlihat indah ini.
Fisa Campbell, ini pertama kalinya aku terlibat aktif dalam percakapan dengan seseorang, terlebih lagi dia adalah seorang gadis.
Aku dapat merasakan beberapa hal darinya, salah satunya adalah rasa penasarannya yang tinggi akan sesuatu yang tidak dia mengerti.