Saat ini, Estia berumur 12 tahun dan mulai menjalani kehidupan SMPnya.
Dia di terima di sebuah Akademi Tingkat Tinggi karena nilai SDnya dulu membuat takjub mantan kepala sekolahnya, dan orang itu pun merekomendasikannya di sekolah ini.
Nilai Ujian Estia juga berada di peringkat pertama, membuat anak2 lain penasaran dengan latar belakangnya.
Itu yang dia katakan kepada ibunya.
Tapi sebenarnya, Estia menurunkan perhatian orang lain, dia bisa berada di peringkat satu tapi dia sengaja tidak melakukannya dan berada di peringkat 28, karena memang dia tidak suka menjadi pusat perhatian.
Terlebih lagi setelah dia mengetahui Akademi Asper adalah Akademi Gabungan.
Ada beberapa murid normal, tapi banyak juga anak-anak yang memiliki kekuatan super seperti dirinya.
Dan akademi ini hanyalah sementara bagi mereka, saat SMA nanti barulah mereka di pindahkan ke sebuah Akademi Khusus "Awakener".
Berada di depan gerbang sekolah itu saja sudah membuat Estia merasakan "hawa" dari Para Awakener.
Karena statusnya yang murid biasa, dia tidak menunjukan respon apapun dengan Monster yang bersembunyi di balik bayangan dan tetap berjalan langsung tanpa peduli dengan mereka.
Karena Estia sudah biasa melihat mereka dari dunia cerminnya.
Dia lalu masuk ke ruang kelasnya yang berada di lantai atas, Kelas 1-B.
Saat melewati pintu kelas, dia menyadari ada lebih dari 14 awakener muda di kelas itu, 15 jika termasuk dirinya jika saja dia tidak tau cara untuk menyembunyikan hawa kekuatannya.
Dia lalu berjalan ke sebuah bangku paling belakang, bangku yang bersebelahan dengan satu bangku dekat jendela.
Sambil berjalan dia pun melihat kesekitarnya dengan cermin bulat yang tergantung di resletin tasnya, ada salah satu dari mereka yang kekuatannya hampir mendekatinya.
Estia lalu duduk di bangku itu dan menoleh ke arah anak laki berambut merah yang sedang fokus berbincang dengan teman2nya yang lain.
(Hmmm... Seperti itu ya)
Ujarnya dalam batin setelah melihat percikan hawa merah yang sesekali keluar dari tubuh orang tersebut.
(Ternyata kelemahanku ada di sini, aku harus waspada darinya)
Gumam Estia langsung sambil membuka buku baru yang di ambil dari tasnya.
*Kriiing!!
Tak lama Alarm sekolah berbunyi dan seorang guru pun mendatangi kelas mereka.
"Perkenalkan nama saya, Viola Re...."
Estia melihat guru tersebut dan menyadari bahwa orang itu juga seorang Awakener.
Walaupun pakaiannya biasa dan hawa kekuatannya juga tertutupi, tapi dengan matanya Estia, tidak ada yang tidak bisa dia lihat.
Karena Matanya seperti Cermin yang bisa melihat pantulan kehidupan seseorang, dan apa saja yang dia sembunyikan.
Seperti guru ini, yang sudah membantai sekitar 30 monster kelas menengah seperti monster yang sama dengan yang sering dia bantai dulu.
"Ada pertanyaan?"
Suaranya pun membuat Estia tersadar, tapi wajahnya tetap datar tanpa menunjukan Eskpresi.
Semua murid di kelas pun menggelengkan kepala mereka.
Guru yang berstatus sebagai Wali Kelasnya itu pun mulai memerintahkan Murid2nya untuk memperkenalkan diri satu persatu sesuai baris kursi.
Dari kursi depan ada anak berambut hitam yang juga termasuk sebagai awakener...
"Perkenalkan semua nama saya Dion, saya berasal dari SD Fatima, saya suka main basket dan juga balap—, Ehem! mohon bantuannya untuk 3 tahun ke depan ya semua~"
Sapanya dengan tawa canggung, anak2 lain pun mulai bergiliran hingga tiba gilirannya Estia, dia lalu berdiri...
".. Nama saya Estia, panggil Tia juga boleh... saya dari Urtuma TC... Itu saja terima kasih"
Ujarnya dengan suara datar, pelan dan tatapan dingin.
Dia lalu membungkuk dan duduk kembali ke bangkunya.
Wajah guru itu pun menjadi canggung, dia lalu mengalihkan pandangannya.
"Baiklah, Kamu di ujung yang terakhir boleh berdiri"
Anak itu lalu memperkenalkan dirinya.
***
Waktu pun berlanjut hingga jam istirahat.
Saat Estia ingin berdiri dari bangkunya dan pergo ke kantin, seorang siswi menghampirinya.
Anak itu berambut pink dan berbicara di hadapannya dengan ceria.
"Kamu, boleh kenalaaan?~ Kamu dari Urtuma TC kan? Tapi aneh sekali itu kan sekolah khusus—"
Belum juga berkenalan, anak itu sudah menghina kehidupannya, tanpa berlama Estia berdiri dengan sigap lalu menatap gadis dingin mata gadis itu.
"..."
Sontak anak itu pun tersentak kebelakang karena takut dengan tatapannya Estia.
Dia tetap berdiam bahkan setelah Estia meninggalkannya.