Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Last War: ARMAGEDON (Bahasa Indonesia)

🇮🇩ImCha
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.9k
Views
Synopsis
Monster bermunculan dari tanah, air dan, langit. Monster monster yang hanya ada di buku legenda atau sejarah muncul di muka bumi. Naga berterbangan di langit, menghalangi sinar matahari, kehadirannya mengintimidasi setiap manusia yang melihatnya, dinosaurus purba mulai kembali terlihat di mata manusia, mengancam eksistensi manusia. Manusia yang dulunya adalah raja dari rantai makanan, sekarang menjadi mangsa para predator. Bumi sudah hancur, peradaban dunia sudah musnah, tidak ada lagi negara maju seperti Amerika, negara dengan alat tempur terbaik seperti Korea Utara dan Israel sudah tidak bisa memberi harapan, negara dengan teknologi tinggi di Asia Timur tidak dapat berbuat apa-apa. Uang sudah tidak memiliki nilai, manusia sudah tidak memiliki harga diri, menjual dirinya sebagai pemuas nafsu, menjadi seorang budak, hanya untuk sebuah makanan, berharap kepada pemerintah? Kau bercanda? Berharap kepada pemerintah sama saja kau seperti menelan racun arsenic sedikit demi sedikit. Sekarang sudah tidak ada lagi negara damai, manusia yang selalu tersenyum bahagia sudah musnah! Sekarang hanya ada penyiksaan dan kematian! Membunuh atau dibunuh, nyawa manusia sekarang adalah hal yang tidak memiliki harga, KIAMAT, hanya satu kata itu saja yang bisa menggambarkan posisi bumi saat ini. Para malaikat menatap sedih para manusia yang semakin hari semakin terpuruk, dengan persetujuan para Archangel dan Sang Mahakuasa. Mereka mebagikan sebagian kekuatan mereka kepada umat manusia agar mereka dapat bangkit dari keterpurukan dan mendapatkan kedamaian yang abadi. Dan dari sinilah perjalanan umat manusia terakhir dimulai.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prologue

Seorang pria terlentang di atas tanah yang mengapung di antara lava yang membara seolah siap menelannya. Pria itu tersenyum pahit, melihat takdirnya yang begitu menyedihkan. Kematian siap datang kapan saja untuk menjemputnya. Dia menutup matanya. "Apa ini akhirnya? Bodohnya aku termakan rayuan sij*lang bodoh itu". Dia mengedipkan matanya beberapa kali, menghela nafas berat.

Tanah yang ditidurinya terkikis, kakinya menyentuh lava dan mulai terbakar, namun dia tidak merasakan apapun selain rasa sedih dan penyesalan yang begitu besar di dadanya. Seluruh anggota tubuhnya sudah mati rasa.

"Andai saja aku mendengar ucapan bocah itu dulu, mereka mungkin masih ada samapai sekarang disisiku, bagaimana bisa aku melupakan mereka dan berdiri bersama para pengkhianat itu?"

"HA HA HA HA HA hiks hiks" Tawa sedihnya terdengar keras, air mata yang dia kira tidak akan keluar, mengalir deras melalui pipi tirusnya. Ya, dia menangis kencang, menyesali setiap perbuatannya dahulu. Seolah mengerti keadaannya, langit menurunkan hujan, namun apalah daya sebelum menyentuh permukaan air hujan langsung menguap begitu saja karena panasnya lava.

'bahkan alam tidak berpihak kepadaku', pikirnya.

Menutup matanya rapat, tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Tanah yang ditumpanginya mulai tenggelam, sudah tidak dapat bertahan.

'inilah akhir hidupku'.

.

.

.

.

"Itu bukanlah akhir hidupmu, namun itu adalah awalan hidupmu".

Suara samar-samar terdengar di telingaku. 'bukankah aku sudah mati?'.

Aku bersusah payah membuka mataku secara perlahan. Di depannya nampak orang berjubah putih dan ada sayap di belakangnya. 'Malaikat?' pikirku singkat. Aku melihat kesekelilingku dan melihat ada banyak sekali malaikat menatapku, beberapa diantaranya memiliki sayap yang lebih besar dari pada yang lain dan nampak lebih berwibawa. Sepertinya saat masih kecil aku pernah membaca tentang mereka, archangel? Kalau tidak salah itu julukan mereka. Entahlah aku lupa karena sudah lama sekali aku tidak pergi ke gereja. Sekarang aku harus mengamati keadaanku saat ini. Surga? Tidak suasananya terlalu sedih untuk dikatakan sebagai Surga.

"Hai anakKu yang malang". Suara besar terdengar bergema di kepalaku. Aku melihat para malaikat menunduk merasa segan. 'mungkinkah?'

"Malang sekali nasib anakKu yang ini". Jangan diperjelas, aku tau nasibku sangat menyedihkan. Hatiku suntuk namun aku tidak berani mengungkapkannya.

"Kau melakukan banyak kejahatan di akhir hidupmu, namun Aku juga melihat banyak sekali perbuatan yang kau perbuat selama ini". SuaraNya terhenti sejenak seolah memberiku kesempatan untuk bernafas. "Maka dari itu Aku akan memberikanmu kesempatan untuk memulai kembali, jadi manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya". Suara itu menghilang dari kepalaku, dan para malaikat menegakkan badannya kembali. Salah seorang malaikat tinggi datang menghampiriku sembari menjulurkan tangannya.

"Mari!" Katanya.

Aku meraih tangannya, lalu tiba-tiba kami berpindah tempat. Di sekelilingku berlangit hitam bertabur bintang-bintang, sangat indah. Lalu aku melihat sebuah bintang meledak dengan kekuatan yang sangat dasyat, aku baru pertama kali melihat hal tersebut di sepanjang hidupku. Debu-debu bintang itu berceceran kemana saja, memenuhi angkasa. Tidak lama kemudian debu bintang itu tersedot kesebuah lubang, dan intensitas kekuatan serta ukuran lubang itu semakin besar, menyerap segala yang berada disekitarnya. 'lubang hitam' Pikirku. Termenung melihat fenomena yang sangat luar biasa, membuatku tidak sadar bahwa posisi kami sangat dekat dengan lubang hitam tersebut.

"Ma-malai-" aku menoleh kebelakang, terbelalak karena tiba-tiba malaikat yang bersamaku sudah menghilang. 'Sial!' Tanpa butuh waktu yang lama badanku tersedot lubang itu.

'Apa aku akan mati lagi?'

.

.

.

.

.

.