Thea, seorang wanita muda yang berbakat dan pemberani, tumbuh dalam keluarga mafia terkenal di Timur. Sebagai satu-satunya wanita di antara saudara-saudara laki-lakinya, dia adalah anak kesayangan ayahnya. Thea memiliki keahlian yang luar biasa dalam menyusup, mata-mata, dan membunuh dalam diam. Kemampuannya ini membuatnya menjadi pilihan utama ayahnya untuk misi-misi yang paling berbahaya dan rahasia.
Sejak usia muda, Thea telah dilatih dengan ketat dalam seni-seni gelap dunia mafia. Dia belajar tentang penyusupan, perangkap, dan cara membaca orang-orang untuk mengeruk informasi yang berharga. Selain itu, dia juga terampil dalam seni meracuni, senjata, dan teknik pembunuhan diam-diam.
Namun, semakin banyak misi yang diemban oleh Thea, semakin besar pula rasa iri dan ketakutan yang dirasakan oleh kakak-kakak laki-lakinya. Mereka khawatir bahwa suatu hari warisan bisnis kriminal yang kuat dan berkuasa milik ayah mereka akan jatuh ke tangan Thea.
Tantangan terbesar yang pernah dihadapi oleh Thea adalah ketika para kakak laki-lakinya merencanakan hasutan untuknya. Mereka ingin menyingkirkan Thea dari lingkaran warisan bisnis ayah mereka. Dengan cerdik, mereka memanipulasi situasi sehingga Thea diarahkan ke sebuah misi yang sangat berbahaya dan rahasia: membunuh seorang mafia legendaris yang dikenal sebagai "Pak Tua."
Meskipun Thea merasa takut dan ragu, dia menerima misi tersebut tanpa sepenuhnya mengetahui bahwa itu adalah hasil hasutan para kakaknya. Dia tahu bahwa keberhasilannya akan menentukan nasib keluarganya dan masa depan bisnis kriminal mereka. Thea merasa beban tanggung jawab yang besar sebagai anak kesayangan ayahnya, dan dia bersiap untuk menghadapi ujian paling berbahaya dalam hidupnya.
Thea tiba di penginapan tempat tinggal sementara Pak Tua. Dia menggunakan kepandaiannya dalam menyamar, mengambil peran sebagai seorang staf penginapan yang berpura-pura menjadi pelayan hotel yang mencoba menyuguhkan teh yang sudah diracuni untuk Pak Tua. Dia merasa tegang, karena mengetahui bahwa misi ini merupakan ujian sejati dari semua yang telah dia pelajari dan latih selama ini.
Namun, Pak Tua adalah sosok yang bijaksana dan berpengalaman dalam dunia mafia. Dia tidak terkecoh oleh kedok Thea. Saat Thea mencoba menyajikan teh beracun itu, Pak Tua hanya tersenyum dengan tenang. Dia telah mencium intrik yang bersembunyi di balik tindakan pelayan tersebut.
Tiba-tiba, pelayan-pelayan Pak Tua yang dikenal sebagai para pelayan yang tangguh dan setia kepada Pak Tua, muncul dari bayangan. Mereka telah mengawasi situasi dan mengetahui rencana Thea.
Tanpa banyak bicara, para pelayan mengambil tindakan cepat. Mereka menangkap Thea dengan cepat dan tanpa ampun. Thea sadar bahwa dia telah terjebak dalam perangkap mereka.
Pak Tua, yang duduk dengan tenang, berbicara kepada Thea, "Kamu seorang yang berbakat, tetapi kamu telah digunakan sebagai alat dalam rencana yang jahat. Kami tidak ingin ada pertumpahan darah."
Para pelayan Pak Tua menggeladah Thea dan menemukan senjata-senjata kecil namun mematikan yang tidak membuat mereka terkejut. Namun, yang benar-benar mengguncang mereka adalah tato yang terpahat di kulit Thea, yang menjadi simbol keluarga mafia yang akan bekerjasama dengan Pak Tua. Mereka segera menyadari bahwa ada sesuatu yang sangat aneh dalam situasi ini.
Pak Tua, sementara itu, dengan bijaksana memahami bahwa sahabatnya tidak akan memberikan tugas seperti ini kepada anak kesayangannya. Dia yakin ada dalang di balik rencana ini, tetapi dia memilih untuk tidak memberitahukan ini kepada Thea. Mungkin dia ingin melindungi Thea dari bahaya yang lebih besar yang mungkin muncul.
Pak Tua, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, memutuskan untuk pergi. Dia meninggalkan Thea dalam kebingungan dan ketakutan, tanpa memberitahukan kemana dia akan pergi atau apa yang akan terjadi selanjutnya. Thea, yang sangat khawatir akan keselamatan ayahnya, mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam pertemuan yang sangat rahasia, Pak Tua benar-benar bertemu dengan ayahnya Thea, yang kita akan sebut sebagai Don Gio. Mereka bertemu di sebuah tempat yang tak diketahui oleh siapapun, jauh dari mata-mata dan telinga yang bisa mendengar. Ini adalah pertemuan yang sangat penting, karena mereka berdua adalah pemimpin dari dua keluarga mafia yang sangat kuat.
Don Gio, yang penuh dengan penyesalan atas rencana yang telah dibuat oleh anak-anaknya yang tidak bertanggung jawab, merasa sangat malu. Dia merasa bertanggung jawab atas situasi yang telah mengancam nyawa anaknya, Thea. Don Giovanni bahkan merencanakan untuk melakukan seppuku sebagai tanda penyesalannya.
Namun, Pak Tua yang bijaksana, dengan penuh pengertian dan menghormati persahabatannya dengan Don Gio, mencegahnya dari tindakan bunuh diri. Dia berkata dengan tegas, "Don Gio, kita akan menyelesaikan masalah ini bersama-sama. Kita tidak boleh membiarkan tindakan emosional menghancurkan segalanya. Anak-anak kita telah bermain dengan api, tetapi kita adalah pemimpin yang bijaksana. Mari kita bekerja sama untuk mengatasi situasi ini."
Don Gio tersentak oleh kata-kata Pak Tua. Dia menyadari bahwa ada kebijaksanaan dalam tindakan temannya ini, dan dia setuju untuk berkolaborasi dalam mengungkapkan siapa yang berada di balik rencana ini dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi Thea.
"Bagaiamanapun mereka mengincar apa yang telah kau bangun selama ini. Mereka ingin melenyapkan Thea selamanya agar dia tidak bisa menjadi pewarismu. Saranku bagaimana jika kita pura-pura masuk ke dalam permainannya. Biar aku membawa Thea dan menjaganya."
"Aku percaya Anda mampu menjaga putriku, Tuan Oliver. Cepat atau lambat bangkai manusia pasti akan tercium, sampai hari itu tiba jangan sampai dia mengetahui akan hal ini. Dia amat menyayangi kakak-kakaknya, hal ini pasti akan membuatnya akan sangat terpukul dan membuat dirinya menjadi seorang pendendam."
Pak Tua kembali ke penginapannya tanpa ada seorangpun yang menyadari. Dia segera menghampiri Thea dan memintanya untuk membuka telapak tangannya, menyayat nya dengan pisau dan menumpahkan darahnya di lantai penginapan.
Sejurus kemudian mereka telah berada di kapal layar yang akan segera membawa mereka ke Samaard. Membawa serta Thea yang hidup dalam kebingungan dan keputusasaan. Sejak hari itu Thea secara tidak langsung tinggal di Samaard bersama dengan pelayan-pelayan Pak Tua.
Dan hampir di setiap kesempatan dia senantiasa berusaha membunuh Pak Tua, namun rencananya tak pernah berhasil. Pelayan-pelayan yang lain sempat gusar karena tingkahnya yang dianggap keterlaluan. Tapi mereka akhirnya sadar, bahwa Pak Tua, tak mungkin membawa malaikat maut ke Samaard.