Chereads / The Enigmatic Riddles of Sinhera / Chapter 5 - Chapter 004

Chapter 5 - Chapter 004

[ Chapter 4 - Siksaan Bagi Seekor Semut ]

***

Tanah Suci Agraa, tanah surgawi di atas awan, peradaban yang maha maju. Terpancar cahaya gemilang. Di sana Tuan Putri Cellestra bersemayam, pemimpin termuda nan cantik, dipilih langsung oleh para Tetua Keturunan Suci untuk memimpin tanah tersebut dengan mulia dan jujur.

Mata kuningnya mengkilap, memancarkan cahaya terang yang menghipnotis, menjelajahi hati setiap orang yang memandanginya, memiliki pesona yang tak terkatakan.

Angin berhembus kencang, menerpa rambut hitam yang tergerai lembut hingga menyapu langit. Ia berdiri di atas balkon istana, dengan latar belakang panorama senja yang menakjubkan. Ia menutup mata dan merasakan semilir angin yang sepoi-sepoi menyejukkan wajahnya.

Bibir merah mudanya melambangkan kesejukan alam semesta, menari di atas senyum yang selalu menawan, menarik hati setiap orang yang melintas di hadapannya, menjelma menjadi kecantikan yang begitu sempurna.

Tubuhnya tinggi semampai, memancarkan aura kekuasaan, mengikat semua pria yang jatuh hati pada kecantikannya, seperti angin yang lembut, membelai wajah, membawa kebahagiaan dan kesejukan ke setiap sudut dunia.

Angin semakin kencang menderu di Tanah Agraa, membuat daun-daun pepohonan bergoyang dan menari. Tuan Putri Cellestra, yang sedang bersandar menikmati udara yang menyejukkan, merasakan adanya gangguan dari kejauhan. Dia menoleh ke arah suara ribut yang semakin keras.

Di sana, terlihat Tetua Ke-14 dari Keluarga Rosevelt, Beurney, dan Tetua Ke-5 dari Keluarga Luminna, Gorhon sedang berseteru.

Kedua kakek kolot tesebut saling berdebat tentang penemuan bukti keberadaan Sinhera, seorang gadis pembawa petaka yang dianggap berbahaya oleh banyak orang.

Tetua Ke-14 mengatakan bahwa gempa bumi yang baru saja terjadi di dunia bawah merupakan pertanda keberadaan Sinhera. Namun, Tetua Ke-5 menyangkalnya dengan mengatakan bahwa gempa itu hanyalah kebetulan dan bukan karena keberadaan Sinhera.

"Sudah jelas, gempa itu adalah pertanda keberadaan Sinhera! Dia harus segera ditemukan dan dihentikan sebelum membawa malapetaka pada tanah kita!" bentak Beurney Rosevelt.

"Tidak ada bukti yang cukup kuat untuk mengatakan bahwa gempa itu disebabkan oleh Sinhera. Kita tidak boleh membuat kesimpulan gegabah." Balas Gorhon Luminna.

Tuan Putri Cellestra melangkah dengan anggun menuju dua kodok buruk rupa yang saling melempar argumen.

"Tidak perlu bertengkar seperti ini. Kita harus mencari tahu dengan cermat sebelum membuat kesimpulan." Suaranya seperti malaikat yang turun dari surga, sangat lembut dan tenang, membawa kedamaian dan keindahan dalam hati di setiap katanya.

Tuan Putri Cellestra melangkah maju untuk menengahi perdebatan tersebut. Dengan penuh kebijaksanaan, dia menenangkan kedua tetua dan meminta mereka untuk bersikap tenang dan rasional.

Kedua tetua yang semula terus bertengkar, tiba-tiba merasakan kehadiran seseorang yang begitu memukau. Mereka memalingkan wajah merah mereka untuk menyembunyikan rasa malu yang timbul karena terpesona oleh kecantikan Tuan Putri Cellestra.

Melihat kedua tetua itu salah tingkah, Cellestra merasa sedikit tidak nyaman. Dia tahu mereka bersaing untuk mendapatkan perhatiannya. Namun, yang lebih tidak masuk akal adalah mereka bersaing untuk mencari Sinhera, hanya agar bisa menikahi dirinya.

Tuan Putri Cellestra tidak menganggap serius kompetisi yang aneh ini. Dia tahu bahwa itu tidak akan berujung pada apapun, namun ia akan tetap merasa terganggu dengan perdebatan tersebut. Ia memutuskan untuk mengalihkan topik dengan cara yang bijak.

"Saya menghargai kekhawatiran kalian, tetapi kita harus memastikan bahwa kita memiliki bukti yang cukup sebelum menarik keputusan. Tuan Beurney, Tuan Gorhon, Kita harus bekerja sama untuk menemukan Sinhera. Ini masalah besar bagi kita semua, mari kita kerahkan para Pencari di Dunia Bawah untuk menyelidiki penyebab gempa dan mencari tahu apakah Sinhera benar-benar terlibat di dalamnya atau tidak." ujarnya dengan lembut, sambil menatap tajam pada kedua kakek itu.

Beurney dan Gorhon merasa malu dan menyadari perilaku mereka yang konyol. Mereka mengangguk dan setuju untuk bekerja sama, meskipun mereka merasa enggan ketika hendak berjabat tangan. Akan tetapi mereka menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik.

Cellestra tersenyum lega. Dia tahu bahwa mereka akan terus bersaing untuk mendapatkannya, tapi dia tidak akan membiarkan persaingan itu mengganggu tujuannya, untuk menyelesaikan masalah paling utama, yaitu menemukan Sinhera.

***

Di suatu tempat di lembah Gunung Pertama, tepatnya di sebuah sarang Semut Biru yang megah.

Para pekerja semut biru sedang sibuk memperbaiki sarang mereka yang rusak akibat pertarungan terakhir melawan Shorang. Mereka berlarian kesana-kemari, membawa beban berat dari reruntuhan sarang yang hancur untuk diperbaiki.

Beberapa Semut Biru lainnya sedang mengelola telur-telur mereka dengan hati-hati. Mereka memeriksa satu per satu telur yang berbaris rapi di kamar inkubasi, memastikan kondisinya tetap baik dan terawat.

Sementara itu, sekelompok semut yang lain sibuk mengurus ratu mereka. Sang ratu ditempatkan di tengah sarang dan dijaga oleh beberapa semut penjaga. Mereka memperhatikan ratu mereka dengan cermat, memberinya makanan dan minuman yang berkualitas tinggi, serta memberikan perlindungan yang tak tergoyahkan.

Namun, para pekerja Semut Biru tidak hanya sibuk memperbaiki sarang mereka dan mengurus telur serta ratu, Para semut pekerja yang lain sibuk mengelola makanan dari sisa-sisa tubuh Shorang yang berhasil mereka kalahkan.

Mereka memisahkan daging dari kulitnya, dan menyimpannya dengan rapih di gudang makanan sarang. Mereka memotong dan mempersiapkan bagian tubuh tersebut untuk kemudian diolah menjadi makanan yang enak dan bergizi untuk seluruh anggota sarang.

Meski sedang dilanda kesibukan dan keterbatasan sumber daya, Semut Biru tetap bekerja keras untuk menjaga keberlangsungan hidup sarang mereka. Mereka bekerja sama dan saling membantu untuk memperbaiki sarang mereka yang rusak dan memberikan perawatan terbaik untuk telur dan sang ratu.

Tidak terlihat ada tanda kekhawatiran di antara semut biru, meskipun mereka menyadari bahwa ancaman dari Shorang selalu mengintai, namun mereka tetap bersikap acuh dengan itu.

Seperti hal nya pada tingkah aneh salah satu semut biru yang sedang menyiapkan makanan untuk sang ratu.

Semut tersebut mulai bergerak tak wajar. Ia meronta-ronta kesakitan seakan-akan sedang disiksa oleh sesuatu yang tak kasat mata. Semut-semut lainnya tak menyadari keanehan tersebut, mereka masih sibuk dengan tugas masing-masing.

Tiba-tiba, sebuah tangan mengerikan yang hanya bersisakan tiga jari keluar dari perut semut tersebut. Tubuh semut tersebut terasa terkoyak dan kesakitan, dan tidak ada yang dapat membantunya.

Tangan yang keluar dari perutnya itu pun kemudian bergerak cepat dan lincah, menghunus pisau kecil yang sebelumnya tersembunyi di dalam tubuh semut malang tersebut.

Darah semut memancar ke mana-mana ketika tangan berjari tiga tersebut dengan kejam memutilasi tubuh semut yang sudah tidak berdaya itu.

Tangan tersebut bergerak lincah dan seolah-olah memiliki kekuatan yang tak terukur. Tanpa ampun, tangan itu membunuh semut tersebut dengan kejam, meninggalkan tubuhnya yang tergeletak tanpa nyawa.

Ketakutan dan kepanikan melanda seluruh semut biru. Mereka tak tahu apa yang sedang terjadi dan siapa pelaku di balik kejadian mengerikan ini. Namun satu hal yang pasti, ada ancaman yang sangat nyata dan membahayakan kelangsungan hidup mereka di sarang ini.

***