Chereads / Diam-diam Suka / Chapter 2 - Chapter 2 Semakin Mengganggu

Chapter 2 - Chapter 2 Semakin Mengganggu

Dari hari ke hari Icha menjalani sekolahnya dengan perasaannya yang semakin aneh pada guru tampan itu. Ia akan sangat senang ketika Marco ada jadwal mengajar di kelasnya. Kalau jadwalnya kosong, Icha berusaha mencari keberadaan guru itu. Kadang galau, karena sehari penuh tidak melihat wajah dingin itu. Ternyata setelah dicari tahu, Marco hanya masuk pas jadwalnya saja. Selebihnya ia akan absen.

Aneh memang.

Seperti hari ini. Icha hanya tinggal menunggu pelajaran terakhirnya. Dari pagi ia belum melihat wajah tampan itu. Icha hanya diam sambil memainkan pulpennya.

"Hei, Neng... jangan ngelamun. Nanti dicium genduruwo." Tiba-tiba suara Wulan mengagetkan Icha. Icha langsung memasang muka garang pada sahabatnya.

"Adudududuh... sorry." Ucap Wulan sambil tertawa. "Kenapa sih lemes banget hari ini?" Lanjut Wulan bertanya. Icha hanya menarik napas panjang.

"Nggak papa... males aja menunggu."Jawab Icha sekenanya.

"Tumben.. males. Biasanya paling rajin."Tukas Wulan heran. Icha tidak menjawab. Hanya tersenyum dan Menyandarkan punggungnya di bangku kelas. Tiba-tiba terdengar suara ramai di luar kelasnya. Wulan yang penasaran langsung berlari ke luar melihat apa yang terjadi.

Ternyata, Marco muncul dengan mobil sportnya, berjas lengkap dengan kacamata hitam bertengger di matanya. Wulan Ternganga. Icha yang sudah berdiri di samping Wulan tersenyum terpana menatap wajah itu. Hatinya bahagia.

Inikah yang membuat ia sedikit lemas tadi? Sekarang setelah melihat wajah itu, hatinya semakin bahagia dan ia kembali semangat.

"Cha " Wulan menyenggol lengan Icha. Icha kaget dan

melihat ke arah Wulan. "Cakep, kan? Ayo ngaku tadi

ngeliatnya sampe segitunya." Goda Wulan setelah kedapatan melihat Icha menatap Marco dengan terpana. Icha kelagapan. Malu karena dipergoki Wulan. Pasti sekarang pipinya sudah semerah kepiting rebus.

"Iiiih apaan sih? Biasa aja kali." Icha berusaha mengelak. Ia

kembali masuk dalam kelas dan sengaja menyibukkan diri dengan buku-bukunya. Ia takut Wulan melihat pipi merahnya.

Wulan masih mau menggoda Icha tapi keburu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah masuk kelas.

Icha sudah bisa tersenyum manis kembali. Wajah tampan nan dingin tadi sudah membuat moodnya kembali membaik.

Cukup hanya melihat wajah itu saja, sudah membuat hatinya berbunga-bunga. Dan cukup ia yang tahu tentang rasa ini.

Cukup hatinya saja yang tahu dan merasakan.

"Pak Marco dari mana sih tadi? Penampilannya beda deh." Tiba-tiba Wulan berbisik di dekat Icha.

"Nggak tau ntar kamu nanya aja ke orangnya." Jawab Icha

tanpa menoleh dan terus sibuk dengan catatannya. Wulan melerok kesal ke arah Icha.

"Aku sumpahin kamu jatuh cinta akut sama Pak Marco." Ucap Wulan kesal. Icha hanya tersenyum dalam diamnya.

"Kamu nggak perlu sumpahin.. sepertinya aku udah jatuh cinta sama dia." Icha hanya berani berucap dalam hati.

Icha dengan semangat mengikuti pelajaran sampai selesai. Walaupun hari ini jadwal Marco kosong, tetapi tadi sudah sempat melihat wajah dingin itu, sudah cukup buat Icha.

Sudah bisa membuat ia tersenyum manis kembali. Sesaat Icha berpikir, kenapa rasa ini semakin mengganggu hari- harinya? Icha hanya menarik napas panjang dan membuangnya dengan kasar.

"besok hari minggu kita jalan-jalan yuk, cha." Ajak Wulan ketika mereka keluar kelas.

"Yuk... kemana?" Jawab Icha semangat.

"Ke Mall aja gimana? Yaaaa... cuci mata aja. Kan nggak mungkin kita belanja." Sahut Wulan tertawa karena memang mereka tidak biasa dikasih uang jajan banyak oleh orangtua. Jadi, tidak mungkin mereka bisa belanja di mall.

"Iya deh... jempu aku, ya! Aku tunggu." "Oke deh... " Jawab Wulan semangat.

Segara mereka pulang ke rumah masing-masing.