Cerita singkat sebelumnya…
"Residu sihir—Maksudku debu sihir, Alisa mengatakan kalau itu ada hubungannya?" Tanya Ruri saat dia akhirnya kembali ke pondok Hazel. Padahal kemarin dia kembali ke kamarnya untuk mencari catatan lain yang siapa tahu bisa membantu. Tapi karena itu, sepertinya dia justru malah melewatkan adegan yang berhasil membuat Hazel masih tertawa kegelian sampai sekarang.
"Iya, dia bahkan sempat kelihatan semangat saat mengatakannya." Seru Hazel. "Kakak harusnya lihat wajahnya tadi pagi."
Mengabaikan Hazel, Ruri kembali memikirkan catatan bab 5 yang awalnya diberikan Rei. Di situ memang dijelaskan kalau murid yang bisa menggunakan sihir akan menyerap energi bebas yang berkeliaran di Aviara, menyimpannya dan mengubahnya jadi aura sihir pribadi yang hasilnya bisa jadi macam-macam sihir dan ujungnya-ujungnya kembali jadi energi bebas di Aviara.
Dan seperti yang dikatakan Alisa, di situ juga dijelaskan macam-macam pergerakan energi tergantung tipe orangnya, sampai residu sihir yang biasanya berupa debu tipis yang lebih mudah terlihat kalau sedang gelap.
Hanya saja… Karena bagaimanapun Arin bukan murid yang bisa menggunakan sihir, Ruri tidak bisa memahami apa hubungannya catatan ini dengan cara menghilangkan kemampuan matanya yang bisa melihat energi sihir. Apalagi karena dia sudah dapat petunjuk kedua mengenai karakteristik energi sihir yang seperti kabut itu, dia jadi agak melupakan bagian itu.
"Tapi walaupun memang sulit dimengerti, residu sihir itu memang memiliki cahaya sendiri kan ya…" Gumam Ruri terus-menerus. "Kalau saja cahaya itu bisa diperbanyak atau difokuskan ke penglihatannya… Eh, tapi tetap saja tidak ada gunanya karena Arin tidak bisa—"
'OH?!'
Dan tiba-tiba saja Ruri langsung menarik kerah jaket Hazel dan mencekiknya. "Kenapa kau baru bilang sekarang?!!"