Dengan nafas terengah ia terus berlari ditengah kegelapan hutan diikuti bayangan hitam mengerikan yang terus mengejar bersiap menerkam.
Terus berlari tanpa memperhatikan jalan membuat ia seketika jatuh tersandung akar pohon, ketika berbalik si sosok sudah tepat dibelakangnya langsung mendekat lalu mencekik dengan kuat.
Tok Tok Tok
"Hah"
Beruntung sekali suara ketukan pintu itu dapat membangunkanya dari mimpi buruk, ia diam sejenak menetralkan nafasnya yang memburu.
Suara ketukan kembali terdengar membuat pemuda ini berjalan ke arah pintu kemudian membukanya untuk tahu siapa yang mengetuk.
Pintu terbuka menampakan salah satu temanya disana.
"Joan"
"Kakak kenapa, gue denger Kakak ngeringis kesakitan" ucap si pemuda manis bernama Joan.
"Oh tadi gue mimpi buruk" ucap si pemuda jangkung bernama Hesa, ia sedikit merasa tak enak melihat raut cemas Joan.
"Gue gak apa-apa kok, btw gimana loe bisa masuk kosan gue" tanyanya guna mengalihkan rasa khawatir Joan.
"Diajak kak Jaehyuk, dia pinjem dapur kakak soalnya kompor dia lagi rusak" ucap Joan.
Hesa langsung pergi ke dapur dan menemukan tetangga sekaligus rekan osis nya yang ntah sedang memasak apa.
"Jae"
Karna merasa dipanggil Jaehyuk pun menoleh sekilas ke arah Hesa lalu kembali berbalik mematikan kompor.
"Kompor loe rusak" tanya Hesa
"Yoi, tadi pas sampe depan kosan loe Joan udah dateng juga makanya sekalian gue ajak masuk" ucap Jaehyuk.
Hesa hanya mengangguk paham setelah mendengar ucapan Jaehyuk, ia lalu beralih pada Joan.
"Kalo loe?" ucapnya.
"Gak ada apa-apa sih, Cuma mau ngajak pergi bareng aja" ucap Joan.
"O iya gue baru inget kalo kita janjian ngumpul" ucap Hesa ia baru teringat pada pembahasan di chat grup.
~~~
Pemuda yang kerap disapa Jio ini menghampiri teman-teman nya yang sudah berkumpul di salah satu meja sebuah resto.
"Sorry guys gue telat" ucapnya.
"Sans, belum sampe satu jam kok" ucap si anak rantau dari Aussie, Arka.
"Muka loe kenapa ada lebam gitu" ucap pemuda manis bermata Rubah, Setta.
"Nolongin nenek yang dibegal" ucap Jio.
Mereka mengangguk paham.
"Kirain loe yang begal" ucap pemuda berkebangsaan Jepang, Niki.
"Weh sorry, gue kan holkay ngapain masih begal orang" ucap Jio dengan ekspresi pd.
"Oke sekarang semua makanan kita loe yang bayarin" ucap Niki.
"Ok lah" ucap Jio.
"Btw kok kaya kurang" Arka memperhatikan kembali teman genk nya sembari menghitung.
"Si ice prince a.k.a Satya belum dateng" ucap Setta.
"Kak Hesa juga belum dateng" ucap Jio.
"Udah bareng gue tadi, lagi ke toilet bentar" ucap Joan.
Tak lama kemudian seorang pelayan datang menyajikan makanan yang sudah mereka pesan.
"kok perasaan gue gak enak ya"
Salah satu diantara mereka diam-diam melirik sekitar ragu dan ada perasaan tak nyaman tapi hanya bisa dipendam karna temanya yang lain terlihat biasa saja.
Dilain tempat.
Satya sedang berkerumun bersama beberapa pengunjung lain yang juga menunggu lift.
Saat pintu lift sudah terbuka Satya memasukan ponsel ke saku jaket lalu melangkahkan kaki untuk memasuki lift namun ada yang menahan tanganya membuat Satya reflek menoleh.
"Kak Hesa" penuda berkulit pucat itu sedikit terkejut melihat keberadaan Hesa disana.
"Mau naik?" tanya Hesa.
"Iya, kan resto tempat kumpul ada di lantai 4" ucapp Satya sedikit heran.
"Pake eskalator aja yuk" ajak Hesa secara tiba-tiba membuat Satya semakin heran.
"Kenapa?" ucap Satya.
"Ayolah" ucap Hesa sambil menggoyangkan tangan kiri Satya sok imut.
"Y-yaudah" ucap Satya, ia tak nyaman melihat si kakak kelas yang sudah jelas lebih tua darinya malah bertingkah imut.
Mereka berdua pun pergi ke lantai atas menggunakan tangga berjalan, tiba di lantai 2 Satya mendengar suara benturan keras secara reflek ia menarik tangan Hesa agar Hesa berhenti sejenak sebelum kembali menaiki eskalator.
"Kenapa Sat" tanya Hesa.
"Loe gak denger suara itu Kak" tanya Satya.
"Suara apa?" Hesa balik bertanya.
Satya melihat ke sekitar, orang-orang tampak bingung juga seperti dirinya tapi kenapa Hesa bersikap seolah tak ada yang terjadi.
"Suara keras, kaya ada sesuatu besar jatoh" Satya menganalisis sesuatu yang ia dengar.
"Gue juga denger, mungkin ada tabrakan di luar" Hesa berpendapat.
"Bukan deh, jelas banget ini kaya suara jatoh bukan benturan" ucap Satya.
Tadinya Satya akan menghampiri pengunjung lain atau satpam untuk bertanya namun Hesa keburu memanggilnya.
"Eh yang lain udah kumpul, pasti pada nungguin" ucap Hesa
Mau tak mau Satya pun mengikuti Hesa naik eskaltor, Setelah sampai mereka langsung berkumpul dengan yang lain.
"Kita udah pesenin juga ni buat kalian" Joan memberikan makanan yang belum tersentuh pada Hesa dan Satya.
"Yo thanks" Hesa menerima piring dari Joan.
"Kak, tadi loe kesini pake lift atau tangga" tanya Niki pada Satya.
"Tadinya mau pake lift tapi diajak kak Hesa naik eskalator" ucap Satya.
Joan menoleh ke arah Hesa heran karna seingatnya Hesa bilang akan pergi ke toilet.
"Jauh banget kakak pergi toilet lantai 1" ucap Joan
"Ada barang yang sekalian gue beli" ucap Hesa.
"Oh" Joan mengangguk paham.
"Untung kalian gak jadi pake lift" ucap Jio.
"Emang kenapa?" ucap Satya.
"Jatoh, ntah berapa orang yang luka" ucap Setta.
Oh jadi suara keras tadi adalah suara yang berasal dari lift jatuh, begitu pikir Satya.
"Kak, loe tiba-tiba ngajak gue pake eskalator" Satya bertanya dengan nada yang curiga pada Hesa.
"Lift nya udah penuh, tadi loe gak liat ya" dalih Hesa.
"E-enggak sih" ucap Satya, ia memang terlalu fokus pada ponsel.
Mereka pun melanjutkan makan sambil sesekali bercanda.
Tak terasa waktu sudah semakin sore, Hesa dan yang lainya memutuskan untuk pulang namun sebelum itu mereka akan menonton ke bioskop.
Saat film sedang tayang Arka tiba-tiba merasa tak nyaman padahal film yang mereka tonton bukan bergenre horor, di tengah rasa tak nyaman ia melihat Setta yang duduk di bangku depanya.
"Kenapa orang disebelah Setta itu mirip sama Setta, eh Setta kan rambutnya coklat bukan lavender tapi kalo dari belakang emang mirip sih" ucap Arka dalam hati.
Tepukan dibahunya secara reflek membuat Arka menoleh.
"Napa loe" ucap Niki.
"C-cuma ngantuk" alibi Arka.
"Loe biasa tidur sore?" ucap Niki.
"Gak sih, mungkin karna malem kemarin gue tidur jam 3" ucap Arka.
"Yeee pantesan lah bambang jam segini loe udah ngantuk" ucap Niki.
"Bodo amat Nik"Arka tidak ingin memperpanjang pembicaraan.
"Yaudah, tidur aja, ntar gue ceritain filmnya" ucap Niki.
"Hm, thanks"
Arka kembali melihat kearah depan namun ternyata disebelah Setta bangku kosong tak ada yang menempati.
~~~
Arka menulis di buku lalu melihat jam di ponsel yang sudah menujukan pukul delapan, waktu nya ia makan malam.
Tok tok tok
"Makan dulu woi" ucap si Kakak dari balik pintu.
"Bentar lagi gue ke ruang makan"
Arka menutup buku tugasnya sambil memeriksa kembali perlengkapan yang harus ia bawa ke sekolah besok, tiba-tiba ia teringat kejadian tadi siang.
"Apa perasaan gak enak gue berhubungan sama lift yang jatoh tadi, terus kenapa orang yang gue liat disebelah Setta bisa ilang"
"Kak Hesa juga ngajak Satya pake eskalator padahal Satya udah mau naik lift, mungkin gak ya dia ngerasain hal aneh juga"
Arka menggelengkan kepala guna menghilang kan semua pemikiran negatif itu.
"Ini Cuma kebetulan, yang gue liat dibioskop mungkin aja halusinasi"
Ia segera pergi dari kamar untuk ke ruang makan.
~~~
Hesa melangkah keluar dari portal setelah selesai melakukan perjalanan waktu.
"Kok gue gak bisa liat liburan besok ya, malah liat yang lain kena teror di sekolah"
Hesa merasa heran karna tumben sekali ia tak bisa pergi ke waktu yang diinginkan, ia duduk sejenak di kasur memikirkan keanehan ini.
"Gue ulangin aja kali ya"
Hesa mulai kembali berkonsentrasi namun ketika melihat jam kompas di tanganya jam tersebut di kelilingi asap hitam, secara reflek ia terkejut dan langsung melempar.
"J-jam gue kenap-"
Tak di duga sosok berjubah hitam muncul menghentikan langkah di depan jam kompas Hesa kemudian mengambilnya.
'Hi time travaler'
"Kenapa suaranya mirip banget sama gue" pikir Hesa, ia melihat dengan jelas si sosok menyeringai dibalik setengah wajahnya yang tertutup.
"Loe siapa?" ucap Hesa.
'Tak penting kau tahu aku siapa, aku hanya ingin mengajak mu bermain'
"Sorry gue bukan bocah"
Hesa bangkit untuk mengambil jam kompas miliknya namun si sosok malah menghindar, tak ingin jam itu ada pada Hesa.
"Balikin jam gue!"
'Cukup sulit memanipulasi jam ini agar kau tak bisa melihat kejadian liburan mu besok. Oh satu lagi, jangan membuat yang lain tau karna bila itu terjadi semuanya akan tamat' si sosok berkata manipulatif terkesan mengancam.
"Apa mau loe" Hesa bertanya dengan sinis menahan kesal.
'Bermain, permainan akan dilakukan besok setelah permainan Hitori Kakurenbo'
Si sosok menghilang di balik kepulan asap hitam yang ia ciptakan membuat Hesa benar-benar kesal karna si sosok sudah mengambil jam berharga peninggalan mendiang ibunya.