Manusia adalah mahluk yang senantiasa menyusun rencana dalam kehidupannya. walaupun setiap orang memiliki perbedaan dalam mengelola hidupnya, Namun satu hal yang pasti bahwa keputusan akhir dari apa yang kita jalani adalah sebuah ketetapan yang Allah telah tuliskan sebagai takdir hidup kita.
begitu pula yang dirasakan oleh Ahsan. seorang anak lelaki yang lahir dari keluarga yang serba keterbatasan. apalagi dalam hal ekonomi. Ahsan adalah anak ketiga dari 7 bersaudara. ia memiliki 2 kakak yang telah menikah dan masing-masing telah memiliki keluarga kecilnya. sedangkan 4 adiknya masih kecil dan masing-masing telah memulai aktivitas sebagai siswa yang bersiap untuk ke sekolah. saat ini Ahsan telah memulai semester sebagai murid kelas 9 di MTs Negeri Harapan. sedangkan keempat adiknya terdiri dari 3 perempuan dan seorang anak lelaki. anak keempat bernama Ulfa, seorang wanita yang tomboi saat ini berada di kelas 7 MTs Negeri Harapan. selanjutnya seorang anak lelaki yang cukup bandel bernama Hardi. ia saat ini berada di bangku kelas 5. 2 anak terakhir adalah Sari dan alfiyah. sari saat ini sedang duduk di kelas 3 sedangkan si bungsu alfiyah baru memulai sekolah sebagai murid baru di bangku kelas 1. mereka bertiga bersekolah di SD Negeri 13 Harapan.
pagi itu seperti biasa, keluarga kecil ini telah memulai aktivitas sejak ayam berkokok. ayah dan ibu masing-masing menyiapkan bahan jualan yang akan di dagangkan. sehari-hari ibu berjualan di pasar sentral harapan. sedangkan ayah memilih untuk menjual produk herbalnya ke setiap kantor yang ada di kota harapan. ibu biasanya berjualan beberapa sembako dan buah-buahan musiman yang diperoleh dari pengepul untuk dijual kembali. aktivitas itu senantiasa berulang setiap harinya. ayah dan ibu selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
sampai suatu ketika kondisi jualan ibu di pasar sentral harapan mulai memburuk, modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan keuntungan bahkan kebutuhan sehari-hari. kondisi itu terus terjadi sehingga membuat Ibu menjadi merasa frustasi dan putus asa. membuatnya malas untuk ke pasar.
"Ya Allah, mengapa kondisi penjualan kami seperti ini. tidakkah engkau lapangkan rezeki dan usaha kami ?. tolonglah keluarga kecil kami Ya Allah". Do'a ibu setiap hari di kondisi itu.
ditambah lagi penghasilan ayah dari penjualan obat herbal tidak seberapa. syukur-syukur bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. kondisi itu yang selalu memicu pertengkaran dalam rumah tangga.
sebagai anak tertua yang belum menikah, Ahsan ikut merasakan apa yang dialami orang tuanya. karena ia tak mungkin meminta bantuan kepada kedua kakaknya. hidup mereka juga serba keterbatasan.
suatu hari beredar isu tentang ditemukannya tambang emas di kabupaten Dombaena.