Miftah membuka pintu kamar dan ia tercekat menelan saliva dengan susah payah saat melihat Aneska,istrinya yang sudah di nikahi selama tujuh hari tengah menyisir rambutnya yang panjng hampir sepinggang.Matanya enggan berkedip, bahkan bibir menyunggingkan senyum penuh harap.
Aneska sendiri asik menyisir hingga sadar seorang lelaki tengah mengamatinya
"Kalau masuk kamar ketuk pintu dulu dong pintunya" omrl Aneska, seraya menyambar kerudung di atas tempat tidur.
"Aku suamimu lho, memang knpa kalau lihat aurat kamu?"tanya miftah santai,memasuki kamar dan menguncinya.
"Bahkan, kamu bukan sumiku. Ini hanya kesialanku" jawab Aneska dengan memalingkan wajah ke arah lain
Miftah tertawa dan menatap istrinya yang sungguh cantik jelita. Kulit putih, bibir tipis merah muda, hidung mancung dan dia seorang dokter juga. Mengingatkannya pada dokter senior cantik yang sempat mengobatinya, dr, Anindra Umair.
"Anindra kecil," ujar miftah tersenyum
Laki laki mana yang memanggil istrinya sebagai wanita lain?" protes Aneska lagi
"Jadi maunya di panggil apa? Aneska cantik?" goda nya.
"Ogah, gak usah buang buang energi untuk merayu. Toh kita cuman menutupi misimu agar gak jadi fitnah karena berduaan sama aku."
"Aku menikahimu menyebut nama Allah dan di hadapan dua orang saksi."
"Tapi tanpa wali," potong Aneska cepat. "karena itu mungkin pernikahan kita tidak sah, karena ayahku masih hidup. Meskipun entah di mana. Dan kamu akan menangkapnya. Kamu menikahiku hanya untuk menangkap ayahku, iya'kan? Jadi jangan sentuh aku...karena saat ayah di temukan,mungkin dia akan kamu penjarakan atau kamu tembak seperti biasa. Setelah itu aku kamu tinggalkan."
"Itu sinetron sekali,Anes," ujar Miftah pelan dan tersenyum.
Miftah mendekat dan Aneska segera bergeser menjauh.
Merasa senang,lelaki itu kembali menggeser duduknya, dan Aneska pun menggeser menjauh. Sampai akhirnya Aneska hampir jatuh karena tiba di ujung ranjang tapi dengan cepat Miftah meraih lengan nya hingga istrinya itu tak jatuh ke lantai."Aku gak akan membiarkan kamu jatuh juga saat ayahmu ditemukan, aku janji tidak akan meninggalkanmu, Anes. Miftah tersenyum menarik istrinya yang tetap membuang pandangan.
"Aku gak percaya polisi, termasuk kamu."
"Miftah terkeken mendengar kalimat yang meluncur spontan dari bibir istrinya.
"Aku tahu, citra kamu kadang sangat buruk akibat ulah beberapa oknum tapi suamimu ini beda, katanya dengan berniat menyentuh pipi istrinya, tapi di urungkannya
Tujuh hari, keduanya menjalani pernikahan tanpa cinta dan tujuan. Keduanya tetap bersikap seperti orang asing, meskipun naluri laki laki Miftah selaku hidup saat melihat istrinya yang bersikap ketus nadanya.
Apalagi, jika rambut Aneska yang indah tergerai tanpa sengaja ia lihat, atau kulit lehernya yang putih bersih lelaki mana yang tidak berdesir melihat segala pesona indah seorang wanita seperti itu? Apalagi mereka telah menikah, hanya saja Aneska selalu menuduh suaminya hanya ingin menangkap ayahnya yang buronan polisi, mak setelah semua itu terjadi,ia akan di campakkan.
Pernikahan mereka pun memakai wali hakim, karena ayahnya Aneska yang bernama Anan gembong kejahatan narkoba, entah di mana timbanya. karena itu mereka dinikahkan oleh wali hakim, karenadalam sebuah insiden ketidak sengajaan.Hingga detik ini, keduanya tah pernah saling sentuh apalagi mereguk madu surga dunia di malam pertama. Meskipun Miftah mulai merasakan kegelisahan setiap kali melihat pesona istrinya tapi ia tak pernah berani meminta.
Khusus malam ini, dia pun mendekati istrinya dan menatap dengan senyuman manis
"Anes, boleh aku ngomong lagi?"tanyanya pada sang istri yang seri membaca ayat suci untuk menenangkan hatinya karena di paksa menikah dengan polisi yang ia benci.
"Katakan saja," katanya menjeda bacaan lalu mengulang lagi dari awal.
"Bolehkah aku mengambil hak dan kewajibanku malam ini sama kamu? Nafkah batinku?" Tanya Miftah dengan penuh harap, dengan suara lembutdan juga desiran yang menyiksa.
Aneska mengangkat wajah dan menatap asing serta menggeleng
"Aku suami mu, terlepas kamu benci prosesiku, kita sudah halal secara agama."
Wanita cantik itu tersenyum sinis dan berpaku tangan setelah meletakkan kitab suci di meja.
"Kamu akan sentuh aku sebagai siapa? Sosok Anindra Umair pujaanmu? Anisa si janda kembang?atau Anindra mantan kekasihmu yang suaminya kamu tembak di pelaminan?" Tanya istrinya dengan mata tajam dan angkuh. Meskipun begitu, wajahnya memang tak pantas matah karena dia memiliki wajah yang teduh dan manis.
"Anes....ya ampun, kenapa gitu nanyanya?"
"Karena kamu playboy,kamu juga cuman mau nangkap ayahku, kamu gak serius, pernikahan kita juga belum tentu sah secara agama karena ayahku masih hidup tapi aku nikah dengan kamu dengan wali hakim. Jadi, jangan pernah berpikir aku istri sungguhanmu. Mengerti ?" tekan Aneska dengan angkuh."Jika aku memaksa?" tanya Miftah menarik napas panjang dan mengeluarkannya cepat juga.
"Maksud kamu?"
"Jika aku memaksa mengambil hak dan tanggung jawabku malam ini? Karena seorang istri tidak boleh menolak permintaan suaminya, karena ia akan dilaknat malaikat sampai pagi, itu kata ustadz "Miftah berdiri dan tersenyum penuh kemenangan.
Apalagi Aneska langsung pias saat melihat dirinya memamerkan perut dengan eigh abs yang pernah ia lihat saat memeriksanya sebagai dokter. Desirannya tentu berbeda dengan kala itu.
"Jangan mendekat!" tekan Aneska mengangkat kedua tangannya dengan gemetar.
Miftah angkat bahu. " Aku suamimu."
"Jangan mendekat atau aku teriak?" Ancam Aneska
"Paling ajudanku mengira aku sangat hebat."
Aneska mulai ketakutan dan bibirnya bergetar sambil di tarik ke arah samping.
"Jangan, Mif... Aku belum siap"
"Tapi aku sangat siap."
"Penjarakan saja aku seperti kemarin sampai ayahku di temukan!" Pinta Aneska dengan beringsut dan gemetar.
"Aku akan memenjarakan mu di antara kedua tanganku." Miftah mengedipkan mata dan seketika istrinya lemah tak berdaya dan tidak bisa berkutip