Chereads / Catatan Untuk Arwah / Chapter 4 - Terimakasih

Chapter 4 - Terimakasih

Dering alarm membangunkannya tepat pada pukul 07:00 pagi. Untunglah dia tidak berurusan dengan polisi akibat peristiwa semalam. Bersiap untuk bekerja, dia pergi ke kamar mandi, setelah itu memakai pakaian formal seperti biasa dengan dasi dan sepatu pantofel standar. Sebelum berangkat, dia akan memberi makan kucing hitam yang saat ini sedang tertidur pulas.

Dulu dia temukan kucing itu tergeletak di jalanan saat masih sangat kecil, tubuhnya kurus tak berdaging dan suaranya lemah tak bertenaga. Kucing yang malang itu tidak berbicara kepadanya, tapi gambaran dari kucing itu muncul ke dalam pikirannya. Kenapa dia harus bersimpati pada spesies lain, itu benar-benar tidak ada hubungannya dengannya dan jenisnya. Maka dia terpikirkan sebuah ide, sesuatu yang saling menguntungkan, "Bersihkan hama di dalam rumahku dan aku akan merawatmu," lalu kemudian dia memungut kucing itu dan menggendongnya sampai rumah.

Melihat jam tangan, waktu sudah menunjukan pukul 08:30 sekarang adalah saatnya dia berangkat. "Meong!" Kucing itu menempel pada kakinya saat dia akan melangkah, "Kau sudah bangun ya," kucing tersebut berputar-putar di kakinya dan mengeluskan tubuhnya yang halus, "Baiklah, aku akan pulang membawa makanan kucing yang lebih mahal. Hanya untuk kali ini, ok?" Dia mengangkat kucing itu dan menempatkannya di depan makanan yang sudah disiapkan.

Saat dia keluar dari rumah, di depan pintu, seorang Nenek yang waktu itu dia selamatkan sedang duduk di bawah lantai halaman depan rumahnya. "Apa kabar Nek, Sehat?" Nenek yang setengah tidur itu terbangun begitu mendengarnya, Nenek tersebut bangun dengan kakinya yang rapuh di bantu dengan kedua tangannya, "Sini biar saya bantu Nek," ucapnya sembari memapah Nenek tersebut.

"Nenek ingin mengucapkan terimakasih, karena waktu itu tidak sempat."

"Saya senang bisa membantu," dia menuntun Nenek itu menuju ke dalam rumahnya, namun Nenek menolaknya, dia berhenti dan berkata, "Nenek tidak akan lama, jadi tidak usah masuk ke dalam."

"Ah, setidaknya biarkan saya membuatkan makanan," dengan tegas Nenek menolaknya, beliau berkata, "kamu harus berhenti berpura-pura."

[AKU SAMA SEKALI TIDAK MENGERTI MAKSUD UCAPAN NYA ITU. UNTUK SESEORANG YANG AKU SELAMATKAN, BISA-BISANYA BERKATA BEGITU.]

[ITUKAH BALASAN SETELAH MENERIMA YANG KUBERIKAN?]

"Maksudnya apa?"

"Persis seperti yang kau tau," jawab Nenek itu.

"Hah!?"

Kedongkolan pada sikap Nenek tua itu membuatnya ingin menyimpannya dalam-dalam, saat sudah hampir merelakannya nenek tersebut berkata, "Jangan bersikap munafik."

Dia meninju pintu saking gemasnya!

[APA YANG BISA DILAKUKAN DARI DUNIA YANG SEPERTI INI!!! DISANA SINI MEMAKAI TOPENG. APA YANG BISA DILAKUKAN DARI LEMAHNYA MENJADI MANUSIA?]

[APAKAH UPAYANYA TIDAK TERLIHAT UNTUK MEMENDAM KEBUSUKAN HATINYA? APAKAH DIA TIDAK MELIHAT BAHWA IBLIS SEDANG MENYAMAR MENJADI MALAIKAT?]

[APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN ADALAH TETAP DIAM!]

"CUKUP! Saya tidak ingin berurusan lagi dengan anda," dia pergi meninggalkan nenek itu.

...

Ditengah kerumunan kota yang ramai, dia berpapasan dengan gadis yang dia selamatkan dari para preman. Gadis itu tercengang bertemu dengan pria yang menyelamatkan hidupnya, setelah sebelumnya dia menghilang di kerumunan kini dia bertemu kembali di kerumunan. Gadis tersebut melihat kerahnya, wajahnya masam, menatap sinis ke dalam gadis itu, dia menghindar mengacuhkan gadis itu dan melanjutkan langkahnya.

"Pak, saya sangat berterimakasih untuk sebelumnya, saya ingin—" gadis itu berbicara sembari mengimbangi langkahnya.

"Huh!" Dia berhenti dan menatap gadis itu, "Berhenti mengejekku, kau ingin bilang bahwa aku munafik," gadis itu tidak mengerti apa yang dia bicarakan, "Apa maksud anda saya hanya—" dia menyela, "Sudah cukup!—saya juga tidak mengerti apa yang sebenarnya saya lakukan, dan semua orang seperti saya! apa yang terjadi pada kami semua. Apakah itu semua hanya kebohongan? apakah... apakah kita semua itu munafik—" dia melihat telapak tangannya, menepukkan telapaknya ke dahinya.

"Di mata saya, Bapak terlihat sedang menipu diri."

"Ha!?"

"Apa salahnya dengan menjadi munafik? kenapa Bapak tidak mengakuinya. Apa jangan-jangan Bapak sudah tahu betul, tapi Bapak belum menerima?—"

[ALTRUISME ADALAH EGOISME, BERBUAT BAIK MEMBERIKAN RASA LEGA KARENA TELAH MEMBANTU SESAMA, APA ESENSI DARI RASA LEGA ITU? ITU ADALAH EGOISME ITU SENDIRI. KITA ADALAH MAKHLUK YANG EGOIS, APAPUN TINDAKAN KITA PASTI MENGARAH UNTUK KEPENTINGAN DIRI SENDIRI. KEPENTINGAN YANG PALING MULIA DARI SEGALA KEPENTINGAN ADALAH: BAHWA HIDUP AKAN TERASA LEBIH BAIK JIKA BERGANDENGAN TANGAN. KITA KESEPIAN DAN KITA MEMBUTUHKAN SESUATU UNTUK MENGISI KEKOSONGAN. MESKIPUN ADA BANYAK HALANGAN UNTUK SALING MENJAGA KONEKSI HUBUNGAN ANTAR SESAMA KARENA INDIVIDU SENDIRI ADALAH MAKHLUK POLITIK, JIKA INDIVIDU SEPAKAT BAHWA MEREKA ITU KESEPIAN DAN MEMBUTUHKAN TEMAN, INDIVIDU DAPAT MEMPEROLEH KEUNTUNGAN UNTUK MENGISI KEKOSONGAN. MAKA PERBUATAN ALTRUISME BISA SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN.]