"Matilah kau, zombie terkutuk!" Aku menusuk kepala seorang zombie dengan golok yang aku bawa. Tetapi masih ada banyak zombie mengerikan yang berada di depanku dan mereka semua harus aku bantai dengan sekuat tenaga.
Suara geramannya begitu mengerikan. Sehingga membuatku berlari dengan sekuat tenaga dan menerjang mereka. Satu per satu zombie itu aku bacok kepalanya. Tidak peduli zombie itu perempuan ataupun anak kecil aku bantai mereka. Tidak peduli juga jika yang jadi zombie adalah keluargaku, aku akan tetap membantai mereka.
"Matilah kalian, iblis jahanam terkutuk!" teriakku sambil membacok beberapa zombie yang ada di depanku.
Sementara itu beberapa orang terlihat ketakutan dan berteriak histeris ketika Viktor Shambou membacok orang-orang di sekitarnya. Padahal orang-orang yang dibacok oleh Viktor Shambou itu adalah manusia benar, bukan zombie yang dia bayangkan.
"Awas, Viktor Shambou lagi ngamuk! Cepat masuk ke dalam rumah" seru seseorang yang berteriak ketakutan berlari memasuki rumahnya.
"Cepat panggil Polisi, Pak RT. Aku takut dia akan membunuh banyak orang akibat kelakuan mabuknya!" seru salah seorang Warga yang telrihat ketakutan.
"Iya, ku sedang menelepon Bapak-bapak Polisi."
Orang-orang segera memasuki rumah mereka agar tidak dibacok oleh Viktor Shambou yang tengah mabuk berat akibat makan kecubung.
Viktor Shambou berlari dengan wajah yang dipenuhi keringat dan rasa takut yang begitu besar yang tengah menghantui.
"Jangan. Jangan sampai aku mati. Aku harus bertahan hidup di dunia yang kotor ini." Viktor Shambou terus berlarian dengan panik menuju ke arah hutan.
Dia terus berlari memasuki hutan. Pikirannya begitu kacau dan panik. Dia tidak pernah menyangka bahwa memakan rujak kecubung bersama dengan teman-temannya berakhir dengan "zombie apocalypse."
Saat pesta malam tahun baru bersama dengan teman-temannya. Viktor Shambou membuat rujak yang dicampur dengan kecubung hingga teler dan tidak sadarkan diri bersama dengan teman-temannya. Melihat banyaknya para pemuda teler di Kampung Cokelat. Beberapa orang membawa anak-anak tersebut kembali ke rumah, agar mereka tidak berbuat yang aneh-aneh akibat dampak dari buah kecubung.
Namun nasib sial harus menimpa beberapa warga Kampung Cokelat yang mati dibacok oleh Viktor Shambou. Di mana ketika Viktor Shambou membuka matanya, dia merasa bahwa dikelilingi oleh gerombolan zombie. Walaupun mereka itu aslinya adalah para penduduk desa. Akibat dampak kecubung yang membuat pikirannya aneh. Viktor Shambou segera mengambil golok yang dibawa oleh salah seorang penduduk desa dan membacok orang-orang yang dia lihat sebagai zombie.
Viktor Shambou tengah bersembunyi di dalam hutan. Dari kejauhan dia mendengar suara gonggan anjing dan juga suara tembakan yang memecah keheingan.
"Kejar dia!" perintah salah seorang Polisi.
Viktor Shambou terus berlari dengan penuh ketakutan. Sementara suara gonggongan anjing itu terdengar semakin keras dan mengerikan. Viktor Shambou jatuh ketika kakinya tersandung akar dari sebuah pohon tua. Seekor anjing Polisi segera berlari menerjangnya dan menggigit kaki kanannya.
Aku berteriak sekeras-kerasnya ketika anjing zombie ini menggigit kaki kanannku. Dengan reflek aku menebas kepalanya dengan golok yang masih aku pegang. Kepala anjing itu langsung terbelah ketika aku membacoknya.
Gigitan anjing zombie itu terasa menyakitkan dan itu membuatku takut akan menjadi zombie. Apakah ini akhir kehidupanku? Apakah aku akan menjadi zombie seperti mereka? Apakah dunia kiamat? Karena aku ini adalah orang yang cinta dunia dan takut akan mati. Jadi aku tidak ingin mati sebagai zombie.
Seorang Polisi berjalan mendekati Viktor Shambou yang tergeletak di tanah dengan kaki kanannya yang terluka dan seekor anjing yang mati secara mengenaskan. Brigadir Jos mengarahkan pistol glock34 miliknya ke arah kepala Viktor Shambou. Dia menarik pelatuknya dan peluru yang ditembakkan oleh pistol itu menembus kepala Viktor Shambou yang tersenyum tipis menatapnya.
Di mata Viktor Shambou, Brigadir Jos adalah seorang zombie yang bersenjatakan senapan mesin. Ketika dia menatap zombie bersenjata senapan mesin itu, akhirnya dia sadar bahwa yang dilihatnya hanyalah seorang Polisi bersenjata pistol glock34. Dia tersenyum tipis agar tidak merasa berat ketika nyawanya dicabut oleh Brigadir Jos.
"Viktor Shambou telah dilumpuhkan," kata Brigadir Jos kepada atasannya melalui sambungan telepon.
"Kerja bagus, Brigadir Jos," puji Kapolsek Gunung Merapi.
Enam orang Polisi Gunung Merapi membawa jasad Viktor Shambou telah mati. Mereka membawanya ke arah lapangan Kampung Cokelat. Di mana ada ratusan orang yang tengah dikumpulkan di sana.
"Selamat pagi Bapak/Ibu Warga Kampung Cokelat. Sebelumnya kami turut berduka cita atas musibah yang tengah menimpa beberapa orang di Kampunng Cokelat. Maafkan jika kami mengganggu waktu kalian saat ini. Sekali lagi kami mengingatkan kepada seluruh Warga Kampung Cokelat untuk selalu menjaga diri dan kesehatannya serta menjauhi diri dari maksiat, khususnya mabuk. Apalagi mabuk kecubung. Itu bisa fatal dan bukan hanya merusak diri sendiri, tapi merusak orang lain. Gara-gara seseorang mabuk kecubung, belasan orang harus meninggal dunia." ujar Bapak Shighit Singh yang merupakan seorang keturunan India-Sikh yang menjabat sebagai Kapolsek Gunung Merapi.