Chereads / Lelaki Ganas / Chapter 2 - Lelaki Tanpa Kemanjaan

Chapter 2 - Lelaki Tanpa Kemanjaan

Nama Surabaya bukan hanya ibukota propinsi di Jawa Timur, nama Surabaya yang lain adalah nama sebuah desa di Limbangan, Garut. Di situ pada suatu hari seorang pribumi keturunan bangsawan yang berpenampilan gagah tengah menunggu istrinya yang berperawakan noni Belanda montok melahirkan buah cintanya . Seperti umumnya orang tua. Konon orang tua begitu bangga ketika anak anaknya baru lahir. O cakep O ganteng O Tampan. Matanya. Rambutnya. Bibit cakep terpupuk mulai bayi, balita hingga remaja. Begitulah Frans di usia 19 tahun mempunyai tinggi 175 cm, sixpac. Hidung tidak pesek. Rambut sedikit berombak. Kulit putih bersih. Bibir tidak dower. Bibirnya pun selalu merah. Bola mata tegas , bulat, garang tapi penuh nafsu dan indah ketika teduh. Alisnya rapih persis seperti alis Pangeran Harry dari Inggris.

Ia dinamai Frans oleh Ayahnya yang asli bangsawan dari ujung Garut yang bergelar Raden. Frans juga menyandang gelar Raden itu. Ibunya orang Belanda asli. Sayangnya, Ibu Frans menikah dengan lelaki asal Hamburg ketika Frans berumur 12 tahun. Ibu Frans ikut suami barunya. Ayah Frans tak berusia panjang maka Frans remaja tumbuh di Garut bersama Bibinya. Frans remaja gemar menonton televisi. Nonton televisi jaman Frans banyak sinetronnya. Ada Ikatan Cinta, Ikatan Dusta, dan sejenis. Frans senang banget nonton sinetron dan di dalam hati kecilnya ia ingin menjadi pemain sinetron.

Maka Frans sering berkaca di cermin kamar Bibinya. Ia mengaku ia tampan. Ia keren. Ia juga sudah uji coba di sekolah pada banyak teman teman perempuannya. Banyaaaak yang suka dan banyak yang mau jadi pacarnya. Frans menangkap kesempatan ini.

Ketika tamat SD Frans sudah mencoba menjadi pacar anak Pak Lurah. Kebetulan anak Pak Lurah, Dian namanya, tidak begitu cantik. Maka Dian senang sekali ketika Frans nembak dirinya.

"Dian... elo gak salah macarin Frans .. ia dia cakep tapi kan dia miskin," kata teman Dian.

"Ia, loe gak mikir macarin orang miskin" tambah teman yang lain.

"lagian loe juga ga tauk dia beneran apa gak ?" kata yang lain.

Biarin yang penting ak punya pacar kata hati Dian. Kalau macam macam aku akan ke paraji biar Frans dijampi jampi. Pikir Dian. Pacar juga harus diperjuangkan. Kata Dian yakin.

Frans merasakan nikmatnya pacaran dengan anak Lurah. Kaya, terpandang. Bisa makan enak, sering ditraktir dan dikirimin makanan. Akh, Bibi juga ikut senang. Frans tersenyum mengingat masa itu.

Kemudian karena Frans ingin menjadi pemain sinetron, berpacaran dengan Dian memungkinkan Frans browsing internet sepuasnya dengan alasan belajar bersama, hingga bisa menemukan pemandu bakat untuk calon calon pesinetron. Tepat kelas dua SMP, Frans memberanikam diri mengirim email ke sebuah agency di kota Bandung.

Pada akhir kelas tiga email email ke sejumlah agensi bergayung sambut. Beberapa agensi menghubunginya. Kepanjangan tangan agensi ternama mendatanginya dan mengajaknya shooting film iklan. Itu mulanya.

Hingga Frans dibantu agensi memutuskan melanjutkan SMAnya di kota Bandung guna memudahkan shooting beberapa brand ternama. Di Bandung ia ngekos di tempat kos yang bagus di sekitaran Jalan Haji Hasan, tepat di bawah jembatan Pasopati. Ia bersekolah di sekolah yang sama dengan Irfan Hakim, SMA Negeri 8 Bandung. Kehadirannya di layar iklan berbagai gadget , televisi dan film membuat Frans terkenal disekolahnya. Banyak perempuan menyukainya begitu saja.

Frans tinggal memilih mau memacari perempuan yang mana di sekolahnya. Semuanya di mata Frans adalah perempuan perempuan geulis yang perlu dimanja. Sedangkan Frans yang dibesarkan oleh Bibinya tak sempat sempurna merasakan dimanja perempuan, dimanja Ibu kandungnya sendiri. Gimana sih rasanya manja....