Rumah kuno di pojok jalanan terlihat keramaian yang memuncak. Batu nisan tertulis nama Gwen Ukraine di hadapannya.
"Tuan..."
"Wanita ini mudah mati. Sungguh menjengkelkan! bagaimana keadaan rumah tua?"
"Nyonya tua mengamuk, kemungkinan diperiksa oleh polisi di lakukan esok hari setelah pemakaman selesai."
"Buat surat perceraian untuknya."
"Tapi tuan..."
"Hapus nama di batu itu, istriku belum meninggal." katanya acuh berbalik pergi tinggalkan area pemakaman.
Orang kepercayaan yang bernama Agazzi mengeluhkan dalam hatinya, ini kali kedua Gwen Ukraine mati dalam setahun. Ia tidak nyakin, Gwen Ukraine hidup lagi.
Area pemakaman tampak lenggang. Beberapa orang berziarah dengan khusyuk mendoakan orang mati.
Gwen Ukraine, kamu hanya milikku! aku tidak ijinkan kamu mati dengan tenang bisik pria dingin ini.
Tidak banyak yang tahu jika pria dingin ini memiliki keinginan menakutkan di balik baju jas dan kemewahan yang melekat pada tubuhnya.
Salvatore Dios namanya.
Pemilik perusahaan multi internasional di segala penjuru dunia. Usianya masih di angka 40 tahun. Salvatore Dios bertangan dingin. Tak satupun bisa menjangkau kualitas dan kuantitasnya sebagai penguasa.
Sepuluh tahun lalu, Salvatore Dios melakukan pernikahan bisnis dengan Camelia Moo, anak dari rekan bisnisnya untuk kemajuan perkembangan perusahaan.
Namun, di persimpangan waktu. Tepatnya dua tahun setelah pernikahan, Salvatore Dios bertemu Gwen Ukraine seorang penulis paruh waktu dan penyuka kegilaan.
Hati yang beku meleleh melebihi ekspektasi tetapi, Gwen Ukraine menolak semua tawaran yang ditawarkan oleh Salvatore Dios hingga satu kali nyaris kematian menjemputnya dikarenakan kecemburuan Camelia Moo.
Otak Gwen Ukraine mengalami amnesia sementara, Salvatore Dios memaksa menikahi Gwen Ukraine membuat Camelia Moo membunuhnya.
Mobil sport berwarna hitam menunggu, dibelakang terdapat satu mobil mewah berwarna merah.
Salvatore Dios berhenti di tempatnya, satu sepatu high heel keluar dari dalam mobil. Camelia Moo berdiri di depannya, "Aku menunggumu." kaca mata hitam terpasang dengan baik di bagian wajahnya.
"Tidak perlu."
"Salvatore..."
"Aku katakan padamu, begitu kamu menyentuh Gwen istriku, nasibmu berakhir."
"Salvatore! dia sudah mati, aku adalah istrimu juga. Salvatore, aku mencintaimu."
"Memang istriku tapi kamu hanya sebatas surat perjanjian bisnis. Kamu tidak bisa dibandingkan dengannya."
"Kamu-- "
"Berkali-kali aku katakan padamu untuk tidak membuat masalah dengan Gwen tapi kamu membunuhnya. Camelia, kamu serakah."
"Aku-- " Camelia Moo tersentak mendengar itu, matanya berkaca-kaca seakan Salvatore Dios menyakiti dalam-dalam perasaannya.
Salvatore Dios jijik melihatnya.
Drama mingguan yang selalu ditampilkan Camelia Moo demi mendapatkan apapun untuk kepuasan dan kesombongan dirinya menjadi makanan sehari-hari Salvatore Dios.
"Salvatore, jangan marah. Aku tahu aku salah tapi ini semua demi kebaikan semua pihak."
Salvatore Dios melepaskan jeratan dasi di leher, "Mulai sekarang, kamu bebas. Kamu tidak perlu menyenangkan semua pihak."
"Apa maksudmu Salvatore? jangan gegabah."
"Agazzi!"
Agazzi bergegas di sampingnya, "Cepat atur pembaharuan perjanjian terkait pembatalan bisnis dengan keluarga Moo termasuk pernikahan." perintah Salvatore Dios.
Camelia Moo mundur satu langkah. Wajahnya terlihat tegang, Salvatore Dios tersenyum tawar sementara Agazzi bertindak seperti asap.
"Maafkan aku."
"Di awal pernikahan, kamu sudah setuju jika depan publik bersikap nyonya besar tapi di dalam rumahku, nyonya besar adalah orang yang aku nikahi secara sah depan hukum atau agama. Tugasmu hanya sampai depan pintu gerbang bukan dalam rumah!"
"Salvatore, aku-- "
"Kebetulan Nyonya besar disini adalah Gwen Ukraine. Bisakah kamu mengerti dimana letak kesalahannya?"
"...."
Tangan dimasukan ke dalam saku celana, "Mulai hari ini, semua urusan keluarga Dios di luar tidak lagi kamu pegang."
"Aku tidak terima!"
"Tidak ada yang minta pendapat darimu."
"Aku-- tidak bisa hidup tanpamu, Salvatore." langkah Camelia Moo salah tapi selama masih berstatus istri pada dunia luar, ia akan berusaha keras.
"Jangan buat aku minta bayaran atas perbuatanmu, Camelia." Suaranya rendah bikin semua bulu kuduk berdiri. Camelia Moo memandang sekali lagi wajah Salvatore Dios, ia ingin menipu diri.
"Salvatore, aku benar-benar mencintaimu sejak awal, tidak bisakah kamu mempertimbangkan perasaanku? Gwen sudah mati."
Tidak ada yang sanggup berkata-kata. Salvatore Dios mengambil kacamata hitamnya dari saku semi jas yang dipakai, "Kamu tidak layak mendapatkan cintaku, Camelia."
"Apa Gwen layak?"
"Dia lebih dari layak. Agazzi!"
Agazzi bergegas membuka pintu mobil, Salvatore Dios masuk begitu saja kemudian diikuti.
Kebingungan.
Camelia Moo menatap rumit mobil Salvatore Dios yang melesat jauh dengan kecepatan tinggi.
Hidup barulah di mulai.