Chereads / Trilogi Langgam Amerta Agni-Bara & Hima / Chapter 42 - Bab 42-Dendam dan Badai

Chapter 42 - Bab 42-Dendam dan Badai

Kata sayangku berhamburan

laksana musim penghujan

dan itu bukan basa-basi

karena aku adalah lelaki yang lama merenangi sepi

aku hanya butuh sepatah kata darimu

bukan kalimat berbuku-buku

tapi engkau enggan mengaku

sudahlah biar saja aku mati dalam rindu

Dukk..dukk!

Terdengar benturan keras saat pukulan mematikan Ayu Kinasih ditahan oleh tangan kurus Panglima Amranutta. Ayu Kinasih terjajar ke belakang. Tubuhnya terhuyung nyaris jatuh jika tidak ditahan oleh gurunya yang sekarang melotot ke arah Panglima Amranutta.

Ayu Kinasih yang biasanya tidak peduli dengan sekitar karena syaraf kewarasannya terganggu akibat peristiwa dengan Ario Langit dan disusul dengan mempelajari ilmu hitam aneh tingkat tinggi dari nenek gila sakti Matamaha Mada. Namun begitu melihat lagi Ario Langit, secercah cahaya menyakitkan seolah menggugah kesadarannya. Dia mengenali pemuda yang dicintainya sekaligus dibencinya setengah mati itu. Terbayang kembali penolakannya. Teringat betapa dia sudah terenggut kegadisannya dan bahkan hamil karenanya, membuat Ayu Kinasih kalap. Gadis itu selalu menanamkan ingatan dalam hatinya bahwa jika nanti bertemu Ario Langit, maka salah satu dari mereka harus mati supaya tuntas segala dendam di hati.

Matamaha Mada sebenarnya pernah berjumpa dengan Ario Langit di Padepokan Maung Leuweung. Namun syaraf ingatan nenek gila ini sudah putus total sehingga tidak lagi mengenali siapa Siluman Masalembu sesungguhnya. Sekarang dia baru ingat bahwa siluman mengerikan yang pernah bentrok hebat dengannya itu adalah Ario Langit. Begitu melihat muridnya menyerang Ario Langit dengan membabi buta, kembali ingatan nenek renta itu menyadari bahwa pemuda inilah asal-muasal muridnya ini hilang kewarasan. Matamaha Mada menjadi marah bukan main saat Panglima Amranutta menangkis pukulan dendam membara Ayu Kinasih ke kepala Ario Langit. Kurang ajar!

Panglima Amranutta merasakan kesiur angin keras dari sebuah pukulan dahsyat mengarah kepada dirinya. Raja Lawa Agung ini melompat tinggi ke belakang menghindar.

"Heii! Nenek gila tunggu dulu! Kenapa kau menyerangku?"

Matamaha Mada hanya terkekeh-kekeh sambil terus melakukan serangan hebat yang membuat Panglima Amranutta melompat ke sana kemari mengelak. Terjadilah pertarungan hebat tingkat antara dua tokoh sesat yang sama-sama berkepandaian sangat tinggi itu.

Melihat Ario Langit tidak ada lagi yang melindungi, kembali Ayu Kinasih menerjang maju mengirimkan pukulannya yang paling mematikan. Pukulannya bertubi-tubi mengarah kepala dan dada Ario Langit yang kembali hanya berdiam diri pasrah.

Terdengar benturan pukulan beberapa kali saat pukulan demi pukulan Ayu Kinasih dihentikan oleh tangkisan Putri Aruna dan Putri Anila. Ayu Kinasih menjerit sejadi-jadinya. Dendamnya tidak akan pernah tuntas jika terus saja ada orang yang melindungi pemuda ini!

Putri Anila dan Putri Aruna bersama-sama berdiri membelakangi Ario Langit dan berhadapan dengan Ayu Kinasih yang telah bersiap untuk menyerang lagi.

"Kau tidak boleh mencelakai pemuda ini! Pemuda ini berada dalam perlindungan Sumpah Laut kami!" Putri Anila berteriak sambil memelototkan mata kepada Ayu Kinasih. Tapi wanita yang sedang hamil itu tidak ambil peduli. Teriakan melengkingnya diselingi dengan isak tangis hebat. Airmata bercucuran dari kedua matanya yang kuyu. Ayu Kinasih menerjang kedua putri Lawa Agung. Menyerang mereka berdua dengan hebat. Dia harus bisa memecahkan kepala Ario Langit saat ini juga! Siapapun yang menghalangi akan ikut dia pecahkan kepalanya!

Terjadilah dua gelanggang pertempuran terpisah. Panglima Amranutta saling serang dengan Matamaha Mada sedangkan Ayu Kinasih menyerang hebat Putri Anila dan Putri Aruna yang tidak tinggal diam dan balas menyerang dengan tak kalah hebat juga.

Ario Langit berdiri mematung tak tahu harus berbuat apa. Sentuhan lembut di tangannya membuat pemuda itu tersadar. Galuh Lalita memandangnya dengan tatapan yang begitu dalam dan menenangkan. Gadis itu masih belum mampu bergerak seperti biasanya tapi sudah bisa berdiri meski sedikit bergoyang-goyang. Ario Langit buru-buru memegangi lengan Galuh Lalita yang hendak jatuh karena belum mampu berdiri lama. Pemuda itu melingkarkan lengannya di pundak Galuh Lalita menjaga agar gadis itu bisa berdiri tegak. Ario Langit sekaligus menyalurkan hawa saktinya sedikit supaya gadis itu cepat pulih dari totokan jahat Nyai Sembilang.

Tindakan Ario Langit ini ternyata ditangkap oleh pandangan mata Ayu Kinasih. Gadis itu menjerit berulang-ulang dengan suara mengerikan disertai tangisan yang menyerupai tawa kuntilanak. Bagaimanapun dia pernah mencintai pemuda itu meski cintanya kemudian berubah menjadi benci yang luar biasa. Tapi hatinya terguncang juga saat melihat Ario Langit terlihat seperti sedang memeluk Galuh Lalita.

Rasa cemburu dan kebencian yang makin menghebat, membuat kekuatan Ayu Kinasih menjadi berlipat. Putri Anila dan Putri Aruna menjadi sedikit terdesak. Ayu KInasih sudah tidak memperdulikan lagi apapun. Gadis itu bertarung dengan tujuan mengadu nyawa agar segera bisa menyingkirkan penghalangnya.

Di sisi lain pertempuran, Dewi Lastri memandang gurunya yang masih dengan asik menonton dua gelanggang pertempuran.

"Guru, apa yang harus kita lakukan sekarang. Tidak mungkin kita ikut menyerang Lawa Agung. Mereka adalah sekutu kuat yang kita butuhkan. Namun bermusuhan dengan nenek gila sakti itu juga tidak ada gunanya buat kita."

Nyai Sembilang terkekeh nyaring. Nenek itu menggamit lengan muridnya sambil mengangkat dagunya ke depan. Dewi Lastri terperangah. Baru sadar bahwa Ario Langit yang masih terluka dalam cukup hebat itu ternyata sudah diserang habis-habisan oleh dua orang yang baru tiba di Lembah Mandalawangi.

Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh menyerang Ario Langit dengan dahsyat. Unduh Kusuma terutama masih menyimpan dendam kepada Ario Langit yang pernah melukainya. Dia tahu tidak akan bisa mengalahkan Ario Langit sendirian karena itu mengajak serta gurunya menyerang bersama-sama.

Ketika dua orang itu menyerangnya secara tiba-tiba, Ario Langit masih sempat menyambar Galuh Lalita dan menggendongnya minggir dari arena pertempuran. Gadis itu itu hanya bisa terduduk sambil mencucurkan airmata. Seandainya tenaganya sudah pulih tentu dia akan berdiri berdampingan dengan pemuda yang dicintainya menghadapi serangan dua cecunguk cabul itu.

Ario Langit akan sanggup mengatasi kedua penjahat cabul itu seandainya dalam keadaan bugar. Namun pertempuran yang menguras tenaga sekaligus melukainya dengan cukup hebat membuat pemuda itu terdesak menghadapi gelombang serangan yang dilancarkan oleh Unduh Kusuma dan gurunya. Mungkin tak akan makan waktu lama sampai dia nantinya terkena pukulan kedua pengeroyoknya.

Keadaan yang sungguh berbahaya bagi Ario Langit dan Galuh Lalita. Mata Unduh Kusuma sudah menyambar-nyambar Galuh Lalita. Membayangkan menikmati gadis cantik bertubuh aduhai itu setelah pemuda ini ditaklukkan.

Pertempuran antara Panglima Amranutta melawan Matamaha Mada sudah berakhir. Keduanya sekarang sama-sama bersila mengatur hawa sakti untuk memulihkan diri setelah pertarungan usai karena sama-sama adu pukulan keras. Keduanya terluka.

Ayu Kinasih yang berhadapan dengan Putri Anila dan Putri Aruna juga terlihat duduk di samping gurunya melakukan samadi yang sama untuk memulihkan diri dari benturan tenaga hebat melawan kedua putri Lawa Agung yang juga berusaha memulihkan diri tidak jauh dari Panglima Amranutta. Ketiga tokoh Lawa Agung itu tahu bahwa Ario Langit dalam bahaya besar. Tapi saat ini mereka bertiga tidak bisa berbuat apa-apa. Melawan Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh dalam keadaan terluka seperti ini akan menempatkan mereka dalam bahaya. Panglima Amranutta hanya memberi isyarat kepada para panglimanya agar menjaga jangan sampai Ario Langit tewas di tangan kedua penyerang tangguh itu. Bagaimanapun caranya.

Situasi genting yang berbahaya bagi Ario Langit akhirnya terjadi. Dua pukulan berbarengan dari Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh tidak bisa dihindarkan. Tubuh pemuda itu terlempar bergulingan ke belakang dan baru berhenti persis di sebelah Galuh Lalita. Ario Langit memuntahkan darah segar dari mulutnya. Lukanya makin dalam. Galuh Lalita merintihkan kecemasan dan merangkak menghampiri Ario Langit. Memeluknya dengan erat. Melindungi pemuda itu dari pukulan berikutnya Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh.

Pasukan Lawa Agung sudah hendak bergerak menyerbu Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh sesuai perintah Panglima Amranutta, saat sesosok bayangan berkelebat secepat angin dan berdiri menghadang Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh yang maju perlahan dengan mata mengancam. Keduanya kaget bukan main melihat siapa yang muncul. Begitu pula Ario Langit yang hanya sanggup membuka setengah matanya.

"Ibu.." Ario Langit memanggil lirih lalu pingsan dalam pelukan Galuh Lalita.

"Arawinda!" Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh berteriak berbarengan.

----**