Dia, adalah perempuan yang mau menemani ku, yang mau menerima ku saat aku sedang terlihat payah, berkeringat dan bau asap kendaraan.
Tapi mata nya tak pernah sampai kesana, mata nya bahkan lebih tajam dari perasaan nya, dia mampu menemani ku di saat aku sedang berada di atas terik, dan hujan.
Dia tersenyum dan memeluk ku, sampai aku merasa tenang ketika gelisah meraung di hadapan ku.
Dia mampu redam amarah ku dengan senyum dan lembut kasih sayang nya.
Tangan nya yang bersih selalu membuat ku merasa tenang saat dia genggam tanganku.
Dia adalah harapan masa lalu ku, yang ku bisikan kepada Tuhan.
Sungguh lengkap sekali apa yang ku dapat di hari itu.
Sementara aku mulai merasa kan bagaimana aku dulu, menyelip di antara suasana tenang dan damai, mengingat bagaimana perjalanan yang tak mudah yang bisa ku lalui.
Dan dia ada di sana, perempuan ini berdiri di samping ku, tak pernah pergi, memeluk ku dari belakang sangat erat sampai aku mampu melewati semuanya.
Mata ku hari itu melihat nya yang sedang membaca buku, pikiran ku sangat terusik dengan keadaan ku dulu bersama nya.
Lalu air mata ku jatuh tak bisa ku tahan, sementara kepulan asap rokok masih jadi saksi di bisu suaranya.
Dia istri ku, tak boleh tau jika aku menangis di hadapan nya, perlahan tangan ku mengusap air mata.
Lalu dia memandangku, mengalihkan mata nya dari buku itu, serentak meletak kan nya di meja di hadapan ku dan dia.
Lalu dia tersenyum, dan memeluk ku.
Aku sungguh tenggelam bersama nya, bersyukur dan sangat berterimakasih kepada Tuhan, telah menganugerahkan dia, anak ku dan semua fasilitas yang ku nikmati hari itu, uang yang mudah ku dapatkan, orang-orang yang mau mempercayai ku, mereka berdiri di hadapan ku, membangun kan aku di saat gelap mulai masuk di kehidupan ku, lalu membuka kan terang kepada Tuhan, sampai aku ada pada saat ini ..