Chereads / Gadis penyihir di desa terpencil / Chapter 1 - Chapter 0

Gadis penyihir di desa terpencil

Fuwamofu
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 0

Melihat ke arah luar jendela bus yang perlahan menurunkan kecepatanya begitu memasuki area hutan terlihat banyak pohon-pohon rimbun yang tumbuh di sisi kanan dan diri jalan. rerumputan yang tumbuh di pinggiran aspal terlihat terombang-ambing oleh angin yang berhembus dari putaran ban bus.

Cahaya matahari siang hari yang menembus sela antar dedaunan nampak seperti sebuah kilauan putih dari perhiasan yang baru saja dipoles hingga memantulkan lampu-lampu yang ada di toko.. kurasa setelah dipikir ulang aku sendiri tidak begitu paham maksudnya, hanya saja aku merasa begitu.

Bus ini adalah satu-satunya transportasi keluar masuk desa. karena hanya ada beberapa orang yang punya keperluan untuk menjual hasil panen mereka ke kota jadi bisa dibilang bus ini seperti kendaraan pribadiku sekarang.

Kursi-kursi yang kosong memenuhi bus yang lumayan besar ini. tidak ada musik latar yang diputar oleh pak supir selama perjalanan. sebenarnya ini adalah hal yang wajar saja, tidak ada perintah ataupun norma khusus yang mengharuskan pengemudi bus antar desa-kota untuk mencairkan suasana dengan cara memutar musik latar sepanjang perjalanan.

Sunyi, mungkin kata 'sunyi' terkesan berkonotasi negatif. 'Lihatlah rumah angker yang sunyi ini...' ataupun 'Kesunyian di malam hari...'. ataupun kalimat-kalimat serupa yang biasanya dipakai sebagai kalimat lanjutan kata 'sunyi'. jadi sepertinya 'sunyi' bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi di dalam bus sekarang.

'Kurasa, selama perjalanan ke desa aku merasa sangat tentram'? apakah bagitu lebih baik? entahlah. yang pasti adalah aku lumayan menikmati suasana seperti ini. tidak, sebenarnya aku sangat suka dengan suasana tentram seperti ini. bunyi angin yang berhembus diluar jendela, suara ban mobil yang sesekali terdengar seperti sedang melindas pasir atau aspal yang sudah sedikit kering. juga suara pepohonan yang ditiup oleh hembusan angin laut yang sejuk dibawah langit biru yang hanya memiliki sedikit awan terlihat. Apakah awan disini memang sedikit? atau karena langit disini sangat luas yang menyebabkan warna biru lebih dominan dibandingkan warna putih awan? mungkin keduanya.

Beberapa menit berlalu sejak bus memasuki hutan. suasana tentram masih sama seperti sejak awal. Angin, suara dedaunan, aspal yang mengering dan langit yang biru cerah namun tampak menyejukkan. hanya saja di sepanjang jalan tadi ada beberapa hewan yang terlihat dari dalam hutan. kebanyakan adalah burung-burung kecil yang berterbangan dan berkicau secara acak tapi masih dalam batas enak didengar oleh telinga. ada juga tupai yang bermain kejar-kejaran satu sama lainnya menginjak-injak rumput dan dedaunan kering yang ada di tanah.

-

Setelah lebih dari 10 menit bus yang kutumpangi pun sampai di depan sebuah terowongan kecil lalu berhenti dipinggiran jalan tepat di depan terowongan itu. terdapat semacam pos jaga yang terbuat dari kayu yang berada di sisi kanan terowongan itu. pos jaga yang mungkin hanya berukuran 1x2 meter persegi yang hanya bisa di tepati oleh 1 atau 2 orang saja dalam waktu yang bersamaan.

Dari arah dalam pos jaga itu terlihat sebuah meja kayu yang menempel pada bagian dalam dinding pos jaga. diatasnya terdapat secangkir kopi dan sebuah piring berisikan beberapa kue kering yang sepertinya sudah dimakan sebagian karena terdapat banyak temahan yang terjatuh di atas piking kecil itu.

Setelah bus berhenti, sopir bus kemudian turun dari bus, membenarkan topi yang baru saja ia kenakan sesaat sebelumnya lalu berjalan dengan santai menuju ke arah pos jaga tadi. menemui seorang paman yang sepertinya petugas jaga pos tersebut. setidaknya semua orang akan berfikir begitu jika melihat seragam abu-abu yang ia kenakan hingga kayu yang mungkin adalah pentungan yang sudah di cat dengan warna hitam pekat.

Mereka berbincang-bincang sebentar. sesekali paman supir menujuk ke arah dalam bus. mungkin sedang membicarakanku jadi aku tersenyum ke arah mereka seolah paham dengan situasi yang terjadi padahal kenyataan nya aku sedikit kebingungan.

Setelah sekitar 5 menit dilewati mereka berdua dengan mengobrol satu-sama lain. mereka berdua sepertinya sudah akrab hanya dalam hitungan menit saja. terdengar suara tertawa yang cukup keras beberapa kali ketika aku tidak memperhatikan keduanya yang membuatku mengembalikan arah pandanganku dari menatap pepohonan diluar jendela bus. sebenarnya aku sempat berniat keluar dari bus dan menghampiri mereka untuk mengetahui apa yang terjadi disana. tapi sayangnya itu seperti kurang sopan jika aku mendadak ikut dalam obrolan antar kedua paman itu jadi aku memutuskan untuk tetap menunggu di bus dengan tenang. menunggu giliranku dipanggil oleh mereka. dan akhirnya paman penjaga pun akhirnya 'Nona manis..! kemarilah sebentar!..' ucapnya sambil melambaikan tangan ke arahku. jadi akupun turun dari bus untuk menemui keduanya..

"Wah-wah... ternyata betulan sera tohh, kamu sudah dewasa ya...!"

"Ah, iya.." Entah, kurasa aku tidak kenal dengan paman ini. tapi sepertinya dia mengenaliku jadi aku hanya mengiyakannya saja.

"Baiklah, Mulai dari sini biar aku yang mengantarnya. terimakasih banyak ya!.." Kemudian paman yang tidak kukenali baik wajah maupun namanya itu mendadak saja mengambil alih posisi pengantar dari paman supir.

"Tidak-tidak. justru saya yang berterimakasih. ini sudah sangat lama sekali sejak terakhir saya kemari jadi saya juga baru ingat jika di desa hanya ada jalan satu arah. ini sangat membantu" perkataan paman tersebut sekarang menjelaskan semua situasi yang ada.

Begitu rupanya..

-

Beberapa menit berlalu sejak aku berjalan mengikuti paman penjaga pos jaga. kami melewati bagian dalam terowongan dengan berjalan kaki. untungnya terowongan tersebut tidak terlalu jauh jadi meskipun lampu yang terpasang di dalamnya tidak dinyalakan cahaya dari matahari tetap memantul ke bagian dalamnya dan aku bisa langsung melihat bagian ujung terowongan.

Disini berbeda dibandingkan bagian luar terowongan. meski sekarang sedang siang tapi bagian dalam terowongan terasa dingin, dalam artian yang bagus maksudku. tidak ada jalanan yang hancur ataupun bagian tembok yang rusak dan dicoret-coret dengan grafiti. namun, setelah dipikir-pikir itu adalah hal yang wajar. memangnya siapa yang mau melakukan hal seperti itu di desa ini? para orangtua? anak-anak? kurasa tidak ada dari mereka yang punya kemungkinan itu.

"Yahhh, Tidak terpikirkan olehku jika dik sera bakal kemari. kudengar dari pamanmu kalau kau akan tinggal disini untuk sementara waktu. benar begitu?"

"Benar kok, saya kemari disuruh oleh ayah. katanya sih 'Sesekali cobalah ganti suasana' jadi saya menurutinya dan akhirnya sampai disini" Aku merespon pertanyaan paman tersebut. sepertinya paman dan bibi sudah memberitahu kalau aku akan datang jadi paman ini menjemputku di depan terowongan tadi.

"Begitu...!? wah, kalau gitu sepertinya dik sera bakal kesusahan dong..!" Paman kembali berbicara sesaat setelah ia seperti memikirkan sesuatu. dari gaya bicaranya mungkin dia sedang bercanda tapi aku juga penasaran apa maksud dari candaannya tersebut jadi aku merespon sesuai seperti yang dia harapkan.

"Maksudnya?? jangan bilang... disini banyak hewan buas yang masih sering berkeliaran..."

"Hahahaha! Dik sera bisa saja. maksud paman itu dik sera bakal kesusahan kalau kemari cuma karena mau ganti suasanya aja. soalnya, disini itu enak sekali tempatnya. nanti... dik sera malah gak mau pulang gimana..?"

"Oalah.. jadi itu maksudnya" fyuhh, itu membuatku sedikit merasa lega. sebenarnya sudah jelas kalau tidak ada hal yang perlu aku takutkan tapi entah kenapa aku masih merasa jika ada kemungkinan ada hal lain yang sedikit menyulitkan ku nanti.

"Tapi kalau masalah hewan buas sih kadang cuma muncul sesekali"

"Eh?"

"Bercanda kok!"

Sepertinya paman ini keseringan bercanda. aku kesusahan membedakan kapan ketika dia sedang bercanda dan kapan ketika dia sedang sedikit serius tapi ditutupi dengan sedikit candaan.

Kamipun masih berjalan seperti biasanya. kali ini aspal yang tadinya hitam pekat mulai perlahan berubah menjadi tanah cokelat berpasir yang ditumbuhi rerumputan dipinggir-pinggiran dekat tembok. Udara dari luar pun mulai terasa memasuki terowongan. berhembus ke arahku dan paman penjaga yang baru saja keluar dari terowongan...