Matahari sudah mulai tergelincir. Hari ini 10 Ramadhan 1444 Hijriah. Syifa menyelesaikan halaman pertengahan dalam Qur'annya. Sudah 2 kali akan khatam Qur'an di bulan Ramadhan ini.
Perlahan di tutupnya lalu beranjak menaruhnya di lemari atas. Setelah itu dia keluar dari kamarnya.
"Syifa, ke masjid sekalian yuk. Sholat Ashar. Imam hari ini Gus Huda lo!" ajak Hamidah kepada Syifa.
Mata Syifa berbinar-binar bahagia. Suatu hal yang sangat istimewa jika dia dapat bertemu dengan Gus Huda.
Gus Huda adalah kang santri, ketua santri laki-laki di pesantren. Dia adalah kerabat Kiyai Hamid, pemilik pesantren.
"Tentu saja. Ayo kita segera ke masjid!" Syifa langsung menanggapi dengan riang. Senyum sumringahnya berkembang.
"Alkhamdulillah, akhirnya aku dapat melihat Gus Huda lagi." katanya sambil mengelus dada.
Mereka berdua segera menuju ke masjid yang ada di dalam pesantren.
Gus Huda merupakan alumni mahasiswa dari Mesir yang baru lulus setahun ini. Begitu pulang ke Indonesia dia langsung mengabdikan diri pada pesantern ayahnya.
Walaupun jarang memberikan materi karena masih baru namun namanya sudah sangat populer dikalangan para santri terutama santri perempuan.
Solat jamaahpun telah selesai diakhiri doa sesudah solat, kemudian jamaah bersalaman dan bubar keluar masjid.
Beberapa santri masih ada di dalam untuk berdzikir maupun musyawarah hal tertentu di dalam.
"Ademmm demger lantunan ayat-ayat dari Gus Huda ini." seru Hamidah terpukau.
"Benar rasanya suara itu dapat menembus hatiku." sambung Syifa.
Mereka masih duduk-duduk di teras masjid.