Seorang lelaki tengah berlari di tengah kegelapan malam. Sesekali dia meluncurkan beberapa butir peluru dari pistol yang dia genggam ke arah belakang.
"Sial, apakah iblis itu masih mengejarku!" umpatnya ketika dia berhenti di sebuah perempatan dengan lampu yang remang-remang. Dengan dipenuhi rasa takut, dia mengedarkan tubuhnya ke segala penjuru sambil menodongkan pistolnya.
Lelaki berpakaian serba hitam itu merasakan aura pembunuh dari belakangnya. Begitu dia membalikkan badannya, sebuah pedang menebas lehernya, dan memisahkan kepala dengan tubuhnya. Darah mengalir dengan deras dari leher dan membahasi aspal jalanan yang dingin.
Sesosok perempuan yang tak mengenakan alas pada kakinya, bertelanjang dada dengan kedua gunung kembarnya yang berukuran g-cup, berkepala lembu, bersenjatakan pedang, dan hanya mengenakan fundoshi yang menutupi area kewanitaan mereka dengan kain bagian depannya yang menyentuh tempurung lutut.
Perempuan berkepala lembu itu mengikatkan kepala dan jasad musuhnya ke sebuah tiang listrik yang terletak di perempatan.
Perempuan itu membasahi tangannya dengan darah musuhnya lalu menulis sebuah pesan berdarah di jalan. Pesan itu berbunyi, "TIDAK ADA AMPUN BAGI PELAKU KEJAHATAN!"
.
.
Suasana Kota Nuenaki yang tenang dihebohkan dengan penemuan sesosok jasad seorang Gangster yang kepala dan badannya diikat di sebuah tiang di salah satu tiang listrik di perempatan jalan.
Seorang perempuan berambut panjang berwarna hitam yang rambutnya diikat pada pertengahan rambut dengan tinggi badan sekitar seratus tujuh puluh empat centimeter, bergunung kembar berukuran besar yang diperkirakan berukuran i-cup, mengenakan celana sport panjang berwarna abu-abu, berkaus lengan panjang berwarna hijau, dan bercelemek berwarna pink tengah membersihkan kedai ramennya yang terletak di pusat Kota Nuenaki.
"Gangster dari kelompok mana yang kau bunuh, Masami-chan?" tanya perempuan berwajah babyface dengan andeng-andeng di bawah mata kirinya pada seorang perempuan berkacamata dengan tinggi badan sekitar seratus tujuh puluh dua centimeter, berkimono hitam dengan celemek berwarna pink yang menutupinya, berambut hitam panjang terurai dengan gunung kembarnya yang berukuran g-cup.
"Dia hanya seorang berandalan rendahan yang telah memperkosa dan membunuh seorang anak SMA, Fumiko-san," jawab Ichinose Masami yang tengah mempersiapkan berbagai macam bumbu-bumbu ramen.
"Kerja bagus," ungkap Yanushi Fumiko tersenyum sumringah. "Akhir-akhir ini Kota Nuenaki telah dikotori dan dinodai oleh para penjahat dan sudah tugas serta kewajiban kita untuk membersihkan tempat di mana kita hidup sebagai pasangan sehidup semati."
"Para Aparat dan Penegak Hukum kurang tegas dalam menindak mereka, sehingga akhir-akhir ini aksi kriminalitas mulai marak di Kota Nuenaki," keluh perempuan berkacamata tersebut. "Bahkan aku dipecat dari Kepolisian setelah menembak mati seorang Bandar Narkoba di Hiroshima," sambung Masami yang berkeluh kesah karena dia telah dipecat sebagai seorang Polisi, sebuah profesi yang dia cita-citakan sejak kecil.
Fumiko sadar akan perasaan pasangan hidupnya tersebut. Semua orang memiliki cita-cita yang sangat tinggi dan juga mulia, namun ketika kau telah kehilangan cita-cita yang telah diraih dengan bekerja keras, dan mengorbankan banyak waktu, pikiran serta tenaga. Itu sama saja seperti akhir dunia.
Sama seperti Masami, Fumiko juga telah meraih cita-citanya sebagai seorang Guru Olahraga. Namun, karena dia membela diri karena hampir diperkosa oleh beberapa rekan Gurunya, Fumiko harus meninggalkan impian yang dia raih. Meskipun Fumiko sempat mengalami keterpurukan, namun dia segera bangkit, dan kembali ke Kota Nuenaki.
Fumiko memeluk Masami dari belakang dan mengecup pipinya, "Janganlah mengeluh, nanti rasanya tidak enak." Nada bicara Fumiko sangat menggoda dan terdengar genit, sehingga wajah Masami memerah.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku, Fumiko-san," katanya dengan malu-malu.
Masami tenggelam ke alam pikirannya dan mengingat pertemuan pertamanya dengan Fumiko.
Setelah dipecat dari Kepolisian, Masami sempat memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke arah sungai yang deras dari atas jembatan. Saat itu Fumiko yang sedang melamun pasca dipecat sebagai Guru dari sebuah SMA Swasta dikagetkan dengan sosok perempuan yang melompat ke arah sungai yang deras.
Tanpa menunggu waktu, Fumiko segera menceburkan dirinya ke dalam sungai dan berenang untuk menyelamatkan Masami. Beruntungnya saat itu Dewi Fortuna sedang berada di sisinya, sehingga Fumiko berhasil menyelamatkan Masami, dan memberikan nafas buatan, sehingga Masami bisa diselamatkan.
Fumiko membalikkan badan Masami dan memeluknya dari depan. Masami dengan refleksnya membalas pelukan pasangan hidupnya.
"Seseorang yang memiliki perasaan dan nasib yang sama bisa dengan mudah saling memahami satu sama lain," kata Fumiko, "Kita harus melangkah ke depan meninggalkan masa lalu yang kelam," sambungnya setelah memberi ciuman singkat pada bibir tipis Masami. "Tunjukkan pada mereka, Masami-chan, akan betapa lezatnya ramen buatanmu."
"Serahkan padaku, Fumiko-san," ungkapnya dengan penuh percaya diri.
Seorang lelaki memasuki kedai reman mereka berdua.
"Masih terlalu pagi untuk lesbian," kata seorang Tukang Ojek Online yang mengagetkan mereka berdua. Lelaki berkaos putih itu tersenyum, "Pelanggan setia menunggu kelezatan ramen kalian."
"Baiklah, tunggu sebentar, Yuu-san," kata Fumiko-san.
Hitachi Yuu memasukkan ramen-ramen tersebut ke dalam kotak di motornya. Dia menscan barcode yang terletak di kasir untuk pembayarannya.
Yuu mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam pakaiannya dan menyerahkan dokumen itu ke Fumiko, "Ini ada tugas untuk kalian berdua. Dia bilang pembayarannya akan dikirim oleh seorang kurir jasa pengiriman setelah kalian menyelesaikannya."
"Baiklah, akan kami laksanakan," balas Fumiko.
Yuu melambaikan salam selamat jumpa dan mengirim ramen untuk para konsumen.
Fumiko membuka dokumen tersebut dan membacanya dengan seksama. Dia membawa dokumen itu dan menaruhnya di lemari di dalam kamar.
"Sepertinya kita mendapatkan mangsa yang menarik."
.
.
Habis atau tidak habis, Toko Ramen Seichi akan tutup pada pukul tujuh malam. Masami tengah membersihkan piring-piring sedangkan Fumiko tengah merapihkan bahan-bahan serta bumbu-bumbu makanan.
"Targetku adalah Miyuki Ishikawa dan sekarang dia dicurigai sebagai Dokter aborsi yang telah menggugurkan para bayi yang tak berdosa. Padahal dia dikenal oleh Masyaralat sebagai Dokter yang baik dan ramah," jelas Fumiko.
"Dunia Kedokteran sama seperti Polisi, dipenuhi dengan para iblis yang hanya mencari keuntungan, meskipun tidak semua yang bekerja di dunia dunia tersebut adalah orang jahat," balas Masami, "Masih banyak orang baik di dunia."
"Namun sayangnya, orang-orang jahat mulai mengotori profesi yang mulia tersebut." Fumiko pergi ke dalam kamarnya dan melepaskan seluruh kain yang menutupi tubuh indahnya. "Inilah keadilan yang akan kita tegakkan dengan membersihkan penyakit yang menginfeksi dunia ini."
Di tengah gelap yang dibasahi oleh jutaan rintik air hujan. Dua orang pasangan muda-mudi tengah berjalan keluar dari klinik milik Dokter Miyuki Ishikawa dengan mengendarai mobil Toyota berwarna hitam metalik.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan klinik tersebut.
"Setidaknya dengan begini kita sudah aman," kata seorang lelaki berbadan tambun. "Akan sangat berbahaya jika tahu bahwa kau sedang hamil."
Perempuan berambut hitam dan berbadan ramping itu terlihat terlihat kesal dengan kalimat yang dilontarkan oleh kekasihnya, "Makanya, harus pakai kondom!"
"Aku sudah pakai kondom, hanya saja bocor!" balas lelaki berbadan tambun itu dengan nada kesal.
"Berisik!" hardik perempuan itu.
Lelaki yang terlihat kesal itu dikagetkan dengan kemunculan seorang perempuan berkepala lembu yang bertelanjang dada di jalanan yang basah. Dia segera mengerem mendadak, sehingga mobil itu nyaris menabrak perempuan bertelanjang dada, dan berkepala lembu tersebut. Lelaki itu terlihat sangat kesal dengan perempuan berkepala lembu itu. Dengan ekspresi wajah yang dipenuhi amarah, dia segera keluar dari mobilnya, dan menghampiri perempuan bertelanjang dada, dan berkepala lembu tersebut.
"Hoy, jalang! Bisakah kau minggir dari jalanku!"
Fumiko segera menarik katananya dan membelah tubuh lelaki berbadan tambun tersebut. Tebasan pedangnya begitu rapih, sehingga tubuh lelaki berbadan tambun itu terpotong dengan seimbang.
Melihat kekasihnya mati dibunuh secara keji, perempuan di dalam mobil tersebut berteriak histeris. Teriakannya begitu memekakan telingan, sehingga Fumiko terpaksa membunuhnya dengan melempar katananya yang menembus kaca depan mobil, dan tertancap pada kepala perempuan tersebut.
"Kau sangat berisik!" katanya dengan nada dingin. Dia berjalan ke arah mobil dan mencabut katananya yang tertancap.
Fumiko berjalan dengan cepat menembus jutaan rintik hujan. Dia melompat ke atas tembok dan berlari melewati atap demi atap dari rumah-rumah tersebut.
Sementara itu, seorang Dokter perempuan berambut pendek berwarna hitam terlihat sedang menghitung lembaran uang yang dihasilkan dari praktik aborsi ilegal.
"Wangi-wangi. Uang memang wangi," katanya sambil menghirup aroma uang yang merupakan keluaran terbaru. "Aku cinta uang, dan akan melakukan apa saja untuk dapat banyak uang, termasuk membuka praktik aborsi."
Dokter perempuan itu tertawa dengan keras dan jahat layaknya iblis. Lampu rumahnya yang merangkap klinik mati secara tiba-tiba.
"Loh, kok mati listrik. Apakah terjadi pemadaman bergilir," kata Miyuki Ishikawa bermonolog dengan penuh keheranan. Dia berjalan menuju ke jendela dan membuka tirainya. Mata cokelatnya menatap seberang rumahnya, yang tidak mengalami mati listrik. Ekspresi wajahnya terlihat sangat kesal, "Bajingan! Siapa yang telah mematikan listrik rumahku! Aku ini adalah orang yang taat bayar pajak dan punya koneksi dengan Pejabat!"
Teriakan penuh amarah itu menggema di ruang kerjanya.
"Aku yang mematikan listriknya," kata sebuah suara perempuan dengan nada dingin.
Miyuki Ishikawa begitu kaget mendengar kalimat bernada dingin tersebut. Ekspresi wajahnya terlihat sangat ketakutan. Dia berjalan menuju ke pojok meja kerjanya sambil mencari-cari pisau bedah untuk membela diri.
"Aku yakin kau itu adalah seorang Perampok. Orang kaya sepertiku memang sedang diincar oleh para Perampok," katanya dengan suara yang gemetaran yang penuh ketakutan.
Suara tawa dingin dan tidak kalah jahatnya menertawakan kebodohan dan ketakutan Miyuki Ishikawa.
"Buat apa aku merampokmu, Dokter. Aku juga orang kaya dan seorang Pedagang. Namun, aku bukanlah penikmat uang haram," balas Fumiko.
"Kalau kau bukan pencuri. Tunjukkan wujudmu!" teriak Dokter Miyuki yang sangat ketakutan.
"Aku ada di belakangmu." Suara itu berasal dari belakangnya. Ketika Dokter Miyuki membalikkan badannya, Fumiko yang berdiri di atas meja kerja sang Dokter jagal tersebut langsung menusuk mulut sang Dokter dengan katananya.
Perempuan berkepala lembu dan bertelanjang dada itu segera menarik katananya dan membiarkan Dokter Miyuki tergeletak bersimbah darah di lantai ruang kerjanya.
Fumiko menuliskan sebuah tulisan darah di dinding rumah sang Dokter aborsi. Tulisan itu berbunyi, "KEADILAN HARUS DITEGAKKAN, MESKIPUN DUNIA HARUS KIAMAT!"
.
.
Masami tengah memasak mie goreng di dapur. Sementara Fumiko sedang menyapu halaman rumahnya. Masami menaruh mie goreng yang begitu lezat, beraroma rempah, dan dipenuhi dengan sayur di meja makan.
"Fumiko-san, ayo kita makan lalu bercinta."
"OK, sayang."
Pasangan lesbian itu tengah memakan mie goreng dalam satu piring. Bibir mereka yang seksi tengah menarik sehelai mie. Mereka berdua sempat saling bertatap muka selama beberapa detik. Setelah itu mereka saling berciuman dengan lembut tapi penuh cinta. Lidah mereka berdua saling bertautan. Kedua tangan mereka saling meremas-remas gunung kembar mereka yang begitu besar.
Masami mengulum lidah Fumiko dan menjilati leher dan wajah cantik kekasihnya. Fumiko menutup kedua matanya dan begitu menikmati setiap jilatan dari Masami pada wajah dan lehernya. Masami mencium bibir Fumiko dengan penuh hasrat. Ciuman itu terasa begitu panas dan menggairahkan.
Setiap pagi sehabis sarapan. Pasangan lesbian tersebut sering berciuman dan saling meremas gunung kembar mereka sebagai bukti bahwa mereka saling menyayangi dan mencintai sekaligus sebagai bukti bahwa mereka saling memiliki satu sama lain. Selain itu, bercinta di pagi hari membuat mereka semakin semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.