Chereads / For you, i’ll do / Chapter 2 - satu

Chapter 2 - satu

tags: tw // abuse, violence, homophobic

cw // harsh word, kissing, dirty talk

Menunggu adalah hal yang membosankan, terlebih jika tidak ada kepastian di dalamnya. Namun, tidak bagi pemuda manis yang telah jatuh hati pada prianya sejak 3 tahun lalu, Jeon Jungkook rela menunggunya sampai kapanpun.

Kunyahan roti bakar coklat itu terhenti dan bola matanya yang membesar ketika melihat pesan dari kontak '❤' .

"bangsat lo tae, gue lemes bacanya." Jungkook mengumpat karena pria itu selalu membuat detak jantungnya tak karuan. Rencananya untuk melupakan lelaki itu dengan bantuan roti bakar, agakanya harus ia urungkan. Senyuman manis terukir di bibir pinknya. Suasana hati yang berubah dalam sekejap hanya karena satu pesan.

Namun ia menyadari satu kalimat. "Takut? tae takut apa?" Jungkook penasaran dengan kalimat terakhir dari prianya itu.

Prianya?! Ya tuhan. Sangat posesif

Seletah beberepa menit Jungkook berpikir untuk menelpon Taehyung dengan tujuan memperjelas maksud pesan laki-laki itu, Jungkook menyadari ini hampir tengah malam dan mungkin lebih baik membahas ini esok hari. Tentu, dirinya tidak ingin dianggap berlebihan karena membahas hal serius di jam sepeti ini, tapi Jungkook memilih tidak peduli, terbukti dengan posisinya yang berdiri mendekatkan ponsel ke telinga menunggu pria di seberang sana menerima panggilannya.

"h-halo, tae" Jungkook menahan napasnya kala panggilan itu tersambung.

"taehyung?" jungkook memanggil nama itu lagi karena sang pemilik nama tidak menjawabnya.

"gue di depan rumah lo, bukain." mata jungkook membulat mendengar hal itu. detak jantungnya tak beraturan. Senyumnya benar-benar lebar saat kembali pada kenyataan dan mematikan panggilan itu bergegas membuka pintu tak rela membuat sang pujaan hati menunggu lama.

Kim taehyung, laki-laki dingin berparas tampan dengan mata sejatam elang, berbalut kaos putih dan celana jeans biru juga parfum yang memenuhi indera penciuman Jungkook tengah berdiri di hadapannya, membuat Jungkook benar-benar jatuh pada pesona laki-laki itu. Jungkook sampai lupa cara berkedip seolah rugi jika objek di depannya di sia-siakan. Jungkook sangat yakin bahwa tuhan sangat bahagia menciptakan makhluk yang satu ini. Hanya orang munafik yang tidak menaruh ketertarikan pada titisan dewa seperti Taehyung.

"Udah puas natap guenya?." Ucap Taehyung menangkap pria manis di hadapannya sedang menatap kagum. Si manis yang merasa kegiatannya tertangkap basah segera membuang muka, dengan semburat merah di pipinya menahan malu.

"Ehh i-iya, masuk, tae." Jungkook tidak mau menjawab pertanyaan taehyung, dirinya sadar itu lebih masuk akal disebut sarkas. Jungkook mempersilahkan Taehyung masuk dengan pipinya yang memerah menahan malu.

gemas. Batin Taehyung. Dengan senyuman tipis di bibirnya.

Setelah mengambil minum untuk Taehyung, Jungkook mengambil tempat disamping Taehyung. Keheningan mendominasi ruang tamu dengan dua laki-laki yang larut dalam pikiranya masing-masing. tak ada yang berniat untuk membuka suara, menjadikan situasi antara keduanya benar-benar kaku.

"tae"

"jung"

"lo duluan jung." Taehyung mengalah. Membiarkan jungkook mengatakannya lebih dulu. Jungkook menarik napas sebelum ia mengatakan seluruh isi otak dan hatinya. Tentu saja ia gugup untuk menanyakan kejelasan pesan laki-laki itu padanya.

"soal chat lo tadi. i-itu bener?" jungkook berdebar. menimang jawaban apa yang akan keluar dari mulut si tampan di hadapannya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Jungkook, Taehyung meraih telapak tangan pria manis di depannya, mengusapnya lembut.

"iya jung, gue suka lo." Ucap Taehyung tanpa ragu.

Rasanya jantung Jungkook akan keluar menerima semua ini dari Taehyung. Memegang tanganya, mengusapnya lembut seolah itu barang yang amat berharga, dan kalimat singkat yang keluar dari mulutnya, membuat Jungkook sadar bahwa jatuh hati pada laki-laki ini dan menunggu persaannya terbalas meskiun tadi dirinya sempat berpikiran untuk melupakan semuanya, hal yang tak terbayangkan. Rona merah di pipi Jungkook membuat Taehyung tak tahan untuk tidak menyentuhnya.

"Tapi tae-," Jungkook merasakan ibu jari Taehyung tidak lagi mengelus pipinya. Dirinya sedikit merasa kehilangan namun memilih abai sebab ia punya hal yang ingin diketahui. "lo takut kenapa?" Jungkook menuntaskan rasa penarasannya, apa yang di takutkan Taehyung jika menyukai dirinya. Sebagai orang yang menyatakan perasaan lebih dulu, tentu saja Jungkook sudah mencari tahu tentang taehyung, lelaki itu saat ini tidak punya pacar, dan semua orang di sekolahnya tau Taehyung juga pernah memiliki hubungan dengan beberapa lelaki sebelumnya. Jadi ketakutan seperti apa yang dimaksud Taehyung.

Inilah tujuan Taehyung tanpa melihat jam berkunjung ke rumah Jungkook. Si manis sangat tidak pandai menyembunyikan semua ekspresinya jika hal itu menyangkut tentang Taehyung, dan Taehyung tidak bodoh untuk menyadari hal itu. Hari dimana Jungkook menyatakan perasaannya, Taehyung hanya menunjukan tatapan datarnya seolah pernyataan dari Jungkook tidak penting. Namun, yang sebenarnya adalah taehyung menahan diri untuk tidak mengecup ranum pria manis di hadapannya karena ia juga menyukai Jungkook, bahkan sebelum Jungkook mengatakannya. Dirinya terkejut saat Jungkook berani mengungkapkan perasaan yang ia sendiri pun berusaha keras menahan itu.

"Gue takut. Ayah gue gatau gue yang sebenarnya jung." Taehyung menjawab apa adanya. Menjelaskan bagaimana kejadian yang sama selalu terjadi ketika dirinya membawa laki-laki ke rumah memperkenalkan mereka entah sebagai teman atau pacar, setelahnya taehyung berakhir dengan luka lebam yang ia terima di sekujur tubuh akibat pukulan sang ayah. Penjelasan Taehyung membuat Jungkook bungkam. Ia tidak tau harus apa, bahkan isi kepalanya penuh dengan segala hal tentang fakta yang taehyung berikan.

"itu yang bikin gue diem aja waktu lo bilang suka ke gue jung. Bukan gue gasuka sama lo, gue suka, cinta malah." Ucap Taehyung meluruskan kesalahpahaman. Karena pada saat itu, ketika dirinya tidak mengeluarkan ekspresi apapun setelah mendengar Jungkook menyatakan perasaan, wajah pria manis itu seketika lesu, hampir menangis jika saja Taehyung tidak segera menarik tangan Jungkook dan mengajaknya memakan eskrim sebagai permintaan maaf.

Jungkook tersenyum mendengar kata terakhir yang Taehyung ucapkan, 'cinta' katanya. Pipi Jungkook total memerah dan Taehyung melihatnya dengan jelas sebab jarak mereka yang sempit.

"Gue juga mau cinta sama lo. Soalnya sekarang baru sayang aja." Ucap jungkook tersenyum manis dengan matanya yang bersinar seolah seluruh alam semesta terdapat di dalamnya. Taehyung menangkap bagaimana bibir pria berwajah manis itu berucap.

"Tunggu gue ya jung. Gue bakal perjuangin cinta kita berdua. Jadi untuk sekarang kita kaya biasa aja. Tapi kali ini gue bisa cium lo."

"Mesum lo bangs-."

Bibir mereka bertemu. Taehyung menghentikan Jungkook yang akan mengumpatinya. Bukan hanya kata kasar itu yang terputus, namun juga napas pria manis itu terhenti. Jungkook menahan napasnya, membuat Taehyung terkekeh lalu mengelus pipi Jungkook.

"Napas, sayang. Jangan mati, gue belom nikahin lo."

"Euhh, iya." Ucap jungkook ketika taehyung mengakhiri ciumannya

"Baru ciuman. Udah kaget, apalagi gue unboxing." Taehyung sengaja menggoda Jungkook, sebab setiap ia menggoda Jungkook, ekspresi pria manisnya selalu membuat Taehyung tertawa.

Langit malam saat ini tidak segelap yang dibicarakan insan pada biasanya, karena bagi kedua anak adam, malam ini sama indahnya saat jutaan bintang berkedip siap jatuh dan mengabulkan segala macam harap. Harapan yang Jungkook inginkan. Setidaknya untuk saat ini perasaan yang ia anggap tak terbalas, ternyata salah. Taehyung justru mencintainya lebih dulu. Jungkook hanya perlu sabar menunggu Taehyung menepati ucapannya untuk memperjuangkan kebahagiaan mereka berdua, bukan? Jungkook akan menunggu itu sampai kapanpun, selama yang ia tunggu adalah Taehyung. Hanya Taehyung.