Merdu sekali malam membisikkan lagu lelah berirama memabukkan membuat insan terlelap dalam dekap.
Mata sulit terpejam, angan melayang. Hati gundah kian merajai.
"Biasanya aku membaca alqur'an malam saat susah tidur" ucap Syifa dalam hati.
"Melupakannya begitu sulit. Merelakannya begitu sakit. Sementara semua tidak mungkin menjadi nyata."
"Aku tidak bisa mengelak dari sebuah takdir."
"Dia memang bukan jodohku."
Syifa beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas mencuci muka lalu mengambil wudhu.
Orang akan berpandangan masing-masing terhadap cinta. Sebagian akan mengatakan bahwa cinta hanyalah perasaan semata. Yang dikeendalikan oleh perasaan dan nafsu. Jadi bagaimana dapat dikendalikan maka kita tidak akan terjebak dari rasa cinta itu. Perasaan itu dapat dilawan dan dinalar.
Namun sebagian lagi akan mengatakan bahwa cinta dalah perasaan yang tidak dapat dilawan. Perasaan yang timbul secara otomatis dan tidak bisa dihilangkan. Ada naluri rasa yang akan merespon terhadap perasaan. Sulit untuk dikendalikan, namun dapat disadari bahwa perasaan itu memang harus disopiri agar tidak tersesat.
Apa mungkin seorang santri yang bukan dari orang ternama dan bukan orang aktifis di pesantren dapat dikenali oleh Gusnya. Rasanya tidak mungkin. Ini terlalu sulit dinalar. Kecuali jodoh yang memang ditentukan Allah SWT.
Perlahan Syifa menarik Al-qur'an yang dibariskan di rak paling atas di meja belajarnya.
Berusaha dengan sekuat hati untuk tenang dan menenangkan diri dalam berkhalwat dan beristiqomah.
Mulailah dia melantunkan ayat-ayat Allah dengan merdunya.
Sekian waktu hingga berjam-jam lamanya Syifa mengaji. Mulailah terasa ketenangan dalam hatinya. Mulailah keteguhan dalam hatinya. Mulailah terasa keyakinan akan Robbnya.