Chapter 7 - 7. Ready/Siap

Si Ning dan Chen An mengendari kuda. Prajurit pejalan kaki berlari di belakang mereka dan dapat mengikuti sampai mereka tiba di lintasan. Persis seperti yang telah digambarkan oleh Chen An. Untuk menghindari tabrakan hanya sepuluh ekor kuda yang dapat melewati lintasan itu secara bersamaan.

Beberapa prajurit mulai bekerja dengan cepat membangun penghalang dari tombak-tombak kayu dan sangat mencengangkan betapa cepat dan baiknya mereka bekerja.

Suasana sangat menegangkan dan siapapun dapat merasakan bahwa suatu pertunjukan besar akan segera terjadi. Memperhatikan posisi matahari, Si Ning tahu bahwa akan segera senja dan pasukan Shen Yu akan segera tiba.

Si Ning mengambil napas dalam-dalam memperhatikan pergerakan di atas bukit dan tidak butuh waktu lama baginya untuk melihat setengah dari pasukannya yang memakai daun-daun berlari di atas puncak bukit, di masing-masing sisi. Su Heng memimpin sisi kanan sementara Ji Ran memimpin sisi kiri. Mereka mulai memposisikan diri dengan berbaring rata di atas puncak bukit dengan menggunakan dedaunan sebagai perlindunggan dan Si Ning bahkan tidak bisa melihat anak-anak panah yang diarahkan ke lintasan. Bagaimana mereka dapat membaurkan diri dengan lingkungan sungguh sempurna sehingga membuat Si Ning merasa bangga sekaligus menyesal tidak dapat tinggal di perkemahan dengan menggunakan luka-lukanya sebagai alasan.

Sial. Mencoba menjadi seorang jenderal yang terhormat bagi sebuah negara yang dia tidak kenal.

Kembali memikirkan pilihan-pilihannya, dia seharusnya pergi dengan para prajuritnya yang melakukan penyergapan dan tetap tinggal di puncak bukit untuk melihat peperangan sambil tetap berbaring di atas tanah untuk menghindari anak panah. Pihak musuh pasti terlalu sibuk untuk memperhatikan dia. Si Ning tahu bahwa dia tidak cocok berada di garis depan sambil duduk di atas kuda yang artinya sebuah anak panah bisa saja terbang kepadanya dari berbagai arah dan mengenainya.

Situasi sangatlah sulit tetapi Si Ning tidak punya rencana untuk mati. Dia memang pernah berlatih pedang untuk sebuah film tetapi dia banyak melewatkan latihan sampai pelatihnya mengundurkan diri. Jika soal bela diri, dia cukup bagus karena dia pernah berlatih paling tidak sampai bisa memukul Shao Lang hingga giginya hilang andaikan dia punya kesempatan untuk itu.

Selama dia di sekolah menengah, dia bersama teman-temannya menonton tinju dan setelah itu dia beserta sahabatnya, Shang Jin, berlatih di halaman sekolah pada malam hari.

Mengingat kembali masa-masa itu dan dengan bodohnya dia berhenti berhubungan dengan Shang Jin ketika dia pergi ke luar negeri dan ketika kembali dia menghindari Shang Jin sekalipun Shang Jin datang dari jauh untuk menemuinya. Si Ning telah melakukan banyak kesalahan dan melihat kembali ke belakang bagaimana dia bahkan mengencani pacar Shang Jin, namun Shang Jin tidak pernah mempersoalkan hal tersebut.

"Betapa brengseknya aku" gerutu Si Ning kepada dirinya sendiri.

"Jenderal?" Chen An menaikkan alisnya karena dia tidak paham apa yang dikatakan Si Ning.

"Musuh kita tidak akan memacu kudanya melewati jalur ini, tetapi mereka akan berjalan dengan waspada, kita harus mundur dan ketika penyergapan berlangsung baru kita akan menghadapi mereka," kata Si Ning kepadanya.

Itu adalah rencananya yang egois untuk menjaga jarak antara dia dan persimpangan pada saat penyerangan. Ini bukan game BattleXmode di mana dia memiliki sembilan nyawa. Dia sering memainkan game virtual tetapi kenyataan adalah hal yang berbeda, dia hanya punya satu nyawa.

"Baik, Jenderal." Chen An menoleh kepada para prajurit. "Kita akan mundur untuk menjebak pasukan musuh sementara sepuluh prajurit tetap tinggal di garis depan!" teriaknya.

"Aye!!!"

Si Ning mengambil napas dalam dan menendang kudanya bergerak mengawasi bagaimana kesepuluh prajuritnya dengan cepat berdiri di garis depan seolah-olah nyawa mereka tidak berharga siap untuk disia-siakan begitu saja. Mereka berdiri di belakang barikade siap melepaskan anak panah mereka dengan berani.

Yang perlu Si Ning lakukan hanyalah untuk tetap hidup dan mungkin dia bisa bangun kembali di dunia modernnya tetapi kemungkinan dia akan tetap mati karena saat itu dia jatuh ke dalam laut.

Dia melihat kesekeliling mencoba mencari kemungkinan untuk melarikan diri apa bila Jenderal Kerajaan Xillie, Shen Yu yang sangat ingin membalas dendam memutuskan untuk mencarinya. Itulah yang disebut balas dendam. Mereka akan selalu mencari sasaran utama terlebih dahulu dan sama sekali tidak diragukan bahwa Jenderal Shen Yu ini akan berlari menemuinya.

Seperti yang dia selalu lihat dalam semua drama-drama, dia sebagai sasaran utama, juga akan berlari untuk berhadapan dengan Shen Yu, tetapi menurut Chen An dia sudah menewaskan anak dari Shen Yu, artinya sebagai seorang ayah dia pasti haus darah dan tidak akan ragu-ragu memenggalnya.

Semuanya tergantung pada logika dan Si Ning akan memenangkan peperangan ini dengan logika dan akan menghindar dari perbuatan yang ceroboh , artinya menghindar dari pertarungan langsung dengan Shen Yu.

"Chen An, busur dan anak panahmu," mulai Si Ning. "Ketika kau melihat Shen Yu, aku minta kau langsung membidiknya dan konsentrasi untuk memanahnya. Sebagai pemimpin pasukan, bila mereka melihatnya jatuh, formasi mereka akan terbongkar dan selebihnya tidak punya pilihan lain selain mengundurkan diri." Itu adalah satu-satunya pilihan untuk menghadapi Shen Yu, yang berarti Chen An harus melepaskan panah setidaknya lima anak panah dan mudah-mudahan salah satunya bisa mengenai Shen Yu.

"Siap, Jenderal," jawab Chen An.

Karena Si Ning telah menewaskan anaknya, dia dapat memperkirakan bahwa Shen Yu cukup tua dengan banyak pengalaman perang yang mana membuat Si Ning dalam keadaan yang kurang menguntungkan.

"Pastikan kau tembak jatuh dia. Jangan ada kesalahan. Kau mampu?" Si Ning harus bertanya. Yang dia inginkan adalah agar dia tidak berakhir tragis meskipun dia harus mengandalkan Chen An. Dia tidak pernah berencana untuk terlibat dalam peperangan ini.

"Siap, Jenderal, sebagai peringkat keempat Kerajaan Xiu Raya dalam keahlian panahan , saya tidak akan mengecewakan tuan." Chen An menyatakan dengan ekspresi serius.

Itu agak kurang meyakinkan bagi Si Ning. Lebih baik kalau orang dengan peringkat pertama yang melakukan tugas itu, namun dia tahu bahwa orang tersebut mungkin tidak ada dalam pasukannya saat ini. Si Ning sama sekali bukan seorang pahlawan dan dia bekerja lebih baik dengan pena dari pada dengan pedang. Menggunakan kepintarannya yang dia tidak pernah gunakan di dunia modern untuk memenangkan peperangan ini.

Si Ning ingin bertanya kembali apakah Chen An dapat melakukannya tetapi dihentikan oleh suara derap langkah kaki kuda yang mendekat dengan kecepatan tinggi dan seperti yang ia perkirakan mereka sepertinya memperlambat gerak mereka ketika laki-laki yang memimpin di depan menaikkan tangannya. Melihat mereka, Si Ning tahu bahwa kebanyakan dari mereka menunggang kuda. Mata mereka mengabaikan lingkungan sekitarnya, karena tidak melihat satupun tanda-tanda orang memanjat tebing membuat mereka yakin bahwa tidak ada kemungkinan penyergapan dari atas bukit.

"Si Ning!!! Kau akan mati hari ini!!!..."

Hah?