Chereads / The Devil Tears : Lord of The Night / Chapter 14 - Arc 1 Chapter 14 : Belajar sihir

Chapter 14 - Arc 1 Chapter 14 : Belajar sihir

Para rombongan lalu beristirahat dipinggiran sungai untuk mengisi persediaan air dan membersihkan diri, Luciel lalu memberikan sebuah baju Tunic kepada Liz dan dia pun pergi ke sungai. Sebelum Luciel membersihkan diri, dia mendatangi Herman.

"Tuan Herman, apa kau tahu Ramuan apa saja yang sedang banyak dibutuhkan di Kota?" tanya Luciel.

"Hmmm... ramuan penahan sakit sekarang sedang banyak permintaanya, namun karena perang materialnya sekarang menjadi langka dan naik harganya," jawab Herman.

Luciel mendapatkan material ramuan itu saat berada di Kota Elea yang mana sudah banyak penduduknya mengungsi.

"Selain itu ramuan apa yang sedang banyak dicari?" tanya kembali Luciel.

"Ramuan Getran sekarang sedang populer," jawab Herman.

"Maksudmu yang bahannya menggunakan tanaman Wurzel? " Luciel mengingat ketika dia melihat Thierry membuatnya satu. Ramuan itu lebih mirip ke minuman energi dan tentara kerajaan menggunakannya sebagai air minum para tentara ketika selesai latihan.

"Baiklah aku akan mencoba membuatnya, berapa kira – kira yang aku dapatkan jika aku menjualnya padamu?" tanya Luciel.

"Berikan aku 1 liter dan kau akan mendapatkan 1 ral," jawab Herman.

"Oke." Luciel rasa itu adalah harga yang masuk akal.

Luciel pun membawa sebuah pedang dan sebuah pot dan beberapa botol lalu pergi ke sebuah bidang tanah tidak jauh dari tempat istirahat.

' hm… seharusnya disekitar sini banyak tumbuh tanaman itu ' Luciel pun melihat sebuah Ketela, lalu menusukkan pedangnya ke tanah dan mencabut akarnya. ' untuk satu liter kukira aku akan membutuhkan 5 akar'. Tanaman Wurzel akarnya bisa dijadikan minuman energi, sedangkan daunnya bisa sebagai pakan ternak. Luciel bisa menghasilkan beberapa ral jika berhasil menjualnya nanti.

Setelah mendapatkan 5 akar, Luciel lalu pergi ke pinggiran sungai dan mulai menyiapkan kayu bakar, lalu menaruh pot yang sudah diisi air di atas tumpukan kayu bakar. Lalu dia mulai membersihkan akar – akar yang dia dapatkan dan setelah itu dia mulai merebusnya.

Setelah menambahkan suatu cairan ke dalam pot yang berisi rebusan akar, Luciel lalu mulai memasuki sungai untuk membersihkan diri sambil menunggu ramuannya jadi.

**********

Liz Pov

Setelah Liz selesai mandi, dia lalu kembali ke tempat peristirahatan. Namun dia melihat seorang pria yang menyendiri di pinggiran sungai.

"Hey Ludwig," Liz pun menyapanya

Ludwig pun terkejut melihat gadis berambut merah yang tiba – tiba muncul di dekatnya.

"Hey kau kenapa? Apakah goblin – goblin itu memukul kepalamu sehingga daya tangkap otakmu jadi lelet?" tanya Liz.

"Ti-tidak, aku hanya terkejut bahwa Liz ternyata selamat," jawab Ludwig.

"Ya. Ada seseorang yang menyelamatkanku, bagaimana denganmu? Apakah luka – lukamu sudah sembuh? " Liz lalu ikut duduk disebelahnya.

" Ya, aku sudah bisa bergerak kembali," jawab Ludwig.

"Dan kenapa kau malah duduk termenung sendiri? Merasa bersalah atas kematian yang lainnya? " Liz lalu mengambil sebuah batu lalu melemparnya. Batu itu memantul – mantul namun ditengah – ditengah sungai batu itu tenggelam.

"Kita harus menjadi kuat Ludwig, dan termenung seperti ini tak akan membuat kita jadi lebih kuat," ujar Liz.

"Tapi... mereka adalah rekan – rekanku, mereka memiliki mimpi – mimpi sepertiku juga. Namun, dengan cepatnya mereka mati begitu saja. Mungkin suatu saat aku juga akan seperti itu, akan mati tanpa menggapai apapun." Ludwig lalu menggenggam sebuah batu lalu meremasnya dengan kuat.

Liz lalu berdiri dan menawarkan tangannya kepada Ludwig

"Ayolah kita sparring lagi, kita harus bertambah kuat jika tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi." Ludwig lalu ragu ketika akan menggapai tangan Liz. Dalam hatinya Ludwig malu karena sudah mengatakan akan melindunginya, namun ketika gadis yang didepannya butuh pertolongan, yang dia bisa hanya ketakutan dan gemetaran.

Liz lalu menggapai tangan Ludwig yang ragu, lalu membantunya berdiri.

"Besok, kita akan sparring lagi ok " Liz pun tersenyum.

Ludwig pun hanya bisa tersipu malu melihat senyuman gadis didepannya

" baiklah. "

" ok, sampai jumpa " Liz lalu berbalik meninggalkannya.

**********

Luciel yang melihat interaksi Liz dan Ludwig dari jauh pun tersenyum. ' Liz akan menjadi wanita yang hebat kelak ' pikir Luciel.

"Hey mengapa kau senyum – senyum seperti itu? Ini uangmu," ucapherman yang kemudian memberikan sekeping ral kepada Luciel.

"Bukankah gadis itu datang bersamamu? Jika kau tidak menjaga baik – baik wanitamu, pria lain akan mudah mengambilnya kau tahu. Dengan paras sepertinya tidak akan sedikit hunter – hunter maupun para Ksatria akan mendekatinya," jelas Herman.

"Nah, kami hanya teman perjalanan biasa " jawab Luciel santai.

"Kupikir tidak ketika melihat senyumanmu tadi, kau seperti anak muda yang pertama kali merasakan cinta," ledeknya.

"Begitukah? Baiklah saran yang bagus Pak Herman." Luciel pun menerima uangnya lalu berjalan kembali ke kereta kudanya.

Ketika sampai Luciel melihat Liz sedang duduk menunggunya

"Hey Ciel, aku tidak tahu kalau cowo itu mandinya sangat lama." Liz menyindir Luciel dengan muka agak cemberut.

' Mukanya imut juga ketika marah, apa aku lebih sering aja bikin dia marah yah? ' Luciel memikirkan dengan sungguh – sungguh ide yang ada dipikirannya

"Maaf Liz aku pergi dulu menjual beberapa ramuan ku," jawab Luciel.

"Sungguh? "

"Ya, coba minum ini " Luciel memberikan sebotol Getran kepada Liz.

"Apa ini? " Liz lalu membuka botolnya dan meminumnya

"Rasanya agak asam dan pahit," ujar Liz.

"Itu adalah ramuan yang aku jual, efeknya bisa menghilangkan kelelahan " Luciel lalu duduk didepan Liz.

"Ok, Ciel sudah berjanji akan mengajariku tentang magis." Liz terlihat bersemangat ketika mengatakannya

"Oke, kita coba membuatmu bisa merasakan mana terlebih dahulu, pertama – tama tutup matamu dan berkonsentrasi lah layaknya sedang bersatu dengan alam," jelas Luciel.

Liz pun lalu memejamkan matanya

"Jika Liz merasakan sesuatu baik itu hangat, dingin, basah dan kering maka Liz sudah berhasil merasakan sebuah mana." tidak lama kemudian Liz merasakan hangat di tubuhnya.

" Aku berhasil Ciel! aku merasakan sesuatu!" Liz lalu membuka matanya dan kegirangan.

" Apa yang Liz rasakan? " tanya Luciel.

" Aku merasakan hangat," jawab Liz.

" Apakah terasa kuat? "

" ya "

" Berarti Liz mempunyai tingkat kecocokan yang tinggi dengan sihir elemen Api, " jelas Luciel yang kemudian membuka tangannya dan merapalkan mantra.

" Ignite " lalu kobaran api kecil mulai muncul ditangan Luciel.

" wowww " Liz pun memperhatikan kobaran api yang berada di atas telapak tangan Luciel.

"Cobalah Liz, pusatkan manamu di tangan dan bayangkanlah sensasi sebuah api. Semakin detail sensasi yang Liz bayangkan, maka Sihirmu akan terbentuk lebih detail," tutur Luciel.

Liz lalu membuka telapak tangannya dan merapalkan sebuah mantra.

"Ignite " lalu sebuah kobaran api yang lebih besar dari Luciel muncul.

" Apimu jauh lebih besar yang menandakan Mana dan kecocokan sihirmu lebih besar dariku," jelas Luciel. Liz lalu mendekatkan tangannya ke Luciel.

" Hey, jangan dekatkan apimu denganku. Apimu tak akan melukaimu karena itu berasal dari manamu. Akan tetapi jika api dari sumber lain mengenaimu maka kau akan tetap terbakar," tutur Luciel.

"Cobalah pegang pedangmu, salurkan lah mana ke pedangnya dan aktifkan kembali sihirmu tadi,"

Liz lalu mempraktekan apa yang Luciel instruksikan.

Tak lama kemudian pedang yang digenggam Liz mengeluarkan aura panas dan sedikit berasap namun beberapa detik kemudian sihirnya menghilang.

"Ciel, kenapa sihirku tiba – tiba menghilang sendiri?" tanya Liz kebingungan.

"Kau harus belajar sihir penguatan jika ingin dengan sempurna menyalurkan sihir ke senjatamu," jelas Luciel.

Liz lalu menonaktifkan sihirnya kembali.

Lalu Luciel memberitahu bagaimana melakukan sihir penguatan

"Ketika telah tersalurkan manamu, cobalah untuk menahan manamu di pedang yang kau pegang," tutur Luciel.

Liz mencobanya lalu tak lama kemudian sihirnya kembali menghilang.

"Mungkin kita harus mencoba sihir penguatan ke tubuhmu terlebih dahulu," ucap Luciel.

"Baiklah. "

Setelah itu Luciel dan Liz belajar melakukan sihir sampai mereka kelelahan kehabisan mana

"Kurasa cukup sampai disini," ujar Luciel yang kemudian mengelap keringat di dahinya.

" Hah hah hahhh...ya, aku bahkan tidak merasakan selelah ini ketika sparring dengan Ludwig," Liz lalu tidur terlentang sambil menghela nafas.

"Hey kalian bersiaplah, kita kan melanjutkan perjalanan." Dupold datang menginformasikan bahwa rombongan akan melanjutkan perjalannya.