Tanggal 11 Desember tahun 1698 kalender Colins.
Sebuah rumah besar berdiri di deretan rumah di sebuah kerajaan. Petir menggelegar menerangi seluruh kerajaan.
Di sebuah kamar di dalam rumah itu, lilin bergoyang tertiup oleh semilir angin. Jendela terbuka dengan keras. Membangunkan seseorang yang sedang tidur di atas ranjang.
Dia membuka mata dengan terengah-engah, memandang seluruh ruangan dengan wajah bingung. Tata letak seluruh kamar terlihat di matanya:
Ruangan yang agak luas dengan langit-langit setinggi empat meter. Lantai marmer dengan lingkaran bergambar bulan sabit di tengah ruangan. Meja belajar dengan banyak buku terletak depan jendela yang terbuka. Lemari berukuran sedang di sisi kiri ranjang. Pada kanan dan kiri ranjang terdapat laci kecil dengan lilin berbentuk trisula di atasnya. Dekorasi kamar terlihat sangat mewah dengan beberapa lukisan tergantung pada dinding.
Lelaki itu membelalakkan mata, hampir tidak mempercayai apa yang dia lihat.
Dia memijat pelipisnya sambil bergumam, "Dimana aku? Mengapa aku ada di sini? Aku ingat aku sedang tertidur karena mabuk. Apa ini aku dipindahkan ke dunia lain seperti dalam novel?"
Dia segera turun dari ranjang. Berjalan ke arah cermin seukuran tubuh yang digabung dengan lemari.
Dengan cahaya dari kilatan petir, penampilannya terungkap dengan jelas.
Rambut berwarna hitam dengan dibelah pada bagian tengah, bagian kanan sedikit lebih banyak dibandingkan sebelah kiri. Matanya berwarna hitam murni. Fitur wajahnya biasa saja. Tingginya hampir dua meter dan otot-otot pada tubuhnya atletis.
Itu bukan wajahnya sebelum ini!
Tiba-tiba dia memegang kepalanya sambil mengerang. Rasa sakit menusuk kepalanya seakan itu terbelah menjadi dua. Ingatan awalnya mulai beresonansi dan menyatu dengan ingatan tubuh ini.
'Namaku... Ciel Grand, seorang anak dari ahli sihir terkenal kerajaan dan siswa di sekolah tingkat tinggi Kerajaan Falheim. Di sini aku bukan Kiana lagi.' Pikiran Ciel tercerahkan, dan rasa sakit mulai berangsur surut.
Keluarga Grand merupakan keluarga penyihir Kerajaan Falheim dari benua Azteroks. Mendapatkan gelar semi-bangsawan dan "Sorcerer," sehingga ekonomi keluarga ini sangat stabil.
Ciel duduk di kursi meja belajarnya. Termenung dengan melihat bulan. Ekspresinya menjadi melankolis.
"Fiuh... sepertinya ke dunia lain tidak seburuk itu." dia bergumam sambil menggaruk belakang kepalanya.
Sebelum bertransmigrasi, dia merupakan seorang lelaki pekerja paruh waktu di sebuah swalayan bernama Kiana. Perekonomiannya saat itu tidak terlalu baik, setelah transmigrasi, dia melihat bahwa perekonomiannya di sini kurang lebih bisa disebut kalangan kelas atas.
Ciel melihat sekeliling sebelum menutup jendela, dan menuju ranjang untuk melanjutkan tidurnya.
Setelah waktu yang tidak diketahui, pagi hari akhirnya tiba. Sinar matahari merembes ke dalam ruangan melalui kaca jendela.
Kehangatan mulai menyelimuti tubuh Ciel. Membuat perasaannya lebih baik dan santai.
Dia segera mandi dan berganti pakaian menjadi kemeja linen dengan celana panjang yang nyaman. Baginya, walau memiliki status sebagai semi-bangsawan, memakai pakaian sederhana lebih terasa nyaman.
Ciel berjalan keluar menuju ruang makan keluarga di lantai pertama.
Saat memasuki rumah makan, dia melihat keluarganya. Terletak di sana adalah meja makan yang mampu menampung dua belas orang. Dan ada dua orang pelayan sedang menyiapkan makanan. Seluruh keluarga Grand hanya memiliki total sepuluh pelayan. Itu lebih sedikit dari pada kebanyakan bangsawan.
Duduk di ujung adalah ayahnya. Seorang pria dengan janggut putih tipis, rambut dan cambangnya juga berwarna putih pucat dan memiliki mata hitam pekat. Memiliki kesan yang sangat berwibawa dan tegas. Howard Grand.
Di sisi kanan meja terdapat seorang wanita. Terlihat berumur awal tiga puluhan, tetapi sebenarnya berumur empat puluh tahun. Wajahnya cantik, rambutnya hitam pekat dengan mata biru jernih. Rambutnya disanggul. Alisnya sedikit tinggi dengan bibir yang tidak terlalu tebal. Itu adalah ibu dari Ciel, Arianna Grand.
Pada kursi di samping tempat Ms.Arriana adalah seorang gadis cantik berusia enam belas tahun. Fitur wajahnya tidak mencolok. Tetapi memancarkan kecantikan tiada tara. Rambutnya berwarna cokelat gelap, matanya berwarna biru jernih. Rambutnya disanggul seperti kebanyakan bangsawan lain. Malaikat dari Falheim, Alissa Grand.
'Mereka memakai pakaian bangsawan, berbeda dengan diriku.' Ciel tidak bisa membantu tapi mencerca dalam hati.
"Selamat pagi Ayah, Ibu, dan malaikatku." Ciel menyapa keluarganya lalu duduk di kursi seberang ibunya.
Seluruh keluarga mengangguk sebagai respon, selain Alissa yang wajahnya memerah.
"Ciel anakku, hari ini adalah ulang tahunmu ke-24. Kamu sudah dianggap dewasa." ucap Howard yang berwibawa.
Dalam tradisi benua Azteroks, setelah anak menginjak dua puluh empat tahun, anak-anak baru dianggap dewasa dan diperbolehkan mengambil keputusan atas pemikirannya sendiri, serta menjadi pewaris keluarga.
"Selamat ulang tahun, Ciel." Arianna mengucapkan selamat dengan senyum tulus.
"Selamat ulang tahun, Kakak!" Alissa juga mengucapkan selamat dengan mata berbinar.
Ciel tersenyum sejenak sebelum menjawab, "Terima kasih, ayah, ibu, adikku. Sebuah kehormatan mendapat pengakuan kalian."
Mereka mulai makan sebentar sebelum mulai membicarakan beberapa hal.
"Anakku, sebelum ini aku ingin memberi hadiah ulang tahunmu sebuah vila yang aku punya. Namun aku teringat kau tidak menyukai hal yang berlebihan. Jadi, aku akan memberikan kamu jam saku ini." Howard bicara dan mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus dengan perak.
Saat Ciel membukanya, jam saku itu memiliki ukiran mata vertikal dengan tiga jarum jam terukir dengan ketebalan ukiran yang berbeda. Ukiran garis diagonal melengkung di atas ukiran mata dan tumpang tindih dengan ukiran jarum jam. Warnanya emas, dan tentu saja di dalamnya kurang lebih sama seperti jam saku pada umumnya.
'Sebenarnya aku lebih menyukai vila itu tapi, kenapa aku merasakan hal aneh dengan jam ini?'