Kota Jasin, pagi hari.
Bernard Yantoro berdiri di sisi jalan sambil melihat lalu lintas yang berlalu lalang dengan ekspresi rumit.
"Cepat lunasi biaya operasi atau aku jamin ibumu tidak akan bertahan sampai besok."
"Kamu masih berani datang untuk meminjam uang, pinjaman terakhir saja belum kamu bayar...."
"Tidak punya uang! Tidak punya uang! Apa hubungannya ibumu meninggal atau tidak denganku?"
Ibunya Bernard dirawat di rumah sakit dan membutuhkan biaya mendesak 100 juta untuk operasi, tapi Bernard tidak dapat mengumpulkan uang sepeser pun, hal ini membuatnya sangat cemas.
"Sepertinya jalan satu-satunya adalah mengakali kecelakaan rekayasa untuk membiayai operasi ibuku, biarpun bertentangan dengan hati nurani, aku juga tidak punya pilihan lain. Saat punya uang, aku akan mengembalikannya pada orang itu."
Setelah memutuskan untuk
mengakali kecelakaan rekayasa, Bernard melihat ke jalan lagi, 100 juta bukanlah jumlah yang sedikit, dia harus mencari mobil yang lebih mewah.
Pada saat ini, sebuah Maserati merah sedang melaju dan kecepatannya sepertinya tidak terlalu cepat.
"Yang ini saja!"
Bernard mengambil dua langkah cepat ke arah Maserati itu.
Dia telah melihat beberapa kasus kecelakaan rekayasa di Internet, sehingga tahu bagaimana
mengakali kecelakaan rekayasa.
Ketika melihat kemunculannya yang tiba-tiba, pengemudi pasti akan menginjak rem secara
mendadak. Ketika mobil berhenti, dia akan langsung berbaring di kolong mobil lalu meminta kompensasi.
Di luar dugaan, reaksi Maserati ini ternyata tidak seperti yang diharapkan, orang itu sama sekali tidak bereaksi sebagaimana mestinya.
Pengemudinya adalah gadis yang sangat cantik. Ketika melihat seseorang tiba-tiba muncul di depan mobil, dia berteriak ketakutan. Bukannya menginjak rem, dia malah melepaskan tangannya dari setir dan menutupi matanya.
"Buset, apa-apaan ini? Untuk apa kamu menutupi matamu dan tidak menginjak rem? Selain itu, kenapa malah menginjak pedal gas?"
Melihat Maserati itu melaju ke arahnya seperti kuda liar, sudah terlambat bagi Bernard untuk mencoba menghindar.
Hanya terdengar suara tabrakan
keras, lalu dia pun terhempas layang-layang yang putus talinya. Saat masih melayang di udara pun dia merasa bahwa semua tulang di
sejauh belasan meter seperti
tubuhnya patah dan dia
memuntahkan seteguk darah.
"Tidak boleh memilih pengemudi wanita dalam membuat kecelakaan rekayasa...."
Itu adalah pikiran terakhirnya, kemudian dia kehilangan kesadaran.
Setelah kecelakaan terjadi, banyak orang yang mengelilingi tempat kejadian, tapi tidak ada yang memperhatikan bahwa darah yang dimuntahkan oleh Bernard memercik liontin giok kuno di dadanya dan darah itu terserap bersih dalam sekejap.
Bernard adalah seorang yatim piatu, ketika dia diadopsi oleh ibunya, liontin ini adalah satu-satunya bukti identitas dirinya, jadi dia selalu memakainya.
Dalam keadaan setengah sadar, dia merasakan kehangatan menjalar
dari dadanya, kemudian terdengar suara nyaring di benaknya, Bernard, terimalah warisan "Junior Akademi Pengobatan Kuno dariku!"
Kemudian ada pendeta Tao berjubah nila yang berambut putih dan berjanggut muncul di alam kesadarannya, "Aku adalah Yonto Yantoro dari Akademi Pengobatan Kuno, setelah kamu menerima warisanku, kamu harus mematuhi aturan Akademi Pengobatan Kuno, menyelamatkan orang yang membutuhkan penyelamatan dan
mempraktikkan pengobatan di dunia."
Setelah itu, informasi yang tak terhitung jumlahnya dimasukkan ke dalam otaknya, termasuk seni bela diri, keterampilan medis, ilmu mantra, berbagai keterampilan lainnya ....
Setelah semua informasi itu masuk, informasi ini segera melebur dengan ingatannya, sehingga terasa sangat jelas, seolah-olah itu bawaan dari lahir.
Pada saat yang sama, liontin giok kuno di dadanya menjadi semakin panas, akhirnya berubah menjadi aliran udara yang kuat lalu meresap ke dalam tubuhnya.
Setelah meresap ke dalam tubuh,
aliran udara itu pun segera menguatkan otot dan tulangnya,
kemudian menyembuhkan luka parah yang baru saja dideritanya.
Perasaan yang sangat nyaman pun menjalar, Bernard segera tertidur lelap.
Setelah jangka waktu yang tidak diketahui, dia tersadar kembali, yang dilihatnya adalah warna putih di sekelilingnya, ternyata dia berada di bangsal rumah sakit.
Apa yang terjadi barusan? Apakah itu mimpi?
Tanpa sadar dia menyentuh
dadanya, hanya tali merah yang tersisa di dadanya, batu giok kuno
telah menghilang.
Jelas-jelas dia ditabrak kencang oleh Maserati, tapi sekarang dia tidak merasakan rasa sakit sama sekali, sebaliknya, kondisi tubuhnya malah terasa lebih sehat daripada sebelumnya, setiap urat otot miliknya terasa penuh dengan vitalitas.
Keterampilan medis, ilmu gaib dan seni bela diri yang telah dipelajari, terasa sangat jelas di otaknya,
semua itu membuktikan bahwa memang bukan mimpi, dia
memang memperoleh warisan dari Akademi Pengobatan Kuno.
"Kamu sudah sadar!"
Suara terkejut terdengar di telinganya, kemudian sebuah wajah cantik muncul di depannya.
Wanita ini berambut sebahu,
pipinya sangat halus dan mulus,
ditambah dengan lekukan
tubuhnya yang sempurna,
benar-benar indah tiada taranya.
Bernard pun tercengang, dia belum pernah melihat wanita secantik ini seumur hidupnya. Artis wanita di TV yang sudah menjalani operasi plastik juga hanya biasa-biasa saja.
"Maaf, namaku Celine Kasadi.
Kemarin aku baru saja membuat SIM, tidak disangka aku akan langsung menabrakmu hari ini!"
Bernard pun ingat bahwa gadis yang meminta maaf di depannya adalah pemilik Maserati tadi.
Bernard tidak merasa kesal pada gadis ini, dia yang mengambil inisiatif untuk mengakali kecelakaan rekayasa, dia tidak bisa menyalahkan pihak lawan.
Sebaliknya, dia sangat bersyukur,
jika tidak bertemu dengan pengemudi wanita ini, dia tidak akan mendapatkan warisan dari Akademi Pengobatan Kuno.
Melihat bahwa Bernard tidak
berbicara, Celine lanjut berkata, "Jangan khawatir,
aku akan bertanggung jawab karena sudah
menabrak orang. Kamu beristirahat saja di sini, aku akan mengurus semua biaya pengobatan sampai kamu benar-benar sembuh dan keluar dari rumah sakit."
Melihat gadis di depannya tidak bersikap manja seperti gadis kaya pada umumnya, kesan Bernard padanya semakin baik, dia berkata, "Terima kasih, aku baik-baik saja."
"Kemarin aku takut setengah mati, aku menabrakmu sampai terhempas sejauh itu."
Celine menepuk dadanya yang
menonjol dan berkata, "Anehnya setelah pemeriksaan, dokter bilang kamu baik-baik saja, kamu hanya pingsan karena gegar otak."
"Sungguh keajaiban, mobilku sampai dirombak tapi kamu malah baik-baik saja, benar-benar sulit dipercaya."
Mendengar kata pingsan, Bernard merasa kaget dan bertanya dengan penuh semangat, "Sudah berapa lama aku pingsan?"
Celine berkata, "Sudah hampir setengah hari. Dokter bilang kamu akan bangun setelah 24 jam
"Setengah hari?"
Bernard langsung duduk, ibunya masih sekarat di rumah sakit, dia tidak bisa menunda waktu di sini.
Sekarang dia telah memperoleh
warisan dari Akademi Pengobatan Kuno,
tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat melampaui dia dalam keterampilan medis, dia dapat menyembuhkan penyakit ibunya sendiri tanpa perlu dioperasi oleh dokter lain.
Dengan tergesa-gesa, dia meraih tangan Celine dan bertanya dengan penuh semangat, "Di mana ini?"
Celine terkejut dengan reaksinya, dia bahkan lupa menarik
tangannya, hanya secara refleks berkata, "Rumah Sakit Pusat."
Ibunya ada di Rumah Sakit TCM
Jasin, jaraknya agak jauh dari sini, Bernard melompat dari tempat tidur, memakai sepatunya dan bergegas keluar.
Celine berteriak dari belakangnya, "Hei, kamu mau ke mana? Dokter menyuruhmu untuk istirahat...."
"Aku baik-baik saja, langsung urus prosedur keluar rumah sakit."
Bernard bergegas keluar dari Rumah Sakit Pusat setelah berbicara demikian, lalu berlari menuju Rumah Sakit TCM Jasin, dia mampir membeli jarum perak dan memasukkannya ke dalam sakunya ketika melewati apotek.
Di bangsal ICU Rumah Sakit TCM Jasin, Henson Widodo sebagai dokter yang merawat Gina Osman sedang membuka kelopak mata Gina dan mengamatinya, lalu melihat instrumen di samping tempat tidur sambil berkata
kepada perawat Xira Zainul,
"Pasien sudah dipastikan meninggal, ambil tindakan selanjutnya."
"Baik, Dokter Henson."
Xira menjawab dan mengambil selembar kain putih, bersiap-siap untuk menutupi almarhum.
Henson melirik Gina yang terbaring di bangsal dengan ekspresi tidak peduli, tanpa penyesalan ataupun perasaan bersalah.
"Kalau keluarganya membayar 100 juta untuk biaya operasi dan aku yang melakukan operasinya,
mungkin ada harapan untuknya
bertahan hidup."
"Sangat disayangkan, dia adalah orang miskin yang bahkan tidak mampu membayar biaya sebesar itu, tanpa uang, dia hanya bisa menunggu ajal datang."
Pada saat ini, Bernard bergegas masuk dari luar, melihat kain putih di tangan Xira, dia berseru, "Berhenti, apa yang kamu lakukan?"
Xira terkejut dan menghentikan gerakannya, lalu berkata, "Pasien sudah meninggal ...."
"Omong kosong, ibuku tidak mati!"
Bernard telah memperoleh warisan dari Akademi Pengobatan Kuno, hanya dengan melirik saja, dia memiliki pemahaman yang jelas tentang kondisi Gina. Sekarang dia hanya dalam keadaan mati suri sebelum meninggal, belum benar-benar mati.
Dia melangkah maju dan mendorong Xira menjauh, lalu mengeluarkan jarum perak dari sakunya dan dengan gesit menusukkan jarum perak ke tubuh
Gina.