CHAPTER 13: Hanya karena tidak tertulis, belum tentu tidak ada
"Ngapain?"
"Lihat Langit bucin sama pemilik café," Haekal jawab dengan santai. Pagi hari yang cerah ini, keempat Gantengers sedang berkumpul. Langit memanggil mereka untuk membahas suatu topik penting.
Tentunya jika Langit yang sudah memanggil, bukan waktunya untuk main-main. Tapi terkejutnya ketiga laki-laki itu saat melihat meja Langit yang dipenuhi dengan tumpukan berkas dan file.
Semua berkas yang sama sekali tidak ada hubungan dengan kerjaannya melainkan seseorang yang telah menjadi kesaharian keempat lelaki itu. Memang, sudah seminggu Langit tidak melangkah di café yang sering ia dambakan untuk musnah.
Ketiga temannya berpikiran kalau dirinya sudah selesai menyelesaikan masalah. Namun, faktanya malah lebih parah dari sebelumnya.
"Padahal kemarin yang bilang gak tertarik itu Langit…" dengus Reyhan yang akhirnya ikut duduk di lantai sambil melihat lembaran kertas bertumpukan, seluruh informasi dari seorang Athalia Ledger.
"Iya… Taunya sahabat lo bulol," Haekal menatap Langit yang masih duduk di depan laptopnya dan Jevano yang menemani lelaki itu.
Kedua lelaki itu cengegesan sambil membuka berapa puluh lembaran kertas yang tertumpuk. Langit yang sekilas menatap mereka kembali memfokuskan padangannya dengan berkas yang ia sudah dapati, tapi tentunya semua isinya sama.
Semua berkas perempuan itu, seperti dicetak dengan template yang sama, tidak ada informasi penting yang harus diketahui, tidak ada berita mencurigakan yang harus diwaspadai, sama sekali bersih.
"Jev, beneran. Apakah tidak ada informasi apapun dari rumah sakit manapun?" Langit bertanya kepada temannya dan tentunya Jevano menggelengkan kepala.
"Selain dirinya yang pernah dirawat karena masalah kesehatan kecil, tidak ada informasi besar yang harus lo ketahui," Jawab Jevano, "Bersih, orangnya beneran sangat tertutup."
"Eala lo juga ngapain, Git." Jawab Haekal yang masih sibuk melipat kertas menjadi perahu, "Cari informasi orang, katanya gak tertarik tapi sudah melebihi FBI."
"Gue setuju, lo kalau tertarik ya mainnya jangan kayak FBI anjir… ngeri. Coba kalau si Athalia tau lo lagi coba-coba cari informasinya, lo pikir dia mau sama lo?"
Langit yang akhirnya menatap sinis kedua temannya hanya menghela nafas dengan keras dan mengusap dahinya yang mulai sakit. Dirinya sudah beberapa hari ini terjaga, tidak bisa tidur karena selalu merasa janggal.
"Diem." Jawab Langit langsung, "Kalian gatau seberapa pusingnya, disangkal bukan diri sendiri."
Ketiga lelaki itu langsung terdiam dengan ucapan lelaki itu.
Jevano menatap kedua temannya yang masih bungkam, "Langit, siapa Athalia Ladger untuk lo?"
Lelaki itu pun juga terdiam, tidak mengerti mengapa dirinya sangat ingin tau tentang perempuan ini. Tanpa disadari dirinya telah menghabisi waktu untuk perempuan yang bahkan ia tidak kenali sama sekali.
"Dia mainan baruku, kelihatannya gampang untuk mencari cara untuk membuatnya menutup tokonya dengan cepat."
Jawaban Langit membuat ketiga temannya itu mengernyit dahi. Sebelum salah satu dari mereka bertanya lebih lanjut, mereka menatap Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.
Reyhan dan Haekal yang menatap lelaki itu langsung menganggukan kepala mereka, "Kal, Bokap lo masih punya kenalan sama chef yang terkenal itu gak?"
"Oh, ada harusnya gue telponin dulu," Haekal yang langsung beranjak dari sofa langsung mengkontak orang.
"Jev, lo tau kan tempat yang bagus yang mana? Langsung aja telpon, takut full, nanti gak dapet tempat –"
"Apa yang kalian lakukan?" Langit yang kebinggungan dengan tingkah teman-temannya. Reyhan yang langsung tersenyum geli hanya menatap Langit dan menggelengkan kepala.
"Gue serahin ke lo Jev." Jevano yang menganggukan kepala hanya membiarkan Reyhan keluar dari tempat.
"Katanya lo mau tau tentang Athalia, ya gini caranya –"
"Biarkan aku yang ngurus Jev, kalian gak usah ikut-ikut." Jawab lelaki itu dengan gampang, "Ini urusan ku dengan perempuan itu."
"Sejujurnya, kenapa lo ingin banget kenal sama perempuan itu?" Tanya Jevano sekali lagi, ingin mendengar alasan sejujurnya. Dari ketiga temannya itu, Jevano memang sudah terkenal bisa membaca orang dengan cepat, terlebih mereka sudah sangat dekat. Tidak ada yang bisa terlewatkan oleh Jevano, sekalipun itensi yang buruk, pasti memiliki awal yang baik.
"Dia adalah manusia paling gak sopan." Jawab Langit dengan perlahan, "Orang yang tidak punya sopan santun, tidak bisa berbisnis dengan baik karena tidak professional. Orang yang hanya bisa lari dari segala masalah."
"Tapi dia orang yang aku khawatirkan. Orang yang tidak punya sopan santun itu memiliki hati lebih besar dari orang yang pernah aku temui, orang yang tidak professional karena dia tidak bisa berdamai dengan diri sendiri. Jadi mengharuskan dirinya untuk menghilang sebagai cara dia bertahan selama ini. Orang yang harus memikul beban berat."
Langit menatap ke Jevano, "A person, I somehow so interested in, somehow, she's worth to invest to, I would be happy to know. I existed in her life. Sadly, her beautiful smiles are the only that's hiding her pain."
"Makanya gue minta tolong lo sama yang lain, let me handle this myself. Aku ingin tau, seberapa besar luka di hati perempuan itu, hingga cuman ada satu orang dikepalanya setiap kali dirinya susah untuk memikul beban itu."
"Siapa?" tanya Jevano dengan perlahan-lahan.
"Namanya, Laskar Alwandra. Kayak ngecari orang hilang, Jev. Orang yang somehow bisa membuat anak orang menangisinya dengan segitu hebatnya. Aku mau tau semua tentang perempuan itu, tapi sebelum itu, aku harus tau siapa Laskar Alwandra. Because she couldn't just see me, as if she saw a ghost."
Jevano yang mendengar pernyataan dari lelaki itu, akhirnya bungkam dan tidak tau harus berkata apalagi.
Apa yang harus dibahas? Sooner or later, semua akan bakal ketahuan, Batin Jevano, karena ini memang sudah jalan ceritanya bukan?
"What do you know about him?" Tanya Jevano sembari duduk lagi di sofa.
"Nothing." Jawab Langit dengan kesal, "Sialan itu, somehow he doesn't exist. Dia tidak pernah ada di dunia ini, bahkan tidak ada berkas sama sekali tentangnya. Oleh karena itu, aku mencoba mencari secuil informasi dari Athalia, tentunya tidak ada. Laskar only exist in her mind."
"Atas dasar apa?" Saut Jevano dengan cepat, "Hanya karena dirinya tidak ada berkas, bukan berarti tidak ada Langit. Hanya karena hidupnya tidak pernah ditulis di selembar kertas, bukan berarti dirinya tidak pernah ada."
"Terus? Mana ada orang yang bisa hidup seperti itu? Seperti hantu."
"Siapapun bisa, lo gatau apa yang bisa dan tidak bisa dunia ini." Jawab Jevano, "If he's not real. Athalia gamungkin menangis cowok itu. Lo tau sendiri kan? Lo yang bilang, perempuan itu memikul beban berat, apa ada juga orang yang hidup seperti itu, apa dia berbohong?"
"The only person who knows Laskar Alwandra is Athalia Ledger. Lo mau tau tentang lelaki itu, lo tanya ke Athalia."