Chereads / MENJEMPUT ISTRIKU / Chapter 7 - Pertimbangan untuk mengambil keputusan

Chapter 7 - Pertimbangan untuk mengambil keputusan

Setelah selesai makan malam dan berbincang sebentar, mereka segera kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap tidur. Ada empat kamar di rumah sederhana ini. Rowtag dan Ash masing-masing sendiri. Ay sekamar dengan Dimi saudara kembar Gafy. Lalu, Atthy sekamar dengan Gafy.

Agafya atau biasa di panggil Gafy atau Gaff, dia dilahirkan dengan kondisi tubuh lemah, tapi meski seperti itu, Gafy selalu ceria dan cerewet, dia salah satu sumber kebisingan di rumah sederhana ini setelah Dimi yang selalu aktif, seolah tenaga Gafy diambil untuk dirinya sendiri.

''Kak... Apa kakak akan menerimanya?'' tanya Gafy dengan mata yang masih berbinar-binar.

''Apa?'' tanya Atthy acuh sembari mengangkat sekeranjang jemuran yang sudah diangkatnya tadi sore.

''Lamaran pernikahan itu?!'' seru Gafy menjawab sambil merungut kesal. Tapi, dia tetap menggerakkan tangannya membantu Atthy melipat pakaian.

''Hm?...'' Atthy tersenyum melihat antusiasme Gafy, ''Entah...'' jawab Atthy sambil mengangkat bahunya, ''Aku tidak terlalu memikirkannya,'' tambah Atthy lagi dengan sikap acuh.

''Kak, kalau kakak pergi ke Ibu Kota, kakak akan melihat banyak hal baru yang tidak pernah kakak lihat di sini,'' ujar Gafy kembali tersenyum, dia mencoba membujuk kakaknya dengan pendapatnya.

''Kenapa?'' tanya Atthy dengan wajah meledek Gafy, ''Kau ingin pergi ke Ibu Kota?'' tanya Atthy lagi sambil meneruskan pekerjaannya meletakkan pakaian-pakaian yang sudah di lipat ke lemari.

''Kalau kakak bertanya begitu, tentu saja aku akan jawab iya... Tapi kak, kau tahu dengan jelas bahwa itu akan sangat sulit untukku. Aku memang menginginkannya, tapi bukan berarti aku harus mendapatkannya... Aku bertubuh lemah, sulit bagiku meninggalkan tempat ini dengan keadaan kita sekarang... Tapi, sama sepertimu, aku bahagia menjadi adikmu, menjadi anak ayah, menjadi cucu kakek, ini adalah tempat aku di lahirkan dan di besarkan bersama keluarga yang sangat menyayangiku, aku bahagia. Percayalah... Hanya saja, aku juga ingin melihat seperti apa dunia selain tempat ini, yang hanya bisa kulihat di dalam buku atau mendengar cerita kakek dan ayah... Dan kak Atthy, kakak punya kesempatan untuk itu sekarang,'' jawab Gafy panjang lebar.

''Tapi Gaff, aku bukan akan ke Ibu Kota Kerajaan, tapi Alpen di wilayah Utara. Sangat jauh dari ibu kota... Surat yang datang memang dari Ibu Kota Kerajaan, tapi lamaran untukku berasal dari seorang Grand Duke yang tinggal di wilayah utara,'' ujar Atthy, mengoreksi ucapan Gafy yang sangat berharap kakaknya menerima lamaran yang mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup.

Perbincangan kecil sebelum tidur dua saudari beda usia masih berlanjut dengan wajah berseri-seri dari sang adik yang sangat berharap kakaknya akan mendapat status dan kekayaan yang banyak di harapkan, apa lagi oleh bangsawan miskin seperti mereka.

Bagi Gafy, seorang gadis kecil yang selalu membaca buku di mana beberapa di antaranya adalah dongeng putri atau pangeran. Tentu saja dalam benaknya sekarang, kakaknya akan jadi seorang Cinderela dari Caihina yang jauh dari keramaian dan kemegahan pusat kerajaan.

''Kak Atthy, kakak mendapat lamaran dari seorang Grand Duke, sudah pasti kakak akan bisa pergi ke Ibu Kota dengan status dan uang yang kakak miliki kelak,'' jawab Gafy yang masih tetap pada pemikirannya.

''Itu belum tentu Gaff...'' ujar Atthy menjawab Gafy sambil membelai lembut rambut adiknya itu. ''Semua itu hanya akan terjadi kalau dia mau menikah denganku,'' Atthy menambahkan lagi ucapannya, ''Lamaran datang dari ibu kota kerajaan yang berarti itu adalah rekomendasi dari kerajaan. Meski begitu, pihak kerajaan akan menyerahkan sepenuhnya kewenangan pada pihak terkait untuk menyetujui atau tidak calon yang di ajukan.''

''Pihak kerajaan memang yang mengajukan lamaran, dan lamaran telah dikirim, itu berarti dia bersedia mengenalmu,'' sahut Gafy masih tidak mau kalah.

''Yah, mungkin saja. Tapi intinya, yang mengajukan lamaran adalah pihak kerajaan, bukan dari dia... ini hanya permintaan dari pihak kerajaan...''

Berbeda dengan Gafy yang masih polos, Atthy dengan jelas mengetahui jika lamaran dikirim atas persetujuan Grand Duke Griffith bukan berarti dia menyetujuinya. Tapi, kemungkinan besar hanya sebuah formalitas untuk menyenangkan pihak kerajaan yang merekomendasikan dirinya.

''Pertanyaannya... siapa yang merekomendasikanku?... Bahkan, para tetangga di desa sudah tidak menyadari jika kakek adalah seorang bangsawan bergelar Baron. Bagaimana pihak kerajaan bisa mengenal kami?...'' Atthy bergumam di dalam hatinya memikirkan hal yang janggal dari lamaran yang datang untuknya.

''Kakak!'' panggil Gafy dengan nada kesal karena Atthy sempat melamun dan tidak memperhatikan dirinya, ''Tapi kak... apa itu berarti lamaran ini belum pasti?''

''Pihak kerajaan menjodohkan kaum bangsawan... biasanya, ini adalah sebuah manuver politik. Bukankah ayah dan aku sudah mengajarkanmu?! Ada dua kemungkinan untuk itu, untuk melemahkan atau menguatkan salah satu pihak... masalahnya, kedudukan kakek sangat jauh untuk bisa ikut terlibat dalam kancah politik sekelas kerajaan... itu sebabnya, ayah memintaku untuk memikirkannya, karena aku juga tahu kalau ayah juga berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak biasa dari hanya sekedar perihal lamaran...''

''Apakah akan buruk?''

''Aku tidak tahu Gaff, karena kita tidak mengenal siapa Grand Duke Griffith, atau siapa yang telah merekomendasikanku.''

''Itu artinya, masih ada kemungkinan...'' jawab Gafy yang masih menaruh harapan pemikiran polosnya.

''Apa kau sebegitu inginnya melihat seperti apa dunia di luar sana?'' tanya Atthy menatap serius Gafy.

''Eum,'' jawab Gafy sambil mengangguk dengan wajah penuh harap.

''Baiklah Gaff, aku akan lebih memikirkannya...'' ujar Atthy menjawab, dia dengan tulus memikirkan betapa inginnya adiknya bisa melihat dunia di luar gurun pasir dan sabana.

''Pikirkan baik-baik kak, pasti menyenangkan bisa pergi ke mana pun dan melihat banyak hal baru di luar sana,'' ujar Gafy menjawab dengan polos.

''Ya baiklah, aku mengerti... Sekarang, tidurlah!'' seru Atthy sambil mendorong Gafy dengan lembut agar berbaring.

Gafy mengangguk dengan senyum mengembang di bibirnya. Malam itu Atthy memikirkan semua ucapan keluarganya perihal lamaran, selama ini keluarganya selalu bahagia menjalani hidup. Walau mereka hidup berkekurangan, tidak satu pun dari mereka pernah merasa kecewa dengan keadaan yang mereka alami, karena seperti itulah Rowtag mendidik mereka. Rowtag bukan di lahirkan dari keluarga bangsawan, dia tahu bagaimana sulitnya hidup rakyat jelata miskin. Dengan bekal pengalaman itu, dia mendidik anak dan cucunya.

*****

Sejak zaman dahulu, akibat dari sistem hierarki sosial, baik dalam lingkungan pemerintahan atau pun dalam lingkungan bermasyarakat antara bangsawan, aristokrat, pejabat tinggi, dan rakyat jelata membuat masyarakat Caihina kesulitan untuk bisa keluar dari lingkungan gurun pasir dan sabana yang sangat keras.

Awalnya, garam dan kulit hewan adalah penunjang ekonomi utama di Caihina. Tapi, setelah pertambangan besi di temukan, banyak masyarakat Caihina mulai mempelajari seni pandai besi. Kerasnya kehidupan gurun pasir dan sabana membuat masyarakat Caihina harus bisa melakukan beberapa hal sekaligus, dan tidak bergantung pada satu keahlian saja demi bertahan hidup.

Berkat itu meski Caihina terpencil dan terlupakan oleh pemerintahan kerajaan, Caihina tetap bisa menjadi wilayah mandiri.

Sebetulnya, sebagian besar masyarakat Caihina tidak miskin. Tapi latar belakang mereka yang hanya rakyat jelata dan dikenal sebagai suku terbelakang, membuat Caihina selalu terkucilkan. Meski faktanya, garam dan kulit binatang dari Caihina sangat mahal di pasaran.

Awalnya, perdagangan garam dan kulit binatang di Caihina di monopoli oleh pembesar-pembesar Nauruan. Namun semenjak Rowtag menerima titel bangsawan bergelar Baron, dia memiliki akses kekuasaan atas jalur perdagangan. Perlahan-lahan laju monopoli perdagangan hasil bumi Caihina mulai berubah ke arah positif. Masyarakat Caihina akhirnya bisa menikmati pundi-pundi emas hasil kerja keras mereka dari menambang garam dan mengolah kulit binatang. Dan, hal itu juga yang jadi salah satu alasan Rowtag dimusuhi oleh kalangan aristokrat bertitel bangsawan. Karena hal itu juga, Rowtag tetap mempertahankan titel Baron dengan tetap membayar pajak tinggi.

Seolah menjadi pelajaran bagi para kaum aristokrat bangsawan dari kejadian Rowtag yang menjadi seorang bangsawan dari hanya seorang rakyat jelata. Dengan jatuhnya Rowtag dan dia kembali ke Caihina wilayah kelahirannya, gerakan masyarakat Caihina selalu di waspadai demi mencegah kejadian ketika Rowtag masih jaya sebagai seorang bangsawan. Karenanya, mereka selalu mewaspadai dan hampir selalu berhasil menjegal Rowtag yang berusaha bangkit.

Banyak aristokrat bangsawan di era jaya Rowtag mengetahui, meski Rowtag kembali ke Caihina dan kehilangan nyaris semua hartanya. Tapi bagi masyarakat Caihina saat itu, Rowtag adalah pahlawan yang mengeluarkan mereka dari keterpurukan ditindas oleh kaum elit bangsawan. Rowtag dan Ash masih kesulitan melawan hierarki para aristokrat bangsawan tapi mereka tetap tidak menyerah dan mempertahankan agar perdagangan Caihina tidak terpuruk meski mereka dengan sengaja membiarkan perbatasan hutan Caihina dan Nauruan menjadi tempat yang berbahaya. Karenanya, jika dagangan sudah terkumpul, entah itu Rowtag atau Ash pasti akan ada untuk menjadi pemimpin perdagangan. Dan yang lebih membahagiakan lagi, Atthy dan Ay mulai mengikuti jejak mereka.

Menjadi seorang penambang garam, pemburu, pandai besi dan pedagang adalah pekerjaan yang keluarga Rowtag lakoni sehari-hari, bahkan Atthy yang seorang wanita juga melakukan pekerjaan itu. Bukan hanya mereka, tapi juga sebagian besar masyarakat Caihina. Pekerjaan ekstrem seperti pemburu dan pandai besi wanita, bukan hanya di lakukan oleh Atthy saja, ada banyak remaja-remaja lain seperti dirinya yang menerima didikan keras seperti halnya Atthy dan Ay, sedari mereka masih berusia dini. Saat mereka sudah berusia sembilan tahun maka para remaja muda pria sudah bisa mengikuti jejak orang tua mereka dan berburu sendiri atau pun berkelompok. Sedangkan untuk remaja wanita mereka akan selalu di temani oleh saudara lelaki atau ayah mereka jika berburu. Para wanita tidak di izinkan berburu sendirian dan mereka memulainya saat mereka berusia 13 tahun. Hal itu sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Caihina.

Daerah gurun dan sabana adalah wilayah yang keras. Bukan hanya fisik yang kuat tapi juga mental baja dibutuhkan untuk bertahan hidup di tempat ini, karena itulah wanita Caihina di kenal tangguh dan berwibawa, tidak kalah dengan para prianya. Wilayah yang terkenal merepotkan dan ganas akan iklimnya, tidak menjadikan penduduknya bersifat keras, justru mereka sangat terbuka dan ramah, mereka selalu saling membantu satu sama lain.

Sebagai seorang yang pernah memasuki dunia sosialita bangsawan, Rowtag tahu bahwa pendidikan sangat penting. Mereka boleh miskin tapi tidak ada salahnya jika mereka belajar. Itulah hikmah yang di ambil dari perjalanan hidupnya di masa lalu. Rowtag berhasil menerapkan itu pada cucu-cucunya walau hanya pendidikan dasar. Ash pernah mengenyang pendidikan sebuah akademi bahkan sampai dia lulus, karena itu juga Ash bisa mengenal dan menikahi Laura. Tidak seperti Gafy, Atthy pernah menikmati pendidikan dasar seorang bangsawan dari ibunya yang juga seorang guru etiquette, saat dia masih lajang, sebelum menikah dengan Ash. Walau bukan pendidikan formal tapi Ash berhasil mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang pernah dia pelajari saat di akademi dan juga buku-buku yang masih dia simpan sejak saat dia masih mengenyang pendidikan di sebuah akademi.

Untuk saat ini, Atthy belum memiliki keinginan sama sekali untuk menikah. Tapi dia juga memikirkan perkataan ayah dan kakeknya juga keinginan adiknya. Keluarganya memang bahagia walau hidup dalam keadaan sulit, tapi dia juga tahu kenyataan yang mereka alami lebih buruk dari sekedar perkataan. Atthy khawatir dengan kondisi kesehatan Gafy, Atthy berpikir jika dia punya keuangan yang lebih baik maka hidup Gafy dan Dimi bisa menjadi lebih baik, adiknya berhak memperoleh kehidupan yang lebih baik, itu yang di pikirkannya.

**