Chereads / Summoning Erebea / Chapter 2 - Chapter 1

Chapter 2 - Chapter 1

Ibukota Amanoki, Kerajaan Fenn.

5 Greguary, 1639.

1200.

Raja Shihan nampak sedang berkumpul dengan orang-orang penting lainnya di pemerintah Kerajaan Fenn dan juga Militer Fenn, mereka berdiskusi mengenai dua mahluk yang terbang di atas Amanoki sekitar setengah jam lalu.

"Jadi, apa mahluk itu menurut kalian?" Tanya Shihan.

"Jika menurut saya Yang Mulia, itu kemungkinan biakan baru Wyvern Parpaldia yang digunakan untuk menyerang kita nanti!" Ucap seseorang dari pihak Militer.

"Menurut saya, Yang Mulia, mahluk itu mirip dengan pesawat terbang milik Mu yang aktif di Angkatan Udara mereka." Ucap seseorang dari Menlu.

"Jadi... Apapun atau siapapun yang mengirim itu dapat mengancam kita huh... Tidak mungkin kalau itu Mu, mereka terlalu jauh dari kita, kemungkinan dari Parpaldia... Jika memang, maka kita tidak bisa apa-apa." Ujar Shihan dengan sedih.

Mereka semua pun murung dan memutar otak tentang bagaimana caranya untuk menanggulangi masalah ini. Dan tanpa mereka sadari, sekitar 8 kilometer dari Amanoki, sudah ada Armada Ekspedisi dari negara yang bukan berasal dari dunia ini.

RES Dralkira yang berada di posisi paling depan sudah dapat melihat dataran baru dan memberikan data tersebut ke seluruh kapal di Armada ini, ternyata laporan dan data dari kedua F-35MC yang dikirim adalah akurat.

Laksamana Madya Thames nampak memerhatikan dataran tanah baru dari kejauhan, dia saat ini berada di RES Gregory, kapal bendera dari Armada Ekspedisi ini. Dia melihat ke kanan dan sudah ada RES Aquilon yang berjarak sekitar 700 meter saja, semua kapal-kapal di Armada Ekspedisi kini berdekatan dengan satu sama lain dan membentuk semacam formasi Berlian.

"Pak, 3 kilometer lagi kita akan sampai di Kota ini, dua F-35MC kita meminta izin untuk mendarat dan nampaknya perairan disini cukup dangkal... Kita tidak akan bisa mendekat lagi setelah satu kilometer." Ujar sang Kapten kapal sekaligus XO dari Laksamana Thames.

"Dimengerti, terus dekatkan kita ke Kota itu, setelah berhenti bunyikan klakson kapal untuk menarik perhatian mereka, apakah LCAC kita sudah siap untuk berangkat?" Tanya Thames.

"Sudah siap berangkat, pak. Diplomat serta pengawalan juga sudah dibawa ke RES Acanthus untuk menaiki LCAC." Ujar sang Kapten.

"Bagus kalau begitu."

Mereka menunggu sesaat dan akhirnya mereka berhenti tepat 1,5 kilometer dari kota yang sedang mereka tuju dan langsung membunyikan klakson kapal yang menggelegar, setelah itu, satu unit LCAC yang membawa dua APC Dragoon dan sekitar satu peleton Marinir Erebea, sang Diplomat dan pengawalnya juga berada di sana.

Dari dek RES Aquilon, salah satu kapal induk super kelas Chartelot yang juga ikut dikirim, lima AMH-1Z Viper terbang dalam formasi V dan mengawal LCAC tersebut sampai ke daratan. LCAC tersebut pun sampai di pantai dekat Kota yang mereka tuju dan dari sana sudah ada ratusan warga sipil yang mengerumuni tempat mereka, mereka nampaknya sangat syok dan heran akan kendaraan yang mereka bawa.

Putri Selina yang berada di dalam APC Dragoon pun merasakan kalau pintu LCAC sudah diturunkan dan APC yang dia naiki perlahan menuruni LCAC tersebut dan menyentuh daratan, mereka berhenti sejenak dan Putri Selina memutuskan untuk keluar dari APC bersama dengan Hanson dan para Marinir Erebea.

Selina menghirup udara segar dan menganggukkan kepalanya, tempat ini steril.

"Tempat ini luar biasa, udaranya segar dan tidak berpolusi... Hmm pemandangannya juga mirip Fuso saat zaman Edo, bukan?" Ucap Selina.

"Anda benar, Yang Mulia. Namun nampaknya warga setempat penasaran akan kita, semoga pihak pemerintahan segera datang agar kita bisa cepat melakukan hal ini." Ujar Hanson tidak nyaman saat melihat banyak sekali warga setempat yang memperhatikan mereka.

Tidak berselang lama, muncul sekelompok orang yang memakai baju perang ala Samurai, pria pemimpin dari kelompok ini bernama Koharu.

"Salam, pendatang asing... Apa tujuan kalian datang ke negara kami yang damai ini." Ucap Koharu dengan hati-hati.

"Salam juga kepada anda, saya adalah Selina Lunaria Selachimorpha, saya adalah diplomat dari Republik Erebea dan kemari untuk membuka hubungan diplomatik dengan kalian." Ujar Selina sambil tersenyum. Walaupun begitu, dia dan orang-orang Erebea lainnya terkejut tidak ada penghalang dalam bahasa.

Para Samurai merona dan Koharu harus menenggak ludahnya, Selina adalah wanita yang sangat cantik namun mereka harus sadar diri saat melihat para Marinir Erebea dan Hanson yang berdiri di belakang Selina dan menatap tajam ke arah mereka. Dan lagi, Selina adalah 'tamu' negara, tidak mungkin mereka melakukan hal yang tidak sopan kepada seseorang sepenting itu.

"Ahh... Begitu, kalau begitu anda bisa mengikuti saya menuju Istana Raja kami." Ucap Koharu.

"Pimpin jalannya."

Koharu beserta prajuritnya pun memimpin Delegasi Erebea yang dikawal dengan dua APC Dragoon dengan meriam otomatis kaliber 36mm yang siap mengoyak siapapun yang mencoba melakukan sesuatu yang lucu. Setelah beberapa menit berjalan, mereka sampai di Istana Raja Shihan dan mereka langsung masuk ke dalam untuk bertemu dengan sang Raja Pedang.

Raja Pedang Shihan nampak sedang duduk ala Dogeza di karpet tatami yang dia sukai, ada beberapa orang kepercayaan nya di sampingnya. Saat Selina masuk bersama Hanson dan dua Marinir serta Koharu.

"Yang Mulia! Saya berhasil membawa diplomat dari... Gerombolan kapal baja yang berada di lepas pantai kita." Lapor Koharu.

"Bagus, Koharu! Aku bangga padamu." Ujar Shihan dengan bangga.

"Tamu yang terhormat, silahkan duduk, maaf jika tempat kami terlalu sederhana dan harus duduk di lantai." Ujar Shihan.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia... Ini hal yang cukup familiar juga di Negara kami." Ucap Selina dengan hati-hati.

"Ah iya, mengenai negara kalian... Apa nama negara asal anda dan juga nama anda sendiri?" Tanya Shihan.

"Ah, iya, dimana sopan santun saya, Nama negara saya adalah Republik Erebea, dan saya sendiri adalah Selina Lunaria Selachimorpha, senang berkenalan dengan anda, Raja Shihan." Ujar Selina dengan penuh hormat.

"Hmm! Aku suka sikapmu, baiklah... Jadi tujuan kalian datang ke negara kecil kami itu apa?" Tanya Shihan.

"Tujuan kami datang kemari untuk membuka hubungan diplomatik dengan kalian dan ingin membeli pangan dari negara anda dan melakukan hubungan dagang, lebih lengkapnya ada disini." Ujar Selina sambil mengambil sekumpulan kertas yang ada di tasnya, dan memberikan kertas tersebut ke Raja Shihan.

Raja Shihan pun membaca kertas tersebut dengan seksama dengan perdana menteri nya dan orang-orang kepercayaan nya yang lain juga diberikan kertas untuk dibaca, setelah beberapa saat membaca, Shihan berbicara.

"Kami dapat membantu di bidang perikanan, mengingat hasil Ikan kami selalu saja melimpah, kalau soal... Mineral yang anda minta ini, seingat saya ada yang mirip di Gunung dekat Nishinomiyako, dan untuk pangan saya tidak bisa membantu." Ujar Shihan sambil menaruh kertas tersebut.

"Huh? Kenapa begitu?".

"Nyonya Selina, negara kami adalah negara yang bekerja di sektor perikanan, jika soal pakan... Kami saja masih impor dari negara tetangga, Qua-Toyne, mereka dapat menjadi solusi dari masalah kalian." Ujar Shihan memberikan solusi.

"Itu... Sangat membantu, tapi perjalanan kami tidak ke sana setelah dari sini." Ujar Selina menghela nafas kecil.

"Jadi, tujuan kalian setelah negara kami adalah?" Tanya Shihan.

"Ah, negara yang ada di Benua ini." Ujar Selina sambil menunjukkan peta dunia yang baru saja didapatkan dari AARE sehari sebelum keberangkatan, mereka bekerja dengan cukup cepat.

"Peta dengan kualitas yang luar biasa... Tapi tunggu.. Seperti ada yang kurang, maaf jika saya lupa bertanya, Republik Erebea ini negara darimana? Seingat saya tidak ada negara dengan nama itu." Ujar Shihan dengan curiga.

"Itu... Sangat sulit untuk dijelaskan, kami sebenarnya bukan dari dunia ini, melainkan dunia lain." Ujar Selina memberitahu kebenarannya.

"Dari dunia lain? Maaf nona Selina, tapi itu kedengarannya sangatlah mustahil, tidak ada sihir di dunia ini yang sehebat itu." Ujar Shihan merengut.

"Anda memang benar, tapi inilah realitanya, kami saja bingung kenapa ini semua terjadi.... Apa beberapa hari lalu kalian melihat kilatan cahaya di malam hari?" Tanya Selina.

"Ada, saat itu aku sedang melihat Bintang, namun secara tiba-tiba muncul cahaya terang dari arah Timur, aku penasaran itu sebenarnya apa.... Apakah itu kalian?" Tanya Shihan.

"Benar, Yang Mulia, itu nampaknya adalah kedatangan kami ke dunia kalian... Maaf jika sempat menganggu." Ujar Shihan.

"Ahahaha, tidak apa-apa... Jadi, setelah ini kalian mau ke Kekaisaran Parpaldia?" Tanya Shihan tertarik.

"Jadi itu nama negara ini... Kekaisaran huh, sepertinya di setiap dunia kami harus selalu berurusan dengan Kekaisaran, huh." Komen Selina dengan pahit.

"Tapi, perjanjian dagang ikan kita tetap bisa, kan?"

"Tentu saja Nyonya Selina, tapi kami akan sedikit kesulitan di bagian pengiriman, mengingat mayoritas kapal kami hanya dapat membawa beban paling banyak 30 Ton saja dan juga pelabuhan kami tidak dapat melakukan ekspor secara masif, mengingat negara kami sedikit tertinggal dalam soal teknologi." Ujar Shihan sambil mengelus dagunya.

"Terkendala disitu huh... Baiklah nampaknya itu dapat diatur, pemerintah kami mungkin akan bersedia membantu kalian di bagian renovasi Pelabuhan, jalan dan hal yang diperlukan untuk memungkinkan perdagangan antara kedua belah pihak." Ujar Selina dengan pede.

"Baiklah kalau begitu, deal?" Shihan menjulurkan tangannya..

"Deal." Mereka berdua pun berjabat tangan dan momen itu langsung dipotret oleh salah satu Marinir yang membawa kamera.

Lalu mereka berfoto semua sambil memegang perjanjian yang baru diresmikan, Bulan depan direncanakan Gedung Kedutaan besar Erebea akan dibangun di Amanoki begitu juga sebaliknya, Gedung Kedutaan besar Kerajaan Fenn akan dibangun di salah satu gedung kosong di Ibukota Ereberium.

Setelah menandatangani perjanjian tersebut, Raja Shihan menawarkan untuk menginap di Istana nya, namun Selina dan delegasi nya menolak, mereka ingin sesegera mungkin ke Kekaisaran Parpaldia lalu ke Qua-Toyne.

Pada hari yang sama namun pada malam hari, delegasi Erebea langsung kembali berangkat ke Kekaisaran Parpaldia. Perjalanan mereka hanya memakan satu hari saja dan pada pagi hari, mereka sudah 15 kilometer dari Pelabuhan Kota Esthirant, mereka mengetahui nama kota tersebut dari Raja Shihan.

Laksamana Thames melihat kearah kota tersebut dengan kagum, mirip dengan lukisan dari Museum, Orang-orang di dunia ini nampaknya memiliki keseimbangan kekuatan yang berat sebelah.

"Laksamana, empat kapal mendekati kita dari Kota bernama Esthirant, kontak visual dan juga radar mengkonfirmasi hal ini." Ujar XO nya.

"Jadi mereka yang langsung mendatangi kita ya, menarik... Persiapkan megafon, aku akan berbicara dengan mereka agar mereka mengerti." Ucap Laksamana Thames.

"Siap! Oh dan uhmm, Putri Selina meminta izin untuk memasuki anjungan." Ujar sang XO.

"Biarkan dia masuk, akan lebih mudah jika ada dia." Ucap Laksamana Thames dengan malas.

Dari pintu anjungan yang terbuka, muncul Putri Selina bersama Hanson, sang pengawal. Mereka nampaknya baru saja bangun tidur.

"Laksamana Thames, bagaimana kondisinya?" Tanya Selina sambil melihat keluar anjungan, kota Esthirant benar-benar sangatlah indah.

"Sejauh ini aman saja, mereka mengirim empat kapal kearah kita, kemungkinan mencoba mencegat kita. Aku akan mencoba berbicara dengan mereka melalui megafon dan aku harap mereka mengerti." Ujar Laksamana Thames.

"Tenang saja, Laksamana, mereka memiliki bahasa yang sama dengan kita dan lagi, Orang-orang yang sejenis ini gampang memanipulasi mereka, puji saja mereka terus sampai mereka lalai... Dan saat mereka lalai kita dapat menerkam mereka layaknya Macan... Heheh..." Tawa Selina dengan tatapan gila..

Laksamana Thames, para staf di sana dan juga Hanson merinding melihat tatapan Selina, itu bukan lagi tatapan seorang tuan putri yang anggun dan bermartabat, melainkan seekor hiu yang siap memangsa seekor ikan yang tidak tahu apa-apa. Sekarang semua orang di anjungan mengerti mengapa Kemenlu mengirim Putri Selina untuk melakukan perundingan dengan negara-negara yang berasal dari planet ini.

"Ah iya, Laksamana Thames, dimana pesawat yang saat ini melakukan CAP?" Tanya Selina.

"Ah, sekitar beberapa kilometer dari sini, kenapa?" Tanya Thames dengan heran.

"Aku ingin para pilot tersebut melakukan flyby dengan sonic boom tepat di atas kota tersebut." Ucap Selina dengan santai.

".... Anda ingin memulai perang atau sesuatu?" Thames tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.

"Tentu saja tidak, jika menurut informasi dari yang kami dapatkan dari Kerajaan Fenn, Kekaisaran Parpaldia ini sangatlah arogan dan mempunyai isu dalam superioritas, mereka merasa yang terbaik di wilayah ini jadi kita harus melakukan hal yang sama, menunjukkan superioritas kita kepada mereka dan membuat mereka mempertanyakan superioritas mereka, aku penasaran seperti apa pemimpin mereka... Heheh, ini semakin menarik saja." Laksamana Thames memandang dengan ngeri kearah Selina, ternyata benar rumornya, Orang-orang dari kemenlu itu semuanya monster.

"Baiklah, Kapten, perintahkan Gear Flight untuk RTB sambil melewati atas kota tersebut dan pastikan mereka melakukan sonic boom, semoga ini tidak menjadi suatu eskalasi." Ujar Thames khawatir.

Lima F-35MC datang dari arah timur Esthirant dan menggeber pesawat mereka di atas Esthirant dan melakukan sonic boom yang membuat kaca di bangunan kota tersebut bergoncang dengan hebat, semua orang di Esthirant dengan syok melihat ke atas, lima naga baja yang dapat mengeluarkan suara yang sangat kuat baru saja melewati kota mereka, kepanikan mulai terjadi di kota akibat insiden yang disengaja ini, pihak kepolisian serta Militer Parpaldia yang hadir di kota tersebut mencoba menenangkan penduduk.

Thames lalu mengambil radio yang sudah siap lalu berbicara.

"[Ini adalah Armada Ekspedisi Republik Erebea, disini adalah RES Gregory, salam hangat dari tetangga baru anda!]"

Pesan tersebut tentu langsung dapat di dengar oleh para pelaut Parpaldia yang berada di kapal yang mencoba mendekati segerombolan kapal-kapal baja raksasa. Commodore Whitehall, pemimpin dari skuadron kapal perang Kekaisaran Parpaldia, mendengar pesan tersebut langsung membalas pesan tersebut, mengingat pihak dari Armada kapal perang baja ini menggunakan alat sejenis Manacomm.

"[Disini HMPS Flamingo dari Skuadron kapal perang kedua belas Kekaisaran Parpaldia, salam hangat juga tetangga baru... Apa tujuan anda kemari?" Tanya Commodore.

"[Terimakasih atas sambutannya, kami kemari untuk melakukan hubungan diplomatik dengan Kekaisaran seperkasa kalian ini, kami mendengar kalian yang terkuat disini, jadi kami memutuskan untuk berkunjung kemari.]" Ujar Thames dengan hati-hati memilih kata yang akan dia ucapkan.

"[Dimengerti, mohon ikuti kami, kami akan menuntun kalian menuju Pelabuhan, Flamingo, out.]" Commodore Whitehall mematikan komunikasi dan memberi perintah kepada anak buahnya.

"Baiklah anak-anak... Jujur aku tidak tahu siapa mereka, tapi jika dilihat mereka memiliki kapal yang jauh lebih besar dan mempunyai meriam yang sangat besar, walau ada beberapa kapal mereka yang aneh memiliki satu meriam, kita tidak boleh gegabah, tangani mereka dengan seksama. Kemudi! Belok kanan 180 derajat, kita punya tamu dan juga petugas Manacomm, tolong hubungi markas untuk mengirim perwakilan dari Kementerian Luar negeri departemen Pertama, nampaknya kita akan berurusan dengan negara superpower... Tapi darimana asal mereka?" Commodore Whitehall melihat kembali kearah kapal baja yang memiliki dek kapal yang rata, kemungkinan tempat mereka untuk menerbangkan wyvern/naga mereka.

Armada Ekspedisi Erebea pun mengikuti Skuadron kapal perang yang dipimpin Commodore Whitehall menuju Pelabuhan Esthirant, secara mengejutkan, kapal-kapal mereka dapat bersandar di pelabuhan mereka, mereka sempat bingung mau parkir dimana, ternyata pelabuhan mereka cukup dalam untuk kapal perang Angkatan Laut Erebea.

Elevator dari RES Gregory turun secara perlahan, dengan dua unit Humvee yang memiliki cat kamuflase hutan. Saat sudah dapat turun, mereka segera turun ke Pelabuhan Esthirant dan memperhatikan sekitar, tempat ini benar-benar membuat mereka seperti di zaman kolonialisme dulu.

Lalu dari kejauhan, Selina dan Hanson melihat sebuah kereta kuda yang mendekat, nampaknya mereka benar-benar belum melalui Revolusi Industri. Kereta kuda tersebut berhenti dan pintunya terbuka, yang keluar dari sana adalah seorang wanita cantik di umur 20an awal berambut perak dan mata yang memiliki warna yang sama dengan rambutnya, secara keseluruhan dia adalah bangsawan.

Selina yang melihat ini tertawa dalam hatinya, dia sudah memenangkan pertempuran ini. Selina berjalan maju dan mengangkat sedikit ujung roknya dan membungkuk, selayaknya seorang Bangsawan. Kebetulan sekali dia tidak memakai jas kali ini, dan nampaknya wanita bangsawan yang keluar dari kereta kuda tersebut terkesan akan tata krama dari Selina.

"Sungguh, tata krama yang luar biasa, aku terkejut masih ada orang-orang yang bisa bertata krama seperti kamu di dunia ini, perkenalkan Aku adalah Putri Remille, calon istri dari Kaisar Ludius, pemimpin Kekaisaran Parpaldia." Ujar Remille yang mengikuti Selina untuk membungkuk ala bangsawan, namun bedanya Remille tidak terlalu bungkuk, menunjukkan dia punya isu superioritas.

"Terimakasih atas sambutannya dan membuat anda lelah-lelah datang kemari untuk menyambut kami, perkenalkan saya adalah Putri Selina Lunaria Selachimorpha dari Republik Erebea, kami adalah negara baru yang ingin melakukan hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Parpaldia." Ujar Selina sambil meluruskan badannya.

"Melakukan hubungan diplomatik, huh... Tapi, kalian ini sebenarnya darimana? Mu? Mirishial? Karena seingatku, di daerah sini belum ada yang mempunyai kapal monster seperti milik kalian itu, apakah kalian semacam negara boneka?" Tanya Remille blak-blakan.

"Ahahah, tentu saja bukan, kami saja tidak mengenal mereka, tapi saya akan menceritakan cerita penuh apa yang sebenarnya terjadi dan apa negara kami ini." Ujar Selina dengan kalem.

"Hmph, baiklah kalau begitu, silahkan ikuti aku menuju Gedung Kementerian Luar negeri." Ujar Remille sambil menaiki kereta kudanya, dia juga memberi isyarat agar Selina mengikutinya, yang mana Selina langsung ikut masuk.

Hanson menghela nafas dan segera menaiki Humvee yang diturunkan dari RES Gregory, dan segera mengikuti Kereta kuda tersebut dari belakang. Perjalanan ini akan sedikit memakan waktu....

Istana Negara Alfheim, Ibukota Ereberium, Republik Erebea.

6 Greguary, 1639.

1230.

Presiden Zahur nampak sedang menggunakan laptop ÆGIR untuk membaca laporan yang terus saja masuk dari berbagai departemen, yang paling banyak berasal dari Departemen Luar Negeri, nampaknya mereka sukses untuk membuka hubungan diplomatik dengan salah satu negara yang asli penduduk planet ini, namun masalah pangan mereka belum selesai dan kini Armada Ekspedisi sibuk berurusan dengan suatu Kekaisaran di Barat negara mereka.

"Lagi-lagi berurusan dengan Kekaisaran, sial amat nasib." Gerutu Zahur.

Namun yang membuat dia pusing adalah, dia harus mengorganisir Armada Ekspedisi yang baru untuk sesegera mungkin mengontak Negara yang bernama Qua-Toyne di Barat Daya negara mereka, malahan sangat dekat lagi, Orang-orang dari Provinsi Agrares saja dapat melihat siluet daratan dari kejauhan sangking dekatnya mereka dengan Qua-Toyne ini.

"Kalau tahu gitu mending aku kirim langsung ke sana, mana pesawat lagi pada di hangar lagi, hadeh... Aku harus menghubungi Marsekal Delmuth untuk mengurus jadwal patroli udara, dan lagi, publik semakin resah dan ini akan berakibat sangat fatal..." Zahur terus saja berbicara dengan dirinya sendiri hingga tidak sadar kalau Jenderal Alex, Kepala staf angkatan darat baru saja masuk.

Beliau ini adalah Demi-Sapien Singa, wajahnya mempunyai bekas sayatan akibat operasi militer yang dulu dia jalankan mengingat beliau ini adalah mantan pasukan khusus yang berpartisipasi dalan Perang Darkila ketiga, namun rambut di sekitar wajah dan kepalanya itu terlihat sangatlah empuk serta lembut.

"Ekhem, Pak Presiden, saya sudah disini atas permintaan anda, ada apa?" Tanya Jenderal Alex dengan heran.

"Ah, Alex, silahkan duduk... Aku ingin melakukan perbincangan cukup panjang dengan mu." Ujar Zahur meluruskan badannya.

"Baik pak, apa itu?"

"Alex... Bagaimana menurut mu atas kesiagaan tempur seluruh angkatan bersenjata kita?" Tanya Zahur dengan serius.

".... Jujur, pak, walau kita adalah Negara superpower, kesiapan tempur kita cukup rendah dan lagi, kita hanya memiliki sekitar 1 juta personel aktif di seluruh matra dan juga perlengkapan perang kita banyak yang kurang perawatan atau bahkan tidak mencukupi untuk rekrutan baru, saya harus mengatakan kalau Militer kita kini dalam keadaan yang mengenaskan, bahkan lebih parah dari keadaan sebelum Perang Darkila keempat tujuh tahun lalu. Kenapa anda tiba-tiba bertanya?" Tanya Alex khawatir.

"... Aku hanya ingin memastikan kalau kita siap untuk melawan siapapun yang mengancam kedaulatan negara kita, Alex... Apalagi dengan Kekaisaran Parpaldia yang sangat dekat dengan kita, memang sih teknologi mereka itu masih Pra revolusi Industri, tapi tetap saja, mereka adalah superpower di dunia ini... Kita harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan penduduk lokal." Ucap Zahur sambil mengetik sesuatu di laptop nya.

"Jadi... Anda ingin merenovasi Militer kita atau sesuatu?" Tanya Alex.

"Ya, benar sekali... Aku akan menaikkan anggaran semua matra Angkatan perang kita, sudah waktunya Republik Erebea menunjukkan taringnya kembali, Jenderal Alex, aku ingin Divisi Kedua dan Keempat bersiap siaga untuk aksi secepatnya, aku merasakan hal yang buruk akan terjadi." Ujar Zahur.

"Siap, pak! Apakah perlu saya memobilisasi Batalyon lapis baja kedua dan Batalyon artileri ketiga juga?" Tanya Alex lagi.

"Tidak perlu, tapi persiapkan tiga resimen Infanteri pegunungan, skill mereka akan sangat dibutuhkan... Dan dimana Jenderal Owen? Aku ingin para SCAR mulai melakukan pengintaian di... Qua-Toyne ini." Ucap Zahur.

"Jenderal Owen saat ini sedang berada di Khemnasu, lebih tepatnya di padang Pasir Khemnasu." Balas Alex.

"Ngapain dia di sana?"

"Ahh dia saat ini sedang menghadiri dan menonton latihan terakhir rekrutan SCAR yang saat ini sedang melakukan Hell's week, seharusnya besok dia sudah bisa menemui anda." Ucap Alex.

"Bagus kalau begitu, kamu boleh pergi, detailnya akan aku kirim melalui Email." Alex menganggukkan kepalanya dan langsung bergegas pergi.

Tak berselang lama, seorang Demi-Sapien tikus dengan pakaian jas berwarna hitam memasuki kantor Zahur.

"Muller, bisakah kau memberitahu ku kenapa kau secara mendadak hilang selama beberapa hari ini?" Tanya Zahur.

"Pak Presiden, saya baru saja menyelesaikan beberapa masalah kecil, berhubungan dengan Kapal selam siluman milik Anzeel, namun semuanya sudah beres sekarang... Jadi, ada apa anda memanggil saya?" Tanya Muller.

Zahur mengambil sesuatu dari laci mejanya dan melempar folder tersebut ke meja nya, tertulis di sana dengan jelas.

"Operation Ghost Soldier"

"Aha... Kau ingin operator dan agen ku untuk merusuh di Negeri asing yang belum kita kenal sama sekali, aku sempat berpikir kita adalah Ameriggo tadi." Ujar Muller sambil tertawa.

"Aku ingin mereka membaur dengan orang-orang di Negara bernama Qua-Toyne, kumpulkan semua informasi yang ada dan laporkan kembali ke aku, aku dengar dari Diplomat kita di Kerajaan Fenn kalau banyak penduduk lokal di Qua-Toyne adalah sejenis dengan Demi-Sapien, jadi operator Demi-Sapien mu akan sangat berguna dalam Operasi kali ini." Ujar Zahur memperjelas sedikit rencana Ghost Soldier ini.

"Menarik, baiklah, apakah SCAR ataupun Lambda akan ikut serta?" Tanya Muller lagi.

"Untuk sekarang tidak, mereka akan berpartisipasi setelah aku berbicara dengan Owen, kamu boleh pergi, Muller." Ucap Zahur.

Muller berbalik dan langsung berjalan pergi untuk menyiapkan operator dan agen terbaik yang Agensinya punya. Negara bernama Qua-Toyne ini akan merasakan kepiawaian Operator dan Agen intelijen Republik Erebea!

TBC.