Chereads / Silver Witch: The Immortal / Chapter 1 - Ch. 01

Silver Witch: The Immortal

🇮🇩Catish13
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Ch. 01

Gedubrak!

"Aduh! Lagi-lagi Anda mabuk berat, Tuan Arlo! Kalau seperti ini terus, istri Anda akan benar-benar meninggalkan Anda. Pergilah ke kota besar dan cari pekerjaan di sana!" keluh Nyonya Nora dari balik meja bar. Tentu saja ia mengeluh, karena hampir setiap hari Tuan Alro berbuat ulah di bar kami. "Ei, tolong angkut saja pria tak berguna itu ke kandang sapi di belakang." Nyonya Nora sepertinya sudah benar-benar kelelahan mengurusi suami dari sahabatnya itu.

Lantas, aku bergegas menghampiri Tuan Arlo yang terkapar di atas lantai setelah membuat meja dan kursi di dekatnya terbalik. Minuman orang-orang yang satu meja dengannya sampai jatuh dan tumpah. Kalau seperti ini, aku akan membersihkan dua kali lipat dari biasanya. Sepertinya, keputusan membawa Tuan Arlo ke kandang sapi perah milik Sir Zion adalah keputusan yang tepat untuk menghukumnya. Yah, meski aku yakin ia tak akan jera.

Setelah menyeret Tuan Arlo ke kandang sapi perah di belakang serikat, aku kembali ke bar untuk membersihkan kekacauan yang dibuat Tuan Arlo. Padahal, aku ingin cepat kembali ke kamar. Hari ini aku benar-benar lelah bekerja sejak pagi, dan ini sudah hampir tengah malam. Apalagi, tadi siang aku sempat diminta Sir Zion ke desa sebelah untuk mengantar potion hasil buatan Penyihir Herba kami pada teman dekatnya. Aku ingin bermalas-malasan, mumpung besok adalah hari istirahatku.

"Ei." Aku baru saja selesai merapikan perkakas kebersihan ke dapur. Kalau sudah mendengar namaku dipanggil, rasanya sudah melelahkan dan ingin memaki saja. Tapi, aku harus tetap menjaga hubungan baik dengan orang-orang di Molias.

"Ya, Tuan Hubert?" Aku pun menghampirinya. Ia laki-laki berumur 50 tahun, seorang penebang kayu dan pencari rerumputan herba untuk Penyihir Herba kami, yang akhir-akhir ini kudengar mengalami penurunan kondisi akibat penuaan. Ia tinggal sendiri di gubuk kecil pinggir hutan. Sesungguhnya aku kasihan, tapi kadang ia bertingkah menyebalkan pada wanita muda.

"Bisakah kamu memeriksaku? Dokter di Molias sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa untuk sakitku. Katanya, aku harus mencari Penyihir Penyembuh, dan bukankah kamu satu-satunya Penyihir Penyembuh di Molias? Apa kamu tidak bisa membantuku?" Jelas sekali ia mabuk, tapi ia terdengar putus asa. Orang mabuk biasanya mengatakan hal yang jujur.

Sebenarnya, aku tidak suka menunjukkan sihirku di depan orang-orang. Aku tidak tahu apakah di sini ada yang dapat menyadari warna Aura Mana-ku. "Kalau begitu, berhentilah minum-minum, Tuan. Sebaiknya Anda pulang. Saya akan mengantar Anda dan memeriksa Anda." Aku rasa, ini menjadi kesempatanku untuk bisa kabur di jam-jam terakhir kerjaku.

"Eira, kamu boleh mengantarkan Tuan Hubert. Jam kerjamu juga sudah hampir selesai, bukan?" kata Nyonya Nora. "Sisanya biar saya dan anak-anak lainnya yang urus."

Aku mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih, Nyonya." Aku pun mengangkat tubuh Tuan Hubert agar ia berdiri. "Ayo, Tuan."

Hutan di dekat Molias ini bukanlah hutan yang berbahaya. Tidak ada monster besar, hanya ada hewan-hewan yang sedikit buas. Tuan Hubert dapat hidup sendiri dengan baik di gubuk pinggir hutan pun bukan hal yang aneh, karena banyak juga penduduk Molias yang seperti itu. Apalagi, tanah di pinggir hutan ini adalah milik kekaisaran dan memang diperuntukkan untuk mendirikan rumah-rumah penduduk, sehingga tidak akan ada penarikan pajak oleh pemimpin wilayah ini.

Gubuk Tuan Hubert benar-benar gubuk kecil dari kayu yang hanya membuat satu kasur, satu meja kecil dan kursinya, dan dapur yang minimalis. Aku yakin, ia pergi ke hutan untuk buang air. Sumber air di dekat sini hanya sungai mengalir yang kecil dari danau Glitterhold Lake. Meski tempat ini cukup gelap, tapi aku suka tempat ini. Kalau aku tak malas, aku ingin memiliki rumah di dekat sini seperti milik Tuan Hubert.

Setelah membantu Tuan Hubert berbaring di kasurnya, aku pun memulai pekerjaan kemanusiaan yang tak dibayar. Aku menaruh tanganku di atas dada Tuan Hubert yang naik-turun dengan berat. Memang tubuhnya semakin kurus, kulitnya semakin kering dan pucat, dan aku terus mendengarnya batuk. Ternyata memang penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Bahkan, aku hanya bisa membuatnya membaik dan bertahan hidup lebih lama. Sekalipun aku bisa menyembuhkannya, tapi itu akan menyalahi takdir kematian nantinya. Cukup aku saja yang menyalahi aturan kehidupan

"Penyakit Tuan tidak bisa disembuhkan. Penyihir Penyembuh kelas tinggi pun juga tidak akan bisa menyembuhkannya. Ini penyakit yang memang terjadi seiring waktu penuaan karena penurunan fungsi organ. Organ jantung dan ginjal tuan sudah lemah. Jadi, saya hanya bisa membuat Tuan merasa lebih baik dan bertahan sampai akhir tanpa rasa sakit," jelasku.

Dia membuka matanya yang sayu. "Jadi, menurutmu, aku akan segera mati?" Aku mengangguk sebagai jawaban. "Kapan?"

"Entahlah. Mungkin hanya beberapa minggu," jawabku. "Saya akan rutin menemui Anda. Jadi, sebaiknya Anda berhenti bekerja dan perbanyak istirahat, atau lakukan hal yang memang Anda inginkan."

Ia tersenyum, tampaknya sudah mulai ikhlas menerima kondisi dan kenyataan. "Apakah akan ada yang bersedih atas kematianku? Selama ini aku hidup sendirian, melakukan hal-hal menyebalkan, dan tidak ada hal bermanfaat yang aku lakukan."

Memang ia semenyebalkan itu, namun aku tahu ia bukan orang jahat. Ia hanya orang kesepian. Aku sudah sering bertemu orang sepertinya. "Penduduk Molias pasti bersedih. Kalau bukan karena Tuan, penduduk Molias tidak akan bisa mendirikan rumah dengan kayu berkualitas baik seperti yang bisa Tuan dapatkan," jawabku. Aku tidak berbohong,meski sebenarnya aku tak pandai menghibur. "Besok pagi saya akan datang membawakan Tuan sarapan dan makan siang, lalu malamnya saya akan kembali untuk membantu Anda. Obat-obatan dari Penyihir Herba silakan dilanjutkan."

"Terima kasih, Eira."

"Hm, ya." Aku pun berdiri dan bergegas pergi dari gubuk kecil itu.

Padahal, sudah sering sekali aku harus menyaksikan orang-orang meninggal. Tapi, tak pernah ada kata 'terbiasa' untuk menghadapi hal seperti ini. Karena itulah, aku mencoba menjaga jarak dan tidak ingin terlibat jauh dalam sebuah hubungan. Aku juga tidak mau terlalu larut dalam perasaan. Aku sudah lelah merasakan sakit ketika ditinggalkan atau ketika memiliki hubungan yang memburuk.

Selama 700 tahun hidupku, aku sudah menghadaoi berbagai macam masalah kehidupan. Aku yang tidak menua, tak bisa mati, tak pernah sakit, bahkan meski terluka dan kehabisan darah pun aku akan tetap hidup, membuatku merasa lelah dengan yang namanya sebuah hubungan. Aku mungkin terlihat seperti seseorang yang berhati dingin, itu karena aku tidak mau lagi merasa sakit hati. Aku lelah, tapi lelahku tidak bisa membuatku mati. Aku ingin sekali mati agar tidak merasa sakit hati. Aku lelah sekali.

Cat's Alehouse masih cukup ramai, memang belum jam tutup. Rasanya aku malas masuk ke dalam bar, tapi aku butuh akses itu untuk bisa naik ke lantai tiga tempat kamarku berada. Aku tinggal di penginapan teratas, karena aku pendatang di Molias setahun ini. Aku pun berencana untuk pergi ke tempat lain lagi, karena jika aku menetap terlalu lama, orang-orang akan curiga karena aku tidak menua. Sungguh berbahaya jika orang-orang mengetahui identitasku.

"Eira." Nyonya Nora memanggil dari belakang meja bar saat aku baru saja naik ke anak tangga pertama. "Tuan Zion mencarimu. Ia memintamu pergi ke serikat secepatnya," katanya.

Sambil mengangguk, aku berbalik dan kembali keluar dari bar. Tidak ada jalan penghubung dari Cat's Alehouse ke Cat's Eye and Claw Guild, padahal lokasinya bersebelahan. Padahal, tadi pun aku melewati pintu serikat, aku jadi buang-buang tenaga lebih banyak, padahal ini sudah waktunya bagiku untuk tidur. Aku benar-benar lelah, apalagi setelah mengetahui kondisi Tuan Hubert. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri.

Tok. Tok. Tok.

"Masuklah."

Aku pun membuka pintu ruang kerja Sir Zion, pendiri serikat petualang ini. Ia adalah mantan Komandan Pasukan Kekaisaran Artenilia yang pensiun dini setelah kehilangan satu lengan kanannya dalam perang beberapa tahun lalu. Saat ini, ia berhadapan dengan dua orang berstatus tinggi di Kekaisaran Artenilia. Aku tahu karena aku pernah menjadi pelayan di istana sekitar lima tahun yang lalu, yaitu saat mereka masih kecil. Sungguh, aku tak menyangka aku akan bertemu dengan dua penyihir terkuat di Artenilia ini.

Sambil mengangkat gaun lusuhku dan membungkuk, aku pun menyapa mereka dengan hormat, "Hormat kepada Matahari Artenilia, Yang Mulia Putra Mahkota Alorias, dan Bulan Artenilia, Yang Mulia Grand Duke Erelioth." Ya, mereka berdua adalah matahari dan bulan kekaisaran ini.

"Oh, kamu mengenal mereka, Eira?" tanya Tuan Zion.

Aku mengangguk sebagai jawaban, tapi aku tidak perlu menjelaskan. "Jadi, ada perlu apa sampai memanggil saya ke sini, Sir Zion?" tanyaku tanpa berbasa-basi.

"Yang Mulia Putra Mahkota dan Yang Mulia Grand Duke ingin merekrut tentara bayaran dengan Sihir Penyembuh yang bisa bertarung untuk ikut dalam pembasmian di Gloomyvale besok," jawab Sir Zion.

Tampaknya, aku tidak bisa menolak. Di Cat's Eye and Claw ini, memang hanya aku petualang yang bisa menggunakan Sihir Penyembuh dan bisa bertarung. Bahkan, aku yakin bahwa Penyihir Penyembuh di mana pun tak memiliki kemampuan bertarung yang baik. Meski aku tak suka, tapi aku harus menerimanya. Sebutannha saja 'merekrut', namun sesungguhnya itu adalah sebuah perintah.

"Baik."