Meisya mengatakan kata-kata itu lagi untuk ketiga kalinya. Dua tahun lalu saat masih di kelas sembilan dengan penuh percaya diri Meisya mengungkapkan isi hatinya kepada Raka. Saat mendengar ungkapan perasaan Meisya, Raka hanya tersenyum dan mengacak rambut Meisya gemas.
"Dek, sekolah yang rajin dulu ya? Kakak belum kefikiran untuk memiliki pacar" tolak Raka.
Muka Meisya menjadi merah padam menahan malu karena tanpa di duga lagi-lagi Raka menolaknya.
"Tapi kak, sekarang kan aku sudah tujuh belas tahun. Dan kakak juga tahu prestasiku di sekolah bagaimana?" Protes Meisya.
"Iya kakak tahu, Meisya pintar. Namun sebentar lagi kakak ada ujian. Ingin fokus dulu" ucap Raka.
Meisya mencebikkan mulutnya, Raka selalu memiliki jawaban yang logis setiap dia menolak ungkapan perasaannya. Dengan kesal Meisya berdiri dari duduknya.
"Aku pulang!" Pamit Meisya tanpa melihat kearah Raka.
Raka hanya tersenyum tak berusahq untuk mencegah kepergian Meisya, dirinyq sudah hafal dalam waktu seminggu Meisya pasti akan ceria kembali seperti biasanya.
"Tante, Mei pulang dulu" pamit Meisya ke mama Raka.
"Makan dulu Mei!" Jawab mama.
"Mei kenyang, da tante!" Ucap Meisya
"Pasti ulah Raka lagi" keluh mama kesal.
Di pintu depan Meisya bertemu Arka, sahabatnya. Namun Meisya tidak menghiraukan saat Arka menyapanya. Sampai di dapur dengan penasaran Arka bertanya kepada mama.
"Ma, Mei kenapa?" Tanya Arka.
"Paling kakakmu yang membuat Mei kesal" jawab mama.
Tak lama kemudian Raka masuk dari pintu taman belakang, spontan mama dan Arka menatapnya dengan pandanga kesal.
"Raka salah apa, sampai kalian melihat seperti itu?" Keluh Raka.
"Kamu apakan anak orang sampai mau menangis begitu?" Tanya mama.
"Maksud mama, Meisya?" Jawab Raka
"Aku tahu, pasti ditolak lagi ma sama kak Raka" ucap Arka.
"Benar begitu?" Ujar mama dengan nada tinggi.
Raka menganggukkan kepalanya, tanpa diduga mama mengambil sapu dan berusaha memukul pantat Raka. Sadar akan dipukul Raka berlari ke atas, membiarkan mamanya berteriak sesukanya.
"Dasar jahat kamu, Ka. Mei kurang apa coba kamu tolak terus" teriak mama seraya melemparkan sapu ke sembarang tempat.
Raka segera masuk ke kamar dan menguncinya. Ditariknya kursi belajar kemudian Raka duduk, masih teringat dengan jelas bagaimana Meisya mengungkapkan perasaannya. Namun Raka lagi-lagi menolaknya. Mei memang cantik, pintar dan santun, namun Raka belum bisa merespon perasaan gadis itu entah karena apa.
Meisya pulang ke rumah dengan muka ditekuk, dia sangat kesal. Bisa-bisanya Raka menolak cintanya, selama tiga tahun berturut-turut Meisya mengungkapan perasaanya, namun kakak Arka itu tidak sedikitpun memberinya kesempatan. Alasan itu-itu lagi yang keluar dari mulutnya.
"Dari mana Mei?" Tanya papa.
"Dari rumah Arka, pa" jawab Meisya.
"Duduk sini!" Titah papa seraya melipat koran dan meletakkan di atas meja.
"Bulan depan kita akan pindah ke Jogja. Papa dipindah tugaskan disana" kata papa.
Mei membulatkan matanya.
"Pindah pa? Artinya Mei juga pindah sekolah?" Tanya Mei.
"Iya Mei, karena rumah ini akan papa jual. Tiga tahun lagi papa pensiun, kemungkinan papa tidak akan dipindah lagi" jawab papa.
"Baik pa, sebulan ini biarkan Mei kumpul-kumpul bareng teman ya pa? Sebagai tanda perpisahan" pintanya.
Papa menganggukan kepalanya dan kembali membaca koran. Sementara Meisya berlari naik ke lantai atas untuk memberi tahu kawan-kawannya tentang kepindahannya.
[Gaisss sebulan lagi gue pindah le Jogja] Meisya
[Haaaa... seriusss Mei] Gita.
[Kok mendadak sih Mei, gak bisa apa pindahnya ditunda tahun depan] Dani.
[Lu pikir sunatan pake ditunda xixixix] Arka.
[Ih jangan bahas sunat ah, saruuu] Meisya.
[Yeiii Mei sudah bisa ngomong Jawa gaisss] Dani.
Obrolan mereka di grup berlangsung cukup lama hingga Meisya tertidur karena lelah.
~~~~~
Selama hampir empat minggu kesibukan Meisya hanya berpindah-pindah tempat untuk tidur, demi menjaga keakraban dengan sahabatnya Meisya rela tidur keliling di rumah sahabatnya. Barang-barang di rumah pun sedikit demi sedikit mulai dibawa ke Jogja. Saat ada truk di depan rumah Meisya, Raka beberapa kali mengintip kegiatan apa saja yang terjadi di rumah itu. Sejak tragedi penolakan itu Meisya belum ke rumah Raka, dan Raka merasa cemas karena tidak seperti biasanya Meisya marah selama ini.
Saat sedang celingak celinguk bahunya ditepuk seseorang dari belakang. Raka menoleh ternyata papa Meisya baru pulang dari dinas.
"Raka masuk saja mengapa di luar?" Tanya papa Meisya.
"Eh om, Raka..."
"Mei di rumah Santi, sudah empat minggu ini dia keliling menginap di tempat temannya. Perpisahan katanya" ucap papa menjelaskan.
"Perpisahan apa om maksudnya?" Tanya Raka.
"Tiga hari lagi om akan pindah ke Jogja, seperti yang kamu lihat barang-barang di sini sebagian sudah dibawa ke sana" kata papa.
Raka mengerutkan keningnya, tidak ada seorangpun yang memberi tahu jika Meisya akan pindah bahkan Arka tidak berbicara apa pun.
"Sebentar Ka, om ada telepon" kata papa Meisya menjauh.
Dengan sedikit berlari Raka pulang ke rumah, segera menuju lantai atas untuk mencari Arka. Dengan sekuat tenaga digedornya pintu kamar Arka.
"Deekkkk buka pintunya!" Teriak Raka.
"Apaaa sih kak, teriak segala. Aku tidak budeg" protes Arka.
"Kamu tahu kalau Mei akan pindah?" Tanya Raka.
"Iya tahu, sebulan yang lalu Mei kasih tahu lewat grup" jawab Arka
"Kok tidak bilang ke kakak" protesnya.
"Urusan sama kakak apa?" Ucap Arka.
"Ya gak ada sih, cuma kan..." kata Raka menggantung.
"Sebenarnya kakak cinta kan sama Mei, cuma gengsinya tu diturunin dikit napa?" Ujar Arka.
"Siapa juga yang cinta?" Elak Raka.
"Gengsi saja digedein, kehilangan baru tahu rasa" jawab Arka sambil mendorong Raka keluar dari kamar.
Raka tertegun mendengar ucapan adiknya, di dalam hatinya saat Mei hampir sebulan ini tidak datang ke rumah ada yang kurang. Namun Raka selalu berusaha mengelak jika itu bukan hal yang istimewa.
~~~~~
Dua hari kemudian
"Tante, Mei pamit dulu ya? Doakan Mei selalu sehat!" Pinta Mei sambil memeluk mama Raka erat.
"Iya Mei, tante selalu mendoakan hal terbaik untuk kamu" jawab mama sambil membalas pelukan Mei.
"Arka, jangan lupakan aku ya? Ingat saat libur datang ke Jogja, oke?" Pesan Mei.
"Siappp Mei, hati-hati di sana. Jangan sembarangan kenal cowok!" Ucap Arka.
Mei menganggukkan kepalanya, sesekali celingukan seperti mencari sesuatu.
"Kakak hari ini ekstra basket, Mei pulangnya nanti habis magrib" kata Arka.
"Oh, oke aku berangkat dulu. Bye Arka, tante" pamit Mei.
Kemudian Mei masuk ke dalam mobil dan berangkat ke bandara menuju Jogja. Hati Mei kecewa sudah sebulan dirinya tak bertemu Raka, bahkan saat keberangkatannya pun Raka sama sekali tidak muncul juga.
Mei semakin yakin jika Raka sama sekali tidak menghargai perasaannya, bahkan sekedar menganggapnya adik pun tidak. Tak terasa butiran bening jatuh di pipi Meisya, gadis cantik ini menangis. Orang yang selama empat tahun mengisi hatinya sama sekali tidak memperdulikannya.