Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Elisha Gadis Esper Sang Penjelajah Dimensi Ruang dan Waktu

archadeus_deus
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.8k
Views
Synopsis
Elisha, sejak dilahirkan di dunia ia sudah memperlihatkan tanda-tanda ketidak normalan pada dirinya. Pada saat ia lahir di dunia, ia tidak menangis seperti bayi-bayi pada umumnya. Tentu saja hal itu membuat kedua orang tuanya cemas. Rasa cemas itu terobati, tatkala Elisha mulai menangis disaat ia kelaparan. Namun rasa cemas itu muncul lagi, karena ketika Elisha menangis, benda-benda yang ada di sekelilingnya berterbangan. Pada saat itulah kedua orang tua Elisha berusaha untuk tidak membiarkan dan tidak membuat Elisha menangis sedih. Pada saat balita, Elisha sering kali bermain dengan makhluk tak kasat mata. Kedua orang tua Elisha mengira, bahwa putrinya sedang bermain dengan hantu. padahal pada kenyataannya, Elisha tengah bermain dengan anak-anak dari golongan jin yang sedang mampir ke dunia manusia. Ketika menginjak usia anak-anak, Elisha sering menyanyikan lagu yang terdengar asing di telinga kedua orang tuanya. Lagu yang dinyanyikan Elisha, bukanlah lagu yang berasal dari zaman ia berada. Lagu yang Elisha nyanyikan, merupakan lagu yang berasal dari masa depan. Elisha mengetahui lagu itu, setelah ia secara tidak sengaja melakukan raga sukma atau astral projector pada saat ia tertidur. Jiwa Elisha secara tidak sengaja masuk ke dunia masa depan, dan mendengarkan lagu indah yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Pada saat menginjak usia remaja, kekuatan alami yang Elisha miliki terus berkembang. Dari yang semula berupa kekuatan astral projector, berkembang menjadi kemampuan teleportasi antar dimensi ruang dan waktu. Memasuki dimensi jin, dunia, paralel, dan dunia masa depan maupun masa lalu. Ketika memasuki dunia Jin, Elisha bertemu dengan para manusia Esper lainnya. Awalnya Elisha mengira, bahwa orang-orang yang terlahir seperti dirinya, akan menyambutnya dengan hangat, saling bertegur sapa, dan saling menjalin hubungan komunikasi dengan baik. Namun kenyataannya berbeda. Mereka saling bunuh membunuh satu sama lain, demi mendapatkan kekuatan spesial milik seseorang yang menjadi targetnya. Elisha, mau tidak mau harus berjuang menghadapi mereka semua agar bisa bertahan hidup. Sejak insiden inilah kehidupan Elisha berubah. Hari-hari yang ia lalui terasa mencekam, dan penuh dengan ancaman. Setiap ia terus berpikir dan berjuang untuk dapat bertahan hidup dari kerasnya dunia ini.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1

Rumah Sakit Bersalin Bandung, 1 Januari tahun 2000

Dalam dinginnya malam, seorang pria duduk di depan ruang persalinan.

Dengan wajah cemas, ia berjalan kesana-kemari di depan pintu ruang persalinan.

Dengan harap-harap cemas ia berdoa, agar proses lahiran yang berlangsung dapat berjalan dengan lancar.

Selang beberapa saat kemudian pintu ruang persalinan itu terbuka.

Seorang perempuan paruh baya keluar dari balik pintu.

Dengan rasa tidak sabar, pria itu bertanya padanya, "Bagaimana kondisi istri saya dok? Apakah semuanya berjalan lancar?"

Dokter itu menjawab, "Puji sukur Tuhan, semuanya berjalan dengan lancar. Selamat, anda telah menjadi seorang ayah dari seorang bayi yang sangat cantik." Tiba-tiba saja Dokter itu diam sejenak dan tampak memikirkan sesuatu, "tetapi... kami ada sedikit masalah di sini." sambungnya

"Masalah? Kalau saya boleh tahu, apa masalahnya dok?" tanya pria itu.

"Putri kecil anda, putri kecil anda tidak mau menangis. Saya sudah memeriksa kesehatannya, semua baik-baik saja. Sejujurnya, saya secara pribadi tidak tahu apa penyebabnya. Karena setelah dilakukan pemeriksaan, semuanya tampak normal, tidak ada penyakit apa-apa." jawab sang dokter. "Tapi tenang saja, anda tidak perlu khawatir, karena tidak ada malah serius yang terjadi pada putri anda." sambungnya.

Pria itu melangkah ke jendela ruang persalinan, mengintip sang istri dan putrinya dari balik jendela. Untuk sementara hanya itu yang bisa ia lakukan, sampai dirinya diperbolehkan masuk ke dalam ruangan.

Pada keesokan harinya, pria itu menjenguk sang istri di dalam ruangan. Melihat kondisi sang istri yang masih terbaring lemas, dan menatap putri kecilnya yang cantik jelita.

Pria itu bernama Bima, seorang pria yang menikah muda dengan gadis pujaan hatinya yang bernama Maya sejak ia masih duduk di bangku SMA.

Dengan bantuan suntikan dana dari ayahnya, ia berhasil membuka usaha toko pakaian di kota kembang.

"Putri kita sangat cantik Mah, cantik seperti Mamahnya." ucap Pak Bima kepada istrinya.

Bu Maya tersenyum, lalu ia berkata, "Aku belum memberinya nama. Bagaimana jika kita sama-sama memberi nama untuknya?" usulnya.

Pak Bima menjawab, "Tentu saja, mari kita sama-sama memberi nama untuk putri kita."

Bu Maya bertanya, "Apakah kamu sudah memikirkan beberapa nama? Kalau aku sudah memikirkan beberapa nama untuk putri kita, namun aku tidak tahu apakah kamu menyukainya atau tidak?"

"Saya juga sudah memikirkan beberapa nama. Nama-nama bunga seperti Jasmine yang artinya bunga Melati, Rose yang artinya bunga Mawar, Azalea yang artinya bunga Azalea, Zinnia yang artinya bunga Zinnia, Sakura yang artinya bunga Sakura." jawab Pak Bima.

Bu Maya tertawa mendengar nama-nama bunga yang disebutkan oleh sang suami tercinta.

"Ah, Papah ini... Papah tiba-tiba bisa tahu nama-nama bunga itu dari mana coba?" ledek Bu Maya.

"Hehehehe..." Pak Bima tersenyum kuda. "Beberapa hari yang lalu, saya membeli buku tentang nama-nama bayi. Nama bayi laki-laki dan perempuan. Kalau bayi laki-laki, rencananya saya akan memberi namanya dengan tema alam seperti Bayu yang artinya angin, Samudra yang artinya samudera, Surya yang artinya matahari." terangnya.

Bu Maya lagi-lagi tertawa mendengarnya.

"Ah! Papah ini ada-ada aja..." ledeknya.

"Kamu sendiri bagaimana Mah? Apakah sudah memikirkan nama untuk putri kita?" tanya Pak Bima kepada Bu Maya.

"Tentu saja sudah dong... Aku sudah memikirkan beberapa nama yang indah untuk putri kita. Beberapa nama seperti Anindya yang berarti sempurna, Ayunindya yang berarti gadis cantik yang diberikan kelebihan, Amanda yang berarti seorang perempuan yang penuh cinta, Arsyana yang berarti selalu bahagia, Batari yang berarti berwajah cantik bagai bidadari, Clarissa yang berarti pintar, Clara yang berarti cerah, Dianti yang berarti istimewa, Elvina yang berarti ramah dan bijaksana, Elisha yang berarti pintar, Fawnia yang berarti sangat berharga, Garvita yang berarti penuh dengan rasa syukur, dan Hanna yang berarti bunga." terang Bu Maya.

Pak Bima mencoba menyusun suatu kalimat dari arti nama-nama bayi perempuan yang telah diusulkan oleh Bu Maya.

"Gadis cantik yang diberikan kelebihan kecerdasan dan paras cantik bagai bidadari." ucapnya.

Bu Maya menyusun rangkaian kalimat yang diucapkan oleh Pak Bima dalam bentuk susunan nama, "Ayunindya Elisha Batari."

"Bagaimana menurutmu Mah?" tanya Pak Bima.

"Nama yang cantik. Aku suka." kesan Bu Maya.

"Oke, jadi putri pertama kita akan kita beri nama Ayunindya Elisha Batari, nama yang memiliki arti gadis cantik yang diberikan kelebihan berupa kecerdasan dan paras cantik bagaikan bidadari. Dengan nama ini, kita berharap, putri kita akan tumbuh berkembang sesuai dengan nama yang dimilikinya." ucap Pak Bima dengan penuh harapan.

"Benar Pah, aku juga berharap demikian." kata Bu Maya yang juga memiliki harapan yang serupa dengan suami tercinta.

Hari demi hari telah berlalu, hingga tidak terasa sudah 3 minggu sejak Elisha dilahirkan di dunia.

Elisha yang masih bayi, hanya mampu melihat tingkah lucu sang ayah yang selalu berusaha menghibur dirinya.

Menunjukkan beberapa boneka kecil yang lucu, dan mengajak Elisha berbincang-bincang boneka kecil itu.

Memasuki usia 2 bulan, Bu Maya yang masih muda mulai merasa khawatir dengan keadaan putrinya yang tidak pernah menangis.

"Pah, aku merasa khawatir dengan keadaan putri kita. Ini sudah bulan sejak putri kita lahir, dia belum pernah menangis walau sekali saja. Meski sedang mengompol dan buang kotoran sekalipun, ia hanya diam saja." ungkapnya dengan diselimuti rasa gelisah.

Pak Bima berusaha berpikir dengan tenang, memikirkan masalah yang menimpa putri kecilnya.

"Bidan yang menangani Elisha mengatakan, bahwa secara medis Elisha baik-baik saja. Tapi jika dilihat kondisi Elisha yang terus seperti ini, saya pun sebenarnya merasa khawatir. Ah, rasa khawatir tidak akan membuahkan apa-apa, jika kita tidak melakukan apa-apa! Sebaiknya kita segera memeriksa kondisi kesehatan Elisha ke dokter!"

"Ayo Pah! Kita hubungi dokter spesialis anak sekarang juga!" pinta Bu Maya.

"Baik! Saya akan menghubungi dokter spesialis anak sekarang juga!" sahut Pak Bima.

Pak Bima membuka halaman yellow pages, mencari list nama dan nomor telephone dokter spesialis anak di kota kembang.

Tut! Tut! Tut!

Pak Bima memencet tombol nomor telephone rumah, dan menunggu pihak dokter spesialis mengangkat telephonenya.

Setelah beberapa menit menunggu, tidak ada satupun dari pihak dokter spesialis yang mengangkat telephonenya.

Pak Bima menutup telephone dan berkata kepada istrinya, "Tampaknya beliau sedang ada jadwal di rumah sakit Mah, jadi sebaiknya kita ke rumah sakit saja sekarang!"

"Baik! Kalau begitu aku segera bersiap-siap dahulu!" kata Bu Maya dengan tanggap.

..........

Sesampainya di rumah sakit....

Ruang pelayanan dan Informasi.

"Permisi Bu, untuk jadwal dokter spesialis anak itu jam berapa ya?" tanya Pak Bima kepada staff bagian pelayanan dan informasi.

"Sebentar yaaa, saya lihat dulu." ucap pihak bagian pelayanan dan informasi sembari membuka jadwal shift dokter yang terdata di layar monitor komputer tabung. "untuk dokter spesialis untuk yang jadwal pagi sudah selesai sejak setengah jam yang lalu bapak... Kalau bapak mau, paling bapak harus menunggu shift selanjutnya."

Pak Bima bertanya, "untuk shift selanjutnya dijadwalkan jam berapa?"

"Kalau untuk shift selanjutnya, baru beroperasi lagi jam 1 siang." jawabnya.

"Baik Bu, terima kasih atas informasinya."