Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dark Sorcerer

🇮🇩Ditt_
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.7k
Views
Synopsis
Genre: Action, Fantasy, Adventure, Romance, Drama, Magic Ini adalah kisah Ray D'Acrion yang secara tidak sengaja terlibat dalam sisi lain dari dunia yang ia tinggali saat ini, Bumi. Sihir, Iblis, Ras Humanoid, begitu pula dengan para Dewa akan ia hadapi di perjalanannya dalam membongkar dan menemukan rahasia dari dunia ini, Dungeon Kuno yang disembunyikan oleh Pemerintah Dunia dan Para Dewa, Intactius.
VIEW MORE

Chapter 1 - Ch. 00 - Prolog

Dalam hening dan dinginnya malam, terlihat dua orang pria berseragam SMP berjalan pulang sambil berbincang satu sama lain pada trotoar yang berada di tepi jalan. Tak banyak kendaraan yang melintas di jalan itu karena waktu telah menunjukkan pukul 11 malam.

"Oi Ray, apa kau melihat berita terbaru di TV pagi tadi?" tanya seorang pria berambut cokelat yang mengenakan seragam SMP 3 Bandung.

"Huh? Maksudmu tentang insiden pembunuhan berantai yang sedang terjadi belakangan ini?" tanya balik seorang pria dengan rambut hitam bergaya Man Bun. Ya, dia adalah Ray.

"Tepat sekali. Insiden itu sungguh mengerikan, bukan? Bahkan korban dari pembunuh berantai ini mencapai angka lebih dari 5000 korban jiwa," jelas pria berambut cokelat tadi.

"Yah, itu memang mengerikan. Tapi, mengapa kau menanyakan pendapatku tentang itu, Raze?" tanya Ray penasaran.

"Hmm? Tidak, aku hanya penasaran berapa banyak anggota pembunuh berantai tersebut hingga dapat membunuh sebanyak itu?"

"Yahh... Sebaiknya kau berdo'a saja agar kau bertemu mereka. Dan saat itu tanyakan saja langsung pada mereka," balas Ray.

Raze menatap jengkel ke arah Ray, "Kau memang yang terburuk, Ray," ucapnya sambil menggaruk kepalanya karena heran dengan sikap Ray, "Sikapmu terlalu dingin dan itu yang membuatmu tak memiliki pacar hingga saat ini"

"Aku tak peduli dalam hal seperti itu," timbal Ray yang masih cuek.

"Hahhh...," Raze menghela nafas karena lelah bicara dengan Ray, "Lalu, bagaimana pendapatmu tentang rumor yang beredar bersamaan dengan insiden itu, Ray?" lanjutnya.

"Rumor?" tanya Ray bingung.

"Serius? Kau ketinggalan inti dari beritanya? Mereka berkata semua korban dari pembunuhan berantai tersebut mati dengan cara yang sama," jelasnya.

"Hmm? Memang apa yang salah dengan itu? Mungkin saja pembunuhnya memang psikopat gila yang senang melakukan pembunuhan dengan cara yang sama?" ujar Ray cuek.

"Jika memang seperti itu mungkin media tak akan mempermasalahkan hal itu. Namun, seluruh korban tersebut tewas dengan terbakar sebuah api berwarna hitam," balas Raze dengan memasang wajah yang serius.

Ray terkejut dan sempat menghentikan langkahnya sebentar sebelum ia akhirnya lanjut berjalan kembali.

"Api hitam? Apa kau bercanda? Atau apa mungkin pembunuh itu seorang penyihir? Hahhh, apa sesuatu semacam itu memang ada di dunia ini?" ketus Ray.

"Sungguh... Kau terlalu rasional, Ray. Tapi media mengatakan api hitam tersebut tak bisa dipadamkan oleh air dan akan hangus dengan sendirinya saat si korban meninggal dunia," ujar Raze menjelaskan.

"Jika memang itu ulah penyihir, aku berdo'a pada tuhan agar aku dapat bertemu dengan pembunuh itu. Bukankah menakjubkan dapat bertemu seorang penyihir sungguhan di hidupmu ini?" ucap Ray Asal.

"Oi Oi, bodoh. Jika kau bertemu dengan mereka bukankah itu artinya kau akan mati? Kau berdo'a pada tuhan agar kau mati, huh? Kau bahkan belum membayar ramen yang kau makan tadi, bodoh!" ujar Raze kesal.

"Baiklah-baiklah, besok di sekolah akan kubayar jadi, pulanglah sana! Rumahmu belok kiri di persimpangan itu bukan?" ketus Ray.

Raze tak sadar selama mereka berbincang, mereka telah sampai pada satu persimpangan jalan dan tempat mereka berpisah karena berbeda arah jalan pulang.

"Ah, kau benar. Aku terlalu sibuk memikirkan insiden mengerikan itu sampai-sampai tak sadar jika kita telah sampai di persimpangan," kata Raze sambil memperbaiki posisi tas yang ia bawa, "Baiklah, kalau begitu sampai jumpa besok, Ray! Oh, dan jangan mati dulu sebelum kau bayar hutangmu padaku besok, bodoh!"

Raze berjalan sambil melambaikan tangan kanannya tanpa berbalik kepada Ray.

"Hahh, dia terlalu merepotkan dan berisik," ucap Ray menghela nafas.

.....

Ray melanjutkan perjalanan pulang menuju rumahnya sendirian hingga saat Ray berjalan pada gang kecil, ia mendengar suara seperti kobaran api di penghujung gang kecil tersebut.

"Huh? Siapa yang sedang membuat api unggun di dalam gang kecil seperti ini? Apa orang ini bodoh?"

Ray yang merasa aneh dan jengkel terus berjalan lurus dalam gang kecil tersebut sampai akhirnya dia melihat seseorang berjubah hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya hingga yang dapat ia lihat hanyalah mata berwarna merah orang itu yang seakan menyala dalam kegelapan.

"Hei? Siapa dan sedang apa kau disana?" tanya Ray.

Orang berjubah hitam tersebut tak menghiraukan pertanyaan Ray dan membuat Ray kesal.

"Oi, apa kau mendeng-"

Tepat sebelum Ray menyelesaikan ucapannya, ia terkejut dengan pemandangan mengerikan yang sedang ia lihat dihadapannya.

"H-hei... K-kau bercanda bukan?" Ray melihat seorang pria yang tergeletak di tanah di depan orang berjubah hitam tadi dengan kondisi yang mengenaskan. Seluruh tubuh pria itu terbakar oleh api berwarna hitam dengan perutnya yang terdapat luka tebasan seperti bekas dari tebasan pedang panjang dengan darah merah yang mengalir deras keluar dari perutnya ikut terbakar oleh api hitam tersebut layaknya bahan bakar.

"Bocah, siapa kau?"

Suara seorang pria keluar dari balik sosok berjubah hitam tadi. Suara tersebut dapat membuat Ray ketakutan dan merinding bersamaan.

"Tuhan, mengapa kau menjawab do'aku secepat ini? Kau bercanda bukan?" tanya Ray dengan matanya yang membelalak dan senyum kecil ysng menggambarkan ketakutan hebat di wajahnya.

Kaki Ray gemetar hebat saat menyaksikan hal yang berada di luar nalarnya.

"Bergeraklah, kaki tak berguna!" teriak batinnya.

Pria berjubah hitam itu semakin mendekat ke arah Ray sampai akhirnya Ray dapat menggerakkan kedua kakinya dan mulai berlari menjauh dari pria mengerikan itu sekuat yang ia bisa.

"Lari? Itu akan sia-sia saja bocah!"

.....

"Huft... Huft..."

Ray terlihat sangat kelelahan setelah berlari dari pria berjubah hitam tadi. Ia berhenti dan beristirahat di dalam sebuah supermarket 24 jam.

"Hei, Nak? Apa kau baik-baik saja? Kau seperti telah dikejar monster" tanya seorang pria kasir pada Ray yang tengah duduk di kursi samping meja kasir dengan nafas yang terengah-engah dan keringat dingin yang bercucuran.

Ray tak dapat mendengar suara dari pria kasir tersebut. Ia terlalu ketakutan hingga seluruh indera yang ia miliki hanya terfokus pada penyelematan dirinya.

*CKLAK*

Terlihat seseorang masuk ke dalam supermarket tersebut dan terus berjalan hingga tepat berada di depan Ray yang sedang duduk di sebuah kursi.

"Huh?" Ray yang sedang syok sembari menengok ke bawah melihat seseorang dengan jubah hitam tengah berdiri di depannya saat ini.

Bola matanya kembali membelalak seakan hampir melompat keluar. Tubuhnya kembali gemetar. Rasa takut yang sangat hebat tergambar jelas pada wajah Ray. Ray menoleh dari bawah hingga ke atas orang itu dengan perlahan. Terlihat pembunuh berjubah hitam tadi tengah berdiri di hadapannya dengan mata merahnya yang menyala dari balik tudungnya.

"A-apa aku harus berkata 'Hai' pada saat-saat seperti ini?" candanya sambil gemetar.

"Selamat malam, tuan? Apa ada yang dapat saya bantu?" tanya pria kasir itu tanpa curiga pada pria berjubah hitam itu.

Pria kasir itu sedikit menoleh ke arah Ray yang tengah gemetar hebat di tempat duduknya, "Ada apa dengan anak itu?"

"Ruang Sihir: Kuil Iblis"

Pria berjubah hitam itu terdengar mengucapkan sesuatu seperti mantra Sihir. Dan sesaat setelahnya Ray melihat ruangan Supermarket di sekelilingnya perlahan berubah menjadi dinding bata sebuah kuil yang berwarna putih pucat dan berlumut. Hingga Ray menyadari bahwa dirinya telah terjebak dalam sebuah Kuil mengerikan dengan pria berjubah hitam itu.

Ray berusaha menenangkan dirinya dan berusaha berdiri dengan sisa kekuatan yang ia miliki saat ini.

Pria berjubah hitam itu terlihat tengah duduk di atas sebuah Altar batu besar yang berada di depan Ray.

"Bocah, anggap saja kau sedang sial hari ini. Aku akan membunuhmu dengan sekali tebasan cepat dengan katana milikku. Anggap kematian tanpa rasa sakit ini adalah belas kasihan dariku padamu. Kau telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya kau lihat"

"I-itu bukan keinginanku untuk melihatmu membunuh orang itu, kau tau?" balas Ray yang masih sedikit gemetar.

"Tak peduli apa yang kau katakan aku akan tetap membunuhmu. Jadi, kau tak perlu membuang-buang sisa energimu untuk hal tak berguna seperti itu"

Ray tenggelam dalam pikirannya. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini, "Sihir, kah? Ini memang menakjubkan ketika aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Tapi, bukankah ini sangat menggelikan ketika kau mati setelah melihat semua ini? Hahh.... Apa aku dapat menggunakan Sihir seperti dia juga?" batin Ray yang tengah tenggelam dalam pikirannya dengan tatapan matanya yang kosong itu.

Pria berjubah hitam itu berdiri dan berjalan keluar dari Altar tadi menuju ke arah Ray sambil mengeluarkan sebuah Katana dengan sarung pedangnya yang berwarna hitam dari lantai tempat ia berjalan.

Katana itu diselimuti api hitam dengan sarung pedang yang terlihat berwarna hitam dengan warna emas yang menghiasinya.

Ia memasang kuda-kuda dan memegang gagang Katana tersebut dengan tangan kanannya dan tangan kirinya yang menahan sarung pedangnya. Ia bersiap menarik keluar Katana tersebut sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Apa aku akan mati? Yah, lagipula aku sudah tak memiliki siapapun bukan? Mungkin memang lebih baik seperti ini? Tidak, aku bahkan belum membayar uang yang aku pinjam dari si bodoh Raze. Apa yang sebenarnya aku inginkan? Hidup? Makan? Tidur? Uang? Tidak... Aku menginginkan Sihir itu! Aku juga ingin dapat menggunakan Sihir walau sekali saja dalam hidupku!" Untuk sesaat pandangan Ray terlihat kosong , tubuh Ray nampak diselimuti aura hitam pekat yang sangat mengerikan yang keluar dari lantai tempat ia berdiri.

"Hm? Oi Oi... Apa kau bercanda, bocah?" Pria berjubah hitam itu terlihat terkejut ketika melihat aura hitam yang tengah mengelilingi Ray saat ini.

"Ini... Tidak, aku yakin ia sedang Awakening! Bagaimana mungkin seorang bocah sepertinya membangkitkan Sihir Kuno yang sama sepertiku? Tidak, bahkan lebih mengerikan... Itu bukanlah Sihir Api Hitam seperti yang kupunya. I-itu..."

Sebelum pria itu menyelesaikan perkataannya, Ray mengangkat kepalanya dan memandang lurus ke arah pria berjubah hitam itu dengan tatapannya yang masih kosong dan warna matanya yang sekarang berubah menjadi hitam dengan pupil vertikal berwarna kuning keemasan ysng mengerikan akibat aura hitam pekat yang mengelilinginya.

"Ruang Sihir: Ilusi Kegelapan Abadi"

Kuil Iblis milik pria berjubah hitam itu seketika hancur dan ditelan oleh aura hitam milik Ray yang menyebar seperti meledak dari dalam tubuhnya. Kuil Iblis itu seakan ditelan oleh kegelapan yang tak berujung hingga tak bersisa.

Ray seperti dikontrol oleh orang lain. Sorot mata hitamnya seperti kosong tak berisi. Kedua lengannya jatuh melambai ke bawah seperti tak bertenaga.

Mereka berdua kini tengah berdiri di sebuah ruang kegelapan yang tak berujung dengan pijakan kabut berwarna hitam pekat.

Pria berjubah hitam itu tak dapat bergerak dari tempatnya. Ia terlihat ketakutan dan gemetar seolah ia ingin melompat keluar dari tempat tanpa dasar tersebut.

"Sihir Kuno... Sihir Kegelapan. Anak itu, dia bukan sembarang bocah, huh? Dia membangkitkan Sihir Kuno yang menjadi sumber ketakutan 'Mereka'. Sungguh bocah yang mengerikan. Aku tak dapat menggerakkan tubuhku sesuai kehendakku. Apa ini yang akan terjadi jika kita berhadapan langsung dengan kekuatan absolut?" Batin pria itu.

*Crash*

Nampak retakan kecil yang semakin meluas pada sekeliling ruang hampa yang gelap tersebut dan akhirnya meruntuhkan seluruh ruangan tersebut.

Mereka berdua kembali di sebuah Supermarket tempat terakhir mereka berada tadi. Ray terlihat sudah tak memiliki sisa kekuatan lagi dan tubuhnya terhuyung ke depan karena ia kehilangan kesadaran. Namun tepat sebelum ia terjatuh, pria berjubah hitam tadi dengan cepat menangkapnya dan menggendong Ray di punggungnya. Ia lalu menoleh ke arah pria kasir yang sedang berdiri ketakutan dengan kakinya yang gemetar setelah melihat mereka berdua hilang ditelan api hitam sebelumnya. Hingga pria kasir itu pingsan karena terlalu terkejut dengan hal mengerikan yang baru saja ia lihat.

Terlihat dari bawah kaki pria berjubah hitam itu keluar sebuah api berwarna hitam yang berkobar menutupi dirinya dan seakan menelannya ke dalam lantai. Ia hilang begitu saja bersama dengan Ray yang tengah di gendong di punggungnya.

.....

Di dalam sebuah kamar tua yang cukup besar juga telah terbengkalai terlihat kobaran api hitam yang membawa pria berjubah hitam itu dan Ray. Ia berjalan keluar dari kobaran api hitam itu menuju ke arah ranjang kecil dan meletakkan Ray dan membaringkannya di atas ranjang usang tersebut.

Ia terus melihat ke arah Ray dan mengingat kejadian mengerikan sebelumnya yang telah menimpanya.

Keringat dingin nampak mengalir di dahinya.

"Mulai saat ini, aku akan mengajarimu tentang Sihir, bocah. Mungkin, dengan Sihir Kuno yang baru saja kau bangkitkan itu, akan menjadi mata tombak yang cukup kuat dan kokoh untuk mengalahkan 'Mereka' . Mungkin saat ini para Awakened lain tengah gempar untuk mencari sumber kekuatan besar yang diakibatkan bocah ini tadi." gumam pria itu.

"Bocah, kau akan kehilangan kehidupan normalmu mulai dari sekarang. Kau telah masuk terlalu dalam ke dalam dunia busuk ini. Kau sudah membangkitkan Kekuatan Sihir dari Iblis legendaris. Aku akan membimbingmu hingga kelak kau dapat menjadi seorang Awakened dengan kekuatan tak terbatas dan sampai pada saat ketika kau dapat berhadapan langsung dengan seluruh 'Kebenaran dari dunia ini', nak"

* TO BE CONTINUED *